Kalau ada typo bagi tau ngap-
•
•
•Setelah packing barang-barang, mereka akhirnya batal pulang dikarenakan cuaca yang tidak mendukung. Mereka memutuskan untuk nginap semalam lagi di vila tersebut.
Ini sudah tengah malam dan Ata terbangun karena merasa haus. Dia segera keluar dari kamarnya dengan cahaya remang-remang, karena dia terlalu malas bahkan hanya sekedar menghidupkan lampu. Beruntung karena cahaya bulan yang terang, dia bisa melihat dengan jelas tanpa perlu meraba-raba. Dan segera menuju dapur untuk minum.
Setelah memuaskan dahaganya, dia langsung kembali dan terkejut melihat ada seseorang yang duduk di sofa. Seingatnya tadi tidak ada siapapun disana, apa mungkin Ata hanya tidak memperhatikannya?
Melihat dari postur tubuh orang itu, sepertinya dia adalah seorang pria. Dia berbicara dengan lirih, "Kemarilah!". Ata terkejut dan menyadari kalau itu adalah suara Levi. Dia mendekat walau bingung kenapa Levi memanggilnya.
Ata mendekat lalu berdiri didepan Levi dan menanyakan dengan suara pelan, "Ada apa?". Levi mendongak ke arah Ata kemudian memeluknya tiba-tiba. Ata terkejut sampai tidak bisa bereksi. Levi memeluk Ata dengan erat dan membenamkan wajahnya didada Ata.
'T-tunggu! Dia memelukku dan membenamkan wajahnya di d-dadaku? T-tapi aku sedang tidak menggunakannya karena tadi tidur. Bagaimana jika dia menyadarinya?' batin Ata terbata walau wajahnya terlihat datar. Syukur wajah Ata tidak terkena sorot cahaya bulan langsung, sehingga tidak terlihat wajah dan telinganya yang memerah padam.
"Levi... Lepaskan aku, tolong!" pinta Ata dengan suara lirih. Levi masih tetap diposisinya dan terlihat enggan melepaskan pelukannya. Ata berpikir keras bagaimana caranya agar pria itu melepaskannya sekarang.
"Kumohon sebentar saja!" jawab Levi akhirnya. Melihat kondisi Levi yang seperti itu membuat tangan Ata tergerak untuk mengelus kepala Levi pelan, ingin membuatnya tenang.
"Apa yang terjadi?" tanya Ata setelah Levi melepaskan pelukannya. Levi tetap bungkam dan Ata masih setia menunggu jawabannya. "Duduklah!" ucap Levi setelah beberapa saat sambil menepuk tempat di sampingnya.
"Apa maksud dari tato di tubuhmu itu?" tanya Levi menatap Ata dalam membuat Ata tercekat. Levi pasti melihatnya saat kejadian itu, membuat Ata terbungkam dan seketika menunduk.
"Aku tidak ingin menjawabnya. Maaf," jawab Ata pelan kemudian menatap mata Levi. "Sebaiknya kau tidak tahu apapun tentang ini," ucap Ata membuat Levi berdecak.
"Setelah kepergianmu dulu, apa kau jadi suka mentato tubuhmu seperti itu?" ucap Levi sarkas membuat Ata sedikit tersinggung. "Apa maksud kata-katamu?" tanya Ata kesal.
"Tentu saja yang kumaksud adalah dua tato di tubuhmu itu," jawab Levi membuat Ata bingung. "Apa maksudmu dengan dua tato? Aku hanya pernah ditato sekali saja dan itu di tengkuk," jawa Ata membuat Levi terkejut.
"Aku jelas melihat ada dua tato di tubuhmu," jawab Levi yakin membuat Ata memukul kepalanya. "Melihatnya dengan jelas? Dasar mesum!" teriak Ata kesal dan pergi ke kamarnya.
Levi menghela napas pasrah. 'Padahal bukan itu maksudku. Ada hal lebih penting yang ingin kukatakan sekaligus kupastikan padanya, tapi dia malah buru-buru pergi,' batin Levi lagi-lagi menghela napas.
'Tapi aku tidak menyalahkannya mengataiku mesum, karena itu benar. Sekarang bahkan aku masih membayangkannya. Dan aku juga menyadari sesuatu saat memeluknya tadi, walaupun tidak kukatakan,' batin Levi. Kemudian terkekeh pelan dan menyentuh bekas pukulan Ata yang terasa sedikit sakit.
Waktu terus berlalu dan akhirnya sudah pagi hari. Mereka langsung bersiap-siap pulang walau Ata terlihat santai saja. Dia menggunakan baju kaos Erwin yang lainnya mebuat Erwin menghela napas.
"Aku membelikan banyak baju untukmu. Tapi kenapa kau terus menggunakan bajuku?" tanya Erwin pelan. Ata menatapnya dan tersenyum kecil. "Tentu saja karena besar dan nyaman. Kalau ingin membelikanku pakaian, belikan saja yang seperti milikmu," jawab Ata dan Erwin mengangguk.
