06 - Bodoh (2)

648 79 14
                                    

Pagi ini Erwin terbangun sedikit lebih telat dibanding biasanya. Meskipun masih terbilang cukup cepat, namun itu tetap melenceng dari prinsip hidup Erwin yang selalu disiplin.

Erwin kemudian segera berjalan menuruni anak tangga apartemennya menuju ke dapur. Tanpa sengaja dia melirik Ata yang menggunakan setelan sport miliknya sedang melakukan treadmill.

"Kau sedang apa?", tanya Erwin dengan tampang bodoh miliknya.

Ata tidak mendengarnya karena sedang memakai earphone. Melihat itu Erwin bergegas turun hingga ke anak tangga terakhir hanya untuk memanggil Ata.

Saat Erwin ingin menepuk pundak Ata, Ata langsung berbalik karena olahraga yang telah dilakukannya sejak tadi dirasa cukup. Dia hanya menatap datar Erwin yang cengengesan karena kepergok sedang ingin mengagetkannya.

"Kau sedang apa tadi?" tanya Erwin yang sepertinya masih setengah bodoh-ah maaf, dia memang terlihat sangat bodoh sekarang.

Ata yang mendengar pertanyaan tidak penting dari Erwin hanya menatap jengah dan menjawab, "berenang."

"Apa-apaan... Aku jelas-jelas melihatmu sedang treadmill tadi," sanggah Erwin cepat.

"Kalau kau tau aku sedang treadmill, kenapa kau bertanya? Apa kau terlalu bodoh hingga menanyakan hal yang sudah kau ketahui dengan pasti?" balas Ata sengit membuat Erwin terdiam.

"Sudah lama aku tak melihatmu menggunakan pakaian model iklan olahraga begini," celetuk Erwin yang masih saja betah bersikap bodoh.

Ata hanya diam kemudian berjalan menuju kulkas dan mengambil air mineral untuk diminum. Menurut Ata, menanggapi kebodohan Erwin di pagi hari hanya semakin menguras tenaganya saja.

Erwin yang masih saja setia mengekorinya membuat Ata kesal. Ata segera menempelkan botol air mineral dingin yang telah berada di tangannya ke pipi Erwin, membuat Erwin sangat terkejut. Kemudian tanpa merasa berdosa sedikit pun Ata langsung meminum air mineral dingin miliknya.

"Apa sekarang kau sudah sadar?" tanya Ata membuat Erwin hanya terkekeh pelan.

"Lain kali jangan bertanya apapun padaku jika kau belum sadar. Karena aku tidak akan lagi menempelkannya seperti ini, tapi langsung menyiramkan seluruh airnya ke kepalamu,". Erwin hanya menggaruk tengkuknya mendengar ancaman adiknya.

Bukan tanpa alasan jika Erwin sedikit takut pada Ata. Sejak masa sekolah dulu Ata adalah atlit beladiri yang sangat menjanjikan, dan Erwin selalu dijadikan samsak pribadi milik Ata.

Tentu saja Ata tak sembarang memukulnya, Ata hanya akan memukul Erwin saat dia sudah sangat kesal. Dengan dalih ingin latihan, Ata kemudian menghajar Erwin hingga badan Erwin sering membiru. Walau pada akhirnya Ata juga yang akan merawat Erwin jika sedang sakit.

"Aku lapar, kau sudah masak?" tanya Erwin kepada Ata.

Namun yang ditanya ternyata sudah menghilang dari hadapannya. Erwin terkejut karena Ata langsung pergi ke kamarnya tanpa mengatakan apapun. Dan akhirnya Erwin menutuskan memasak sendiri sarapan pagi untuk mereka berdua.

Ata kembali sekitar lima belas menit kemudian. Dia terlihat sudah membersihkan diri dan juga mengganti pakaiannya. Ata kembali secepat mungkin berniat ingin memasak pagi ini, namun dia melihat Erwin hampir selesai melakukannya membuat Ata bergegas membantu Erwin.

"Maaf, seharusnya aku saja yang masak. Kau terlihat sangat lelah saat bangun tadi, bahkan kau juga terbangun lebih telat dari biasanya," ucap Ata pelan disamping Erwin.

Erwin hanya tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa karena dia juga senang melakukannya. Walau sikap Ata terlihat dingin, nyatanya dia sangat peduli dengan kakaknya itu. Ata langsung membantu menyiapkan perlengkapan makan untuk mereka berdua dan semua yang diperlukan.

Selesai makan, Ata bergegas membereskan semua piring-piring dan perlengkapan yang kotor. Melihat Erwin yang ingin membantunya, Ata langsung menahan Erwin.

"Biar aku saja, kau silakan beristirahat atau lakukan saja hal lain selain berkerja," perintah Ata dan Erwin hanya mengangguk.

Setelah selesai dengan pekerjaan di dapur, Ata mencari keberadaan Erwin. Ternyata Erwin sedang tertidur di ruang kerjanya membuat Ata menghela napas kesal. Ata yakin Erwin pasti berniat kembali berkerja, namun dia sangat kelelahan hingga tertidur.

Ata ingat bahwa dia selalu meminta agar Erwin tak memaksakan diri, tapi bukan Erwin namanya jika dia akan patuh semudah itu. Ata sangat yakin Erwin pasti sangat sering bergadang hanya demi pekerjaan.

Ata mengambil selimut milik Erwin di kamarnya dan memakaikannya ke tubuh Erwin. Ata benci setiap kali melihat kakaknya kelelahan karena pekerjaan. Kesehatan kakaknya jauh lebih penting daripada seluruh aset kekayaan yang diwariskan orang tuanya.

'Pa, Ma, maafin Ata karena terasa seperti tidak menghargai kerja keras kalian, tapi jika hanya karena perusahaan membuat kesehatan Erwin terganggu, Ata memilih untuk menghancurkan semuanya,' batin Ata.

Ata mengambil sticky notes dan menuliskan beberapa kata dan menempelkannya tepat didepan Erwin. Ata yakin dengan sedikit ancaman seperti itu, Erwin mungkin akan lebih memperhatikan kesehatannya.

Ata kemudian meninggalkan ruangan tersebut dan menuju ruang tv. Tak ada yang spesial yang dilakukan Ata, hanya menonton anime ataupun membaca manga jika dia mulai bosan.

Melihat sudah hampir waktunya makan, Ata bergegas ke dapur dan mulai memasak. Setelah semuanya selesai dia kemudian memanggil Erwin. Erwin yang terbangun dan melihat catatan kecil dari Ata hanya tersenyum kecil. Erwin segera keluar dari ruangan tersebut dan menuju dapur.

"Aku janji aku tidak akan memaksakan diri lagi," ucap Erwin