Tolong kabari jika typo...!
•
•
•
"Mikasa, ayo ikut aku!" perintah Reiner dan diangguki Mikasa, meski dia tidak tahu akan kemana. Reiner mengemudi dengan kecepatan penuh hingga akhirnya tiba di penjara terbesar negeri ini.Penjara tersebut hanya berisikan tahanan dengan tingkat kejahatan yang tinggi. Sehingga tidak banyak orang yang diizinkan masuk kesana, meski dengan alasan kunjungan.
"Kenapa kita datang kesini? Apa kau tau sesuatu tentang kasus kita sekarang?" tanya Mikasa bertubi-tubi.
"Aku tidak yakin tentang ini, tapi kurasa ada orang yang bisa memberitahu sesuatu pada kita mengenai keadaan kita sekarang," jelas Reiner dan diangguki Mikasa meski sedikit bingung.
Mereka berdua bergegas masuk dan menelusuri koridor dipandu oleh Reiner. Mikasa sedikit heran karena Reiner seperti sangat hafal dengan tempat ini. Padahal sejauh yang Mikasa ingat, Reiner tidak memiliki satu pun kerabat di tempat ini.
"Kau sepertinya sangat sering kesini." Reiner mengangguk mengejutkan Mikasa.
Mereka terus berjalan meski Mikasa berkali-kali menoleh kesana-kemari. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah sel yang begitu tetutup. Seolah-olah penghuni sel tersebut adalah monster yang tidak boleh sampai keluar.
Mikasa sedikit aneh dengan situasi tersebut. Meski sel didekatnya juga tertutup, tapi hanya sel ini yang terdapat penjaganya. Dia kira awalnya sel yang lain tidak ada penghuni, tapi nyatanya semua sel itu tidak ada yang kosong.
"Reiner, siapa yang ingin kau temui?" tanya Mikasa namun diacuhkan.
Reiner berbicara sesuatu pada kedua penjaga yang ada disana, setelah mereka mengangguk baru Mikasa dan Reiner diizinkan bertemu dengan tahanan tersebut.
Pintu sel terbuka menunjukkan sosok pria parubaya dengan rambut coklat gelap. 'Mirip warna rambut Eren,' batin Mikasa tanpa sadar.
"Selamat siang, Mr. Leonhardt!" sapa Reiner dan dibalas senyum pria tua itu. "Apa orang yang dibelakang itu kekasihmu?" balas pria tua itu membuat Reiner keringat dingin.
"Tidak mungkin. Dia adalah rekan kerjaku, namanya Mikasa," ucap Reiner memperkenalkan Mikasa. "Mikasa, ini adalah Mr. Leonhardt. Dia adalah-"
"Ayahnya Annie, 'kan?" tanya Mikasa disertai tatapan tajam membuat Reiner sedikit bergidik. "Kenapa kau membawaku kesini, Reiner?" tanya Mikasa lagi dengan nada dingin.
"Kenapa Annie tidak datang? Apa dia sedang sibuk?" tanya Mr. Leonhardt lagi membuat Reiner menunduk pelan. Kemudian mempersiapkan diri sebelum menjawabanya.
"Annie... hilang," ujar Reiner pelan namun bisa didengar dua orang lainnya. Pria tua itu seketika berdiri dan mencengkeram kerah Reiner dengan sangat kuat. Melihat hal itu Mikasa tidak tinggal diam dan hendak membantu Reiner.
"APA MAKSUDMU? MANA MUNGKIN PUTRIKU HILANG! MESKI DIA SEORANG WANITA, DIA LEBIH DARI MAMPU UNTUK MELINDUNGI DIRINYA SENDIRI. TIDAK MUNGKIN ADA ORANG YANG BISA MENCULIKNYA. TIDAK MUNGKIN!" teriak Mr. Leonhardt mengejutkan Mikasa dan membuatnya terdiam.
Reiner menepuk lengan pria tua tersebut beberapa kali agar melepaskan cengkeramannya. Seolah tersadar, Mr. Leonhardt akhirnya melepaskan tangannya dan duduk kembali di tempat semula.
Reiner terbatuk beberapa kali setelah cengkeraman yang mencekiknya terlepas. Setelah mengatur laju napasnya agar teratur, dia akhirnya bersuara.
"Kami juga tidak tau apa yang terjadi padanya. Yang kami tau dia menghilang tepat setelah kejadian itu," jelas Reiner tenang membuat pria tersebut mengernyit dahi.
"Maksudmu penyerangan besar-besaran terhadap para gadis yang terjadi baru-baru ini?" tanya Mikasa dan diangguki Reiner.
"Memang apa hubungannya kejadian tersebut dengan pria di depan kita ini?" tanya Mikasa lagi masih tidak mengerti.