"As you wish, my lady!" jawab Erwin. Dia menirukan gaya dari pelayan nona besar yang sering dilihatnya di televisi, membuat Ata terbahak. "Memangnya kau itu pelayanku?" tanya Ata masih dengan tawanya dan mendapat anggukan dari Erwin.
Mereka pun pulang dengan menggunakan mobil Levi, persis seperti saat mereka pergi. Levi mengantarkan semuanya ke apartemen Erwin, kecuali Hanji karena mereka berada di gedung apartemen yang sama.
Setelah sampai, Jean dan Eren segera merebahkan badan mereka di lantai layaknya ikan yang terkapar. Alasan mereka sederhana, badan mereka terasa kaku karena duduk terus selama perjalanan. Berbeda dengan Erwin, Ata, dan Mikasa yang segera membereskan barang-barang mereka.
"Oh iya, kau kapan akan pulang, Mikasa?" tanya Eren dan Jean kepadanya. Mikasa sedikit bingung dan menjawab, "Sepertinya aku akan pulang bersama dengan kalian," jawabnya pelan dan diangguki mereka. "Kapan kalian akan pulang?" tanya Mikasa lagi membuat mereka saling menatap.
"Kapan kami harus pulang?" tanya Jean kepada Erwin membuat Erwin tercengang. "Kalian bisa pulang kapan pun kalian mau. Dan kalian juga bisa datang kembali kesini kapan pun yang kalian mau," jawab Ata seadanya dan diangguki Erwin. Mereka bertiga akhirnya saling berpadangan dan memutuskan untuk kembali besok saja.
"Kami telalu betah disini sampai tidak ingat untuk kembali," jawab Eren dan diangguki yang lainnya. "Apalagi kita sekarang menganggur. Begitu membosankan jika hanya sendirian di rumah," ucap Jean yang diangguki mereka bertiga.
Mendengar ucapan mereka membuat Ata menjawab pelan, "Apa kalian ingin kembali bekerja? Sepertinya aku ada pe-".
"Tidak apa-apa. Kami masih ingin menikmati liburan kami," potong Jean cepat dan diangguki mereka bertiga. Ata hanya menatap mereka jengah dan mengendus pelan.
"Kuharap kalian akan selalu baik-baik saja. Karena aku menyayangi kalian semua," ucap Ata pelan membuat mereka yang menatapnya terkejut. Itu adalah perkataan yang dari dulu ingin mereka dengar dari Ata.
Mereka kira Ata tidak merasakan hal yang sama terhadap mereka, tapi ternyata tidak begitu. Jean terharu dan segera memalingkan wajahnya. Sedangkan yang lain wajahnya memerah mengalihkan pandangan mereka. Erwin yang menyaksikan hal itu tersenyum kecil.
Dan keesokan harinya mereka bertiga pulang diantar oleh Ata hingga ke stasiun, menggunakan mobil Erwin tentunya. Sesampainya di rumah Erwin akhirnya menanyakan hal yang selama ini diabaikannya.
"Kenapa kau membeli motor? Kau selalu bisa menggunakan mobilku jika ingin pergi," tanya Erwin membuat Ata berjengit. Ata baru ingat bahwa dia belum menjelaskannya pada Erwin tentang itu.
"Aku menginginkannya. Menurutku akan lebih praktis menggunakan motor karena aku hanya pergi sendirian," jawab Ata membuat Erwin mengangguk.
"Berapa harganya?" tanya Erwin lagi dan langsung mendapat gelengan dari Ata. "Ini motorku dan aku yang menginginkannya, jadi biarkan aku membelinya dengab uangku sendiri. Kau tidka perlu menggantinya karena aku punya uang. Kau paham kan, Erwin?" ucap Ata membuat Erwin menghela napas pasrah.
"Sejujurnya aku tidak ingin kau bekerja apapun. Aku ingin kau menghabiskan uangku sebanyak yang kau mau. Lagipula jika bukan kau yang menggunakannya, siapa yang akan menghabiskan uangku?" tanya Erwin membuat Ata merenung.
"Aku mengerti sudut pandangmu itu. Tapi aku juga ingin mendapatka uang dengan hasilku sendiri. Lagipula apa kau tidak masalah jika aku menjadi pengangguran layaknya parasit hidup untukmu?" tanya Ata pelan membuat Erwin tercengang.
"Tentu saja tidak. Jika bukan kau, siapa lagi yang akan menghabiskan uangku? Aku bekerja seperti ini untukmu. Kau bisa mengambil semua uangku kapan pun kau membutuhkannya," jawab Erwin membuat Ata terkejut dan mengangguk pelan.
•
•
•
Erwin adalah the real sugar daddy~
Semoga kalian suka dan menikmatinya~
Bye-bye~
-Ataaa
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Fix It [Levi x OC]
FanfictionLevi Ackerman, dokter tampan berumur 26 tahun yang sekaligus pemilik Rumah Sakit ternama. Dia terus hidup dengan penyesalan karena menganggap diri sebagai penyebab kepergian kekasihnya. Ketika dia tahu bahwa Ata-kekasihnya- kembali, dia lagi-lagi be...