14 - Kapten Menikah

588 56 6
                                    

Malam hari, di apartemen Erwin-Ata

Karena lelah bermain di taman tadi sore, Darren jadi tertidur sangat cepat. Agar tidurnya tidak terganggu dengan suara obrolan mereka, dia pun berakhir dengan ditidurkan di kamar Ata. Tentu saja sebelum menginggalkannya sendirian, mereka sudah menjamin keselamatan Darren. Setelah selesai urusan dengan Darren, mereka semua pun bersantai di ruang tv.

Awalnya tidak ada yang menyadarinya, tapi kemudian Eren tanpa sengaja melihat ada cincin di salah satu jari manis Ata. Mulutnya tidak tahan untuk tidak menanyakan hal itu, apalagi cincin itu terlihat jelas seperti cincin pernikahan.

"Anu... Aurel, sejak kapan kau menikah?" tanya Eren ragu-ragu.

Erwin dan Ata terkejut mendengarnya. Mereka bingung dengan maksud pertanyaan Eren. Mereka saling menatap dan akhirnya mengalihkan pandangan ke wajah Eren. Karena paham isyarat itu, Eren akhirnya menunjuk cincin yang ada di jari Ata. Jean yang bahkan baru menyadarinya sangat terkejut.

Erwin dan Ata kemudian tertawa pelan. Mereka tidak menyangka cincin itu akan membuat Eren dan Jean ikut salah paham. Tapi mungkin hal itu juga jadi sedikit menarik. Karena melihat ekspresi ingin tahu di wajah Eren dan Jean, akhirnya Erwin dan Ata pun menjelaskannya.

Memang benar cincin yang digunakan Ata adalah cincin pernikahan, namun itu adalah milik ibunya. Erwin juga mendapat cincin milik ayahnya, tapi hanya dijadikan sebagai liontin kalung dan tidak dipakai.

Sebelumnya Ata juga melakukan hal yang sama, namun kalungnya putus saat ditarik Darren di gendongannya. Itulah alasan kenapa akhirnya digunakan sebagai cincin. Eren dan Jean tersenyum senang saat mengetahui fakta itu. Mereka tertawa karena sempat salah mengira.

"Lagipula ini sangat berguna bukan? Jadi tidak akan ada pria yang mendekatiku karena mengira aku sudah menikah," ucap Ata senang sambil menunjukkan cincinnya. Semuanya ikut mengangguk dan tertawa.

"Tapi, apa kau tidak berniat untuk menikah?" tanya Jean sambil menatap mata Ata. Terlihat jelas bahwa dia serius dengan pertanyaannya.

Mendengar pertanyaan itu semuanya terdiam. Ata menatap manik mata Jean dan tersenyum dalam. Erwin terus memperhatikan ekspresi di wajah adiknya. Wajahnya memang tersenyum namun terasa tidak bahagia, walau mungkin tidak ada orang lain yang menyadarinya.

"Entahlah... Lagipula hubungan yang hanya didasari oleh kepercayaan dari satu pihak, jelas tidak akan berhasil," ucap Ata pelan.

Ata kemudian berdiri dan mulai berbalik berjalan ke kamarnya. "Setidaknya aku tidak ingin memikirkan hal itu sekarang," ucap Ata pelan.

Setelah kepergian Ata, mereka menyudahi perbincangan dan pergi ke kamar masing-masing. Erwin kemudian mengambil sebuah kalung di laci yang ada di kamarnya. Setelah melepas liontinnya, dia memasukkan kalung itu ke saku. Dan kembali menyimpan liontin yang berbentuk cincin itu di tempat semula.

Kemudian dia menuju kamar Ata dan mengetuk pintunya pelan. Berhubung Ata belum tidur, dia segera membukanya. Erwin tidak masuk, mereka hanya berdiri di pintu dan saling berbicara.

"Ada apa, Erwin?"

Erwin kemudian mengambil kalung tadi dan menyerahkannya pada Ata. Ata yang tidak paham tujuan tindakan Erwin langsung menatapnya.

"Gunakan kembali cincin itu sebagai kalung, lagipula aku juga tidak menggunakannya. Setidaknya ini akan berguna untukmu," jelas Erwin pelan yang diangguki Ata. Ata menerimanya dan mengucapkan terimakasih. 

"Jika kau punya masalah atau apapun, ingat bahwa kau punya aku. Kakakmu ini selalu siap untuk mendengarkan dan membantumu," ucap Erwin sambil mengelus pelan kepala Ata.

I'll Fix It [Levi x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang