11 - Jadi Ayah?

593 63 0
                                    

"Erd, jadilah pengasuh anakku!"

Teriakan menggelegar wanita itu tentu saja menarik perhatian seluruh pengunjung. Mereka semua saling berpadangan untuk mencari seseorang yang dipanggil 'Erd' tersebut. Wanita itu langsung berjalan dengan cepat hingga ke depan meja barista cafe tersebut.

"Erd, kumohon padamu jadilah pengasuh anakku! Aku jamin hanya sehari saja, aku benar-benar butuh bantuanmu!" pinta wanita itu dengan suara yang terdengar lebih pelan.

Erd—barista itu menghela napas kesal. Bukankah wanita di depannya itu juga melihat kalau dia sibuk? Kenapa wanita itu tetap saja tidak mengerti?

"Petra, aku juga sibuk di cafe jadi tidak mungkin bisa menjaga putramu. Tolong cari saja orang lain, bukankah masih ada waktu?" kata Erd hati-hati agar tidak menyinggung hati temannya itu.

Petra menghela napas pasrah dan terlihat seperti menggerutu. Dia bingung harus mencari pengasuh kemana karena dia harus segera berangkat besok pagi. Entah keberuntungan macam apa, dia melihat ke arah Ata dan teman-temannya. Dia langsung bergegas ke meja mereka.

"Ata! Ini benar kau kan?" tanyanya antusias.

Ata dan dua orang lainnya terkejut. Bahkan Jean sudah menyemburkan air dari mulutnya dan Eren yang terbatuk-batuk.

Ata mengangguk dan tersenyum menatap Petra dan berdiri untuk memeluknya. Sadar akan dipeluk, dia kemudian mendudukkan putranya diatas meja dan memeluk Ata erat.

Setelah pelukan yang melepas rindu itu, Petra pun ikut duduk dan bergabung dengan mereka. Tak lupa tentu saja ada putranya yang berada di tengah-tengah mereka.

"Kemana saja kau delapan tahun ini? Apa kau tau kalau aku sangat merindukanmu?" tanya Petra dengan nada kesal dan menepuk lengan Ata pelan.

Ata hanya tertawa melihat ekspresi kekesalan Petra. Menurutnya Petra tidak berubah sedikit pun, dia masih saja terlihat menggemaskan dengan wajah manis itu.

"Ini putramu? Siapa namanya?" tanya Ata sambil menyentuh pipi balita tersebut.

Karena iseng Eren pun memberikan tisu kepada bocah itu, yang berakhir dimasukkan ke mulut anak itu. Eren dan Jean panik dan berusaha membuat bocah itu membuka mulutnya, agar bisa segera mengeluarkan tisu tersebut sebelum tertelan.

Petra hanya tersenyum kecil melihat reaksi kedua pria itu. Dia segera menggelitik bawah dagu putranya agar mulutnya terbuka dan itu berhasil. Eren dan Jean bernafas lega karena tisu tersebut berhasil dikeluarkan. Jean langsung memukul bahu Eren lumayan keras karena telah menyebabkan kepanikan.

"Namanya Darren, umurnya baru dua puluh dua bulan. Seperti yang kau lihat, dia anak yang tidak rewel walau terlalu aktif. Bahkan terkadang aku juga sedikit kesusahan saat menjaganya," jelas Petra yang dibalas senyuman lembut Ata, serta cengiran bodoh kedua pria 'meresahkan' tersebut.

"Lalu, siapa kedua pria ini?" tanya Petra kepada Ata.

Ata langsung menatap kedua pria yang dimaksud, tatapan matanya mengisyaratkan agar mereka memperkenalkan diri. Eren dan Jean langsung memperkenalkan dirinya yang disambut dengan baik oleh Petra.

"Lalu, kenapa kau mendadak mencari pengasuh untuknya?" tanya Ata yang langsung dijelaskan oleh Petra. Ata yang mengerti kesulitan sahabatnya itu langsung menawarkan bantuan.

"Biarkan kami saja yang menjaganya, lagipula kami juga tidak punya pekerjaan," tawar Ata yang sangat disyukuri oleh Petra.

Eren dan Jean terkejut akan hal itu, mereka ingin menolak namun mengurungkan niat mereka. Saat melihat binar kebahagiaan di mata Petra, Mereka ikut mengangguk dan tidak keberatan membantunya.

"Baiklah. Mohon bantuannya ya, Darren. Panggil saja aku Bunda Ata," ucap Ata lembut kepada anak tersebut. Jean dan Eren berpandangan bingung, bukankah seharusnya Ata dipanggil dengan sebutan tante?

