"Maaf, tapi siapa kau?" tanya Erwin dengan nada datarnya.
Ata tak bisa melihat ekspresi wajah Erwin karena lampu apartemennya sudah dimatikan. Hanya ada sedikit pancaran cahaya yang mungkin berasal dari ruang tengah.
'Wait... Siapa? Dia bertanya aku siapa? Sungguhkah Erwin tak mengenalku lagi?' batin Ata sangat terkejut.
"Kau bercanda kan, Erwin?" tanya Ata penuh harap. Namun jawaban Erwin membuat harapannya runtuh, "Tentu saja aku serius, siapa kau? " Yap, begitulah.
"Kau sungguh gila! Mendadak aku menyesal sudah pulang," ucap Ata yang terlihat sangat kesal.
'Tunggu! Pulang?' Erwin yang terkejut akhirnya sadar setelah memikirnya.
Dia bergegas menghidupkan lampu apartemen miliknya, untuk memastikan siapa gadis yang sejak tadi berdiri didepannya.
Setelah lampu dihidupkan, Erwin menatap adiknya dengan pandangan tak percaya. Melihat wajah terkejut Erwin, Ata semakin kesal dibuatnya.
"Kenapa? Apa kau sudah ingat sekarang? Dasar gila!" cecar Ata.
Erwin langsung mendekat dan memukul kepala Ata dengan keras membuat Ata berteriak.
"Yak! Kenapa kau memukulku sialan? Tidak cukup hanya dengan melupakanku, dan sekarang kau juga memukulku? Kau cari mati?".
Erwin yang sadar kalau itu benar-benar adiknya, langsung memeluk Ata dengan erat. Ata yang dipeluk tiba-tiba, tentu saja terdiam dan melupakan rasa sakit di kepalanya. Tapi tak hanya dipeluk dengan erat, bahkan sekarang pelukan Erwin terasa seperti cekikan bagi Ata. Sepertinya Erwin belum sadar sepenuhnya membuat Ata lagi-lagi meneriakinya.
"Yak! Kau ingin membunuhku sekarang? Aku tau kau kesal tapi aku masih ingin hidup!" pekik Ata dan memukul keras punggung Erwin.
Erwin yang terkejut buru-buru melepaskan pelukannya, kemudian tersenyum seperti orang bodoh.
"Kau benar-benar gila rupanya," kata Ata sambil mengelus2 kedua bahunya bergantian.
Melihat Erwin hanya diam dengan senyum bodohnya, membuat Ata seketika memutar matanya.
"Maaf karena sudah memukulmu, aku hanya ingin memastikan bahwa aku sedang tidak bermimpi," jelas Erwin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mendengar itu Ata langsung tercengang.
"Wait... Apa? Seharusnya kau memukul dirimu sendiri bodoh, bukannya malah memukulku!" Lagi-lagi Ata meneriaki kakaknya itu.
"Maafkan aku," ucap Erwin lagi dengan cengiran bodohnya, menambah kekesalan Ata yang sejak awal sudah menumpuk.
"Lalu sekarang apa? Kau tidak akan membiarkanku masuk?" tanya Ata masih dengan nada tingginya. Membuat Erwin buru-buru membawa adiknya ke ruang tengah.
Sesampai di ruang tengah Ata langsung duduk selonjoran di sofa. Tubuh serta pikirannya benar-benar sangat lelah. Erwin terlihat kembali dari dapur dan membawakan segelas teh manis hangat untuk Ata, dan kopi untuknya sendiri.
"Kopi? Jam segini? Kau tidak ingin tidur?" tanya Ata bingung.
Erwin menjawab pelan, "Tentu saja aku akan tidur, tapi setelah mendengarkan ceritamu."
Erwin kemudian menyerahkan gelas berisi teh manis hangat tersebut ke Ata.
"Aku tidak akan menceritakan apapun padamu Erwin," ucap Ata pelan membuat Erwin berdecak.
"Aku sangat lelah jadi aku akan tidur sekarang. Terimakasih untuk tehnya Kakak," pamit Ata dan berjalan menuju kamarnya.
'Hanya saat ingin kabur saja kau memanggilku kakak. Yah biarlah dia istirahat untuk sekarang lagipula aku masih bisa menanyakannya besok,' batin Erwin.
Dia menghabiskan kopinya dan langsung membawa gelas-gelas kotor tersebut ke dapur. Setelah mencucinya, dia pun menuju ke kamarnya untuk beristirahat.
Lain dengan Ata yang terlihat baru saja selesai membersihkan dirinya. Masih dengan menggunakan handuk, dia menuju ke lemari dan mencari pakaian yang akan digunakan. Ata mengambil kaos kebesaran berwarna hitam dan hotpans putih dan langsung memakainya. Kemudian dia mengeringkan rambutnya dan bersiap untuk tidur.
-Keesokan harinya-
Pukul 10.00 am Ata baru terbangun. Sebenarnya dia sangat malas untuk berpisah dengan kasur kesayangannya, namun apa daya jika perutnya sudah berkata lain. Ata langsung turun dari kasur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Semalam dia tak memperhatikannya, ternyata semua sabun, shampoo, dan lain sebagainya adalah barang yang masih sangat baru.
'Ternyata Erwin sering membereskan barang-barang milikku,' batin Ata senang.
Lupakan saja rutinitas Ata yang suka bermain dengan busa saat sedang mandi. Dia akhirnya selesai dan memakai pakaian yang digunakan untuk tidur semalam.
'Lagipula ini masih sangat bersih,' begitu pikirnya.
Setelah selesai ia langsung menuju ke dapur dan membuka pintu kulkas, dia mengambil satu botol air mineral dan langsung meminumnya. Saat menutup kembali pintu kulkas, Ata baru menyadari ada sticky note berwarna pink yang tertempel disana.
'Datanglah ke kantor, gunakan mobilku.'
Singkat dan padat, begitulah pesan Erwin. Ata hanya menatapnya malas dan mengabaikan kertas tersebut. Dia kemudian mengambil beberapa bahan makanan dan mulai memasaknya.
Selesai sarapan, Ata membereskan dan mencuci peralatan yang kotor dan memutuskan untuk membereskan rumah. Setelah selesai dia pun bergegas membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.
Dia menggunakan atasan hoodie putih polos lengan panjang, dan bawahan jeans hitam panjang. Dia juga memakai sneakers hitam dengan garis putih sebagai pelengkap outfit miliknya.
Ya, warna hitam dan putih adalah warna favoritnya sejak dulu. Jadi tidak aneh bukan? Dia juga mengambil salah satu kunci mobil warna hitam milik Erwin dan bergegas keluar.
Ata berkendara selama lebih kurang dua puluh menit hingga sampai ke kantor milik Erwin. Jangan tanya mengapa dia tau alamatnya, bukankah di mobil ada GPS? Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi, Ata bergegas ke lobby kantor dan menuju meja resepsionis.
"Permisi, dimana ruangannya Pak Erwin Smith? Saya ingin bertemu dengannya," tanya Ata sopan.
Resepsionis tersebut tersenyum dan mengecek data di komputer di depannya.
"Maaf, siapa nama Anda? Apa sudah membuat janji?" tanya resepsionis itu sopan.
"Nama saya Athaurelya Smith, maaf tapi saya belum membuat janji. Apa saya boleh menemuinya sekarang?" tanya Ata kembali.
Resepsionis tersebut tersenyum dan kemudian mengangguk. "Pak Erwin sudah menunggu Anda, Nona. Ruangan beliau berada di ujung koridor lantai dua puluh."
Ata mengucapkan terimakasih dan berjalan menuju lift. Dia memencet tombol yang ada di dinding lift tersebut sesuai dengan lantai tujuannya. Setelah sampai dia langsung menuju ujung koridor, tepatnya ke ruangan milik Erwin sesuai arahan resepsionis tadi.
Di depan ruangan milik Erwin terdapat meja untuk asistennya, Ata segera berjalan menuju meja asisten perempuan tersebut.
'Prosedur di kantor benar-benar merepotkan, inilah alasan kenapa aku tak menyukainya,' batin Ata Lelah.
Saat melihat asisten tersebut, Ata merasa wajahnya tidak asing. Ah entahlah mungkin hanya perasaannya saja. Lagipula siapapun itu tidak masalah, Ata selalu siap menghadapinya.
Akhirnya chapter kedua selesai....
Kuharap kalian suka, krisarnya juga ya 🤲🏻
Have a nice day 🤗
-Ataaa
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Fix It [Levi x OC]
FanficLevi Ackerman, dokter tampan berumur 26 tahun yang sekaligus pemilik Rumah Sakit ternama. Dia terus hidup dengan penyesalan karena menganggap diri sebagai penyebab kepergian kekasihnya. Ketika dia tahu bahwa Ata-kekasihnya- kembali, dia lagi-lagi be...