Setelah kejadian itu, seharian Ata tidak keluar dari kamarnya. Bahkan dia juga melewatkan makan malamnya. Meskipun Erwin mengatakan itu bukanlah masalah besar, tetap saja Levi terus khawatir karena merasa diri sebagai penyebabnya.
"Erwin, apa kau punya cemilan?" tanya Ata yang tiba-tiba sudah keluar dari kamarnya mengejutkan semua orang.
"Sebentar akan kulihat terlebih dahulu," jawab Erwin dan bergegas ke dapur.
Semua melongo melihat Mood Ata yang sudah kembali seperti sebelumnya. Bahkan penampilan Ata terlihat sedikit berantakan seperti orang baru bangun tidur, dan masih menggunakan baju Erwin yang dipakai sebelumnya. Ata langsung duduk di lantai dan ikut bergabung dengan yang lainnya. Dia memilih duduk di samping Eren dan Jean yang berseberangan dengan Levi.
Levi menatap Ata dan masih menahan diri untuk tidak mengajaknya berbicara. Walau ada banyak hal yang ingin diutarakan, dia tetap setia bungkam. Dia tentu ingat dengan kata-kata Erwin tadi siang. Ata hanya menatap Levi sekilas berusaha tidak bertemu pandang dengannya.
Tak lama Erwin kembali dan membawa beberapa cemilan rasa coklat kesukaan Ata. Ata menerimanya dengan senang hati dan langsung memakannya. Keadaan sejak tadi terus hening, hanya diiringi dengan suara kemasan cemilan Ata. Sejujurnya mereka masih tidak berani untuk memulai pembicaraan.
"Kenapa kalian hanya diam dan terus menatapku seperti itu?" tanya Ata menginterupsi kegiatan semua orang.
Jean dan Eren sontak tersenyum kemudian tertawa canggung di samping Ata. Mereka refleks menggaruk tengkuk masing-masing yang pada dasarnya tidak gatal.
"Apa kau sudah baik-baik saja?" tanya Jean memberanikan diri dan dibalas anggukan cuek Ata. Mereka serempak menghela napas lega.
•
•
•oO0Oo
•
•
•- Di Markas Pusat -
Dua orang dengan tinggi yang berbeda berjalan beriringan menuju sebuah ruangan. Mereka berjalan dengan sigap menuju tempat penahanan para penjahat khusus, hingga akhirnya tiba di sebuah bangsal seorang pria setengah baya. Kemudian salah satu dari mereka berjaga di depan pintu sedangkan yang lainnya bergegas masuk.
"Lama tidak berjumpa, Ayah."
Pria setengah baya itu membuka kedua matanya dan duduk di kasur yang sudah disediakan, kemudian menatap putri semata wayangnya tanpa ekspresi.
"Maaf, aku baru bisa menjengukmu sekarang."
"Terimakasih sudah datang, Annie. Apa kau sudah menemukannya?" tanya Mr. Leonhardt.
"Maaf. Bisa tunjukkan padaku seperti apa tandanya?" tanya Annie hati-hati.
Mr. Leonhardt menggambar sebuah tanda dan segera menyerahkannya kepada Annie. Dia juga meminta Annie untuk berjanji agar menemukan pemilik tanda itu.
"Apa ada kemungkinan jika pemilik tanda itu adalah aku?" tanya Annie pelan.
"Ya, ada. Tapi tubuhmu tidak memilikinya, bukan?".
Annie hanya diam dan menatap ayahnya tanpa ekpresi. Dengan gerakan cepat, Mr. Leonhardt menggapai tangan Annie dan menggenggamnya dengan erat. Dia menatap Annie dengan pandangan memohon bahkan meminta Annie untuk bersumpah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Fix It [Levi x OC]
FanfictionLevi Ackerman, dokter tampan berumur 26 tahun yang sekaligus pemilik Rumah Sakit ternama. Dia terus hidup dengan penyesalan karena menganggap diri sebagai penyebab kepergian kekasihnya. Ketika dia tahu bahwa Ata-kekasihnya- kembali, dia lagi-lagi be...