"Berapa kali pun aku memikirkannya, aku tidak tau apa yang sedang terjadi di negeri kita. Tapi sebelum kejadian tersebut, Annie sempat bergumam sendiri. Biasanya dia tidak pernah seperti itu, tapi dia jadi seperti itu setelah bertemu ayahnya. Jadi kami kemari untuk menanyakan hal itu," jelas Reiner membuat Mikasa semakin bingung. Dia terus bergantian melirik ke arah dua pria yang ada disana.
"Kau dengar apa yang sering digumamkan Annie?" tanya pria tua itu memastikan.
"Dia terus bergumam 'aku akan melakukannya, aku akan menggantikannya' dan sebagainya. Aku tidak mengerti apapun yang dia katakan. Setiap kali kutanyakan maksudnya, dia hanya akan menatapku dengan tajam. Persis seperti yabg dilakukannya sekarang!" jelas Reiner dan menunjuk wajah Mikasa. Mikasa terkejut karena tanpa sadar sudah menatap Reiner seperti itu.
"Maaf-"
"Lupakan saja! Aku paham kau khawatir," jawab Reiner santai disertai senyumannya. Mikasa hanya mengangguk kecil.
"TIDAK MUNGKIN!" Teriakan tiba-tiba dari tahanan tua itu mengejutkan keduanya. Mereka terkejut karena reaksi tiba-tiba itu. Reiner mengambil inisiatif mendekati pria tersebut dan menepuk pundaknya pelan.
Mikasa tau kalau ayah Annie sedikit mengalami ganghuan kejiwaan. Dia sempat diberi tau perihal itu meski ini pertama kali dia menemuinya langsung. Dia terkejut karena tidak menduga reaksinya akan sampai seperti ini.
"PUTRIKU BUKAN ORANG TERSEBUT. DIA BUKAN ORANG YANG DICARI-CARI KELOMPOK ITU. AKU BISA MENJAMINNYA! DIA BUKAN PEMILIK TANDA ITU. AKU YAKIN!" teriak pria tua itu lagi.
"Apa maksudnya? Apa Anda bisa menjelaskannya pada kami?" tanya Reiner pelan dan dibalas tatapan tidak percaya.
"Tenanglah, Om! Kami kesini karena ingin mendapatkan informasinya sekaligus menolong Annie. Jadi kami harap Anda mau bekerja sama!" jelas Mikasa tenang dan diangguki pria tua itu.
"Mereka sudah menangkap orang yang salah. Target mereka seharusnya bukan putriku, tapi Nona Kai!"
"Kai? Siapa dia?" tanya Reiner.
"Putri satu-satunya Nyonya Elena."
"Elena?" Mr. Leonhardt mengangguk.
"Elena Trovy, putri satu-satunya keluarga bangsawan Trovy sekaligus pemimpin dari kelompok Meiosei," jelasnya.
"Trovy? Bukankah keuarga itu sudah runtuh sejak dua puluh tahun yang lalu?" tanya Mikasa bingung.
"Sungguh?" tanya Reiner memastikan dan diangguki Mikasa.
"Dan dari yang kutau, keluarga Trovy sekarang dipimpin oleh Karl Trovy yang merupakan penerus terakhir. Aku tidak pernah mendengar kalau dia punya saudara," jelas Mikasa lagi.
"Karl? Barusan kau menyebut nama Karl?" tanyanya memastikan dan diangguki Mikasa.
"Kau benar. Karl adalah penerus terakhir keluarga Trovy, tapi dia bukan anak tunggal. Dia punya seorang adik bernama Kai."
"Ah, aku ingat! Karl memang punya seorang adik tapi laki-laki yang bernama Klein. Aku yakin soal ini!" ucap Reiner tegas terdengar sangat meyakinkan.
"SUDAH KUKATAKAN NAMA ADIKNYA ADALAH KAI!" teriak pria tua itu lagi. Reiner terkejut dan lagi-lagi harus berusaha menenangkannya.
"Klein adalah sepupu Karl, bukan adiknya. Klein lahir dari keluarga cabang. Lebih tepatnya dia adalah anak dari Nyonya Glasya, sepupu Nyonya Elena," jelas Mr. Leonhardt membuat kedua orang disana tertegun.
"Lalu ada dimana Kai? Kenapa Anda bisa tau semua ini?" tanya Reiner hati-hati takut pria tua itu akan berteriak lagi.
"Tentu saja aku tau, karena Nyonya Elena sendiri yang memintaku untuk menjaga putrinya." Jawaban Mr. Leonhardt begitu mengejutkan kedua orang ang ada disana.
•
•
•
Makasih yang udah baca sampe sini
Dan makasih udha nungguin aku
Salam sayang banyak-banyak
-Ataaa
![](https://img.wattpad.com/cover/247680839-288-k788255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Fix It [Levi x OC]
FanfictionLevi Ackerman, dokter tampan berumur 26 tahun yang sekaligus pemilik Rumah Sakit ternama. Dia terus hidup dengan penyesalan karena menganggap diri sebagai penyebab kepergian kekasihnya. Ketika dia tahu bahwa Ata-kekasihnya- kembali, dia lagi-lagi be...