"Aku tidak suka dipanggil tante," jelas Ata yang seolah-olah bisa membaca pikiran kedua pria itu. Mereka hanya mengangguk seolah-olah mengerti, dan memperkenalkan diri satu persatu sebagai 'paman' kepada bocah itu.

Setelah puas berbincang, Petra akhirnya pamit pulang karena ada yang masih perlu dipersiapkan. Dia akan mengantarkan Darren beserta keperluannya besok pagi ke apartemen Ata. Dan sekali lagi dia berterimakasih atas bantuan mereka sebelum pergi.

"Mulai besok kita akan berusaha menjadi ayah yang baik," ucap Eren yang diangguki Jean dan malah ditertawai Ata. Walau dengan nada pelan, mereka tetap bisa mendengarnya dengan jelas. Mereka sedikit terkejut karena reaksi Ata tidak seperti yang dibayangkan.

"Kalau begitu mohon bantuannya, Ayah!" seru Ata dengan nada seperti meledek membuat kedua pria itu bersemu merah. Melihat wajah mereka Ata semakin tertawa geli, karena tak menyangka mereka akan menganggap diri sendiri sebagai seorang ayah.

Setelah puas menertawakan Eren dan Jean—walau dengan nada pelan, Ata kemudian menghubungi Erwin. Dia menanyakan kapan Erwin akan pulang. Erwin menjelaskan bahwa dia akan pulang larut jadi tidak perlu menunggunya untuk makan malam. Setelah mengakhiri panggilan, Ata menanyakan pendapat kedua pria itu.

Eren dan Jean mengusulkan untuk memesan makanan dan tidak perlu memasak, Ata pun mengangguk menyetujui usulan mereka. Dan setelah puas berada di cafe tersebut, mereka memutuskan untuk membayar tagihannya. Jean meminta agar dia saja yang membayar dan diangguki oleh yang lain. Setelah urusan tagihan itu selesai, mereka langsung pulang.

Tak hanya sampai disitu saja, bahkan saat malam hari mereka masih saja membuat lelucon. Karena terlalu banyak tertawa, mereka pun mulai merasa lapar. Akhirnya mereka memesan makanan yang kemudian diputuskan untuk dibayari oleh Eren. Awalnya Ata merasa sedikit sungkan jika terus ditraktir, tapi mereka tetap memaksa sehingga Ata memilih mengalah.

Setelah acara makan-makan mereka selesai, mereka memutuskan untuk membereskan semua sampah makanan dan membersikan tempat mereka. Setelah bersih mereka akhirnya pergi ke kamar masing-masing, membersihkan diri dan kemudian bersiap untuk tidur.

"Suasana disini benar-benar sangat nyaman, rasanya aku tidak ingin pulang ke rumah," ucap Jean dan mendapat hadiah berupa tepukan yang lumayan keras di punggungnya dari Eren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Suasana disini benar-benar sangat nyaman, rasanya aku tidak ingin pulang ke rumah," ucap Jean dan mendapat hadiah berupa tepukan yang lumayan keras di punggungnya dari Eren.

Eren sebenarnya juga merasa begitu, namun tentu saja mereka tidak mungkin menumpang selamanya di apartemen Ata. Karena merasa sedikit lelah, mereka akhirnya berbaring dan memutuskan untuk tidur saja. Lagipula mereka harus mempersiapkan diri untuk mengasuh bayi esok hari.

Sekitar pukul satu dini hari, Erwin tiba di apartemen. Seharusnya dia sudah pulang dari kantor sejak pukul dua puluh dua, namun dia memutuskan untuk bertemu dan makan malam dengan Levi—sahabatnya.

Dia bahkan hampir mengenalkan adiknya pada Levi, namun langsung ditolak oleh pria itu tanpa melihat fotonya. Jangankan foto, dia bahkan sedikit pun tidak ingin mendengar nama orang yang disarankan Erwin.

Erwin sangat paham dengan sifat sahabatnya itu. Karena penyesalan masa lalu, dia jadi tidak ingin lagi mengenal orang baru. Namun itu tidak sedikit pun memundurkan niat Erwin untuk menjodohkan Levi dengan adik tercintanya. Dia yakin Ata pasti bisa meluluhkan Levi, dan begitu juga sebaliknya.

Levi bener-bener menyia-nyiakan kesempatan emas :")
Jika ada saran atau apapun silakan komentar 👌🏻
Kirim pesan ke akunku juga boleh kok 🤗
Dan semoga kalian suka yak 🤲🏻
-Ataaa

I'll Fix It [Levi x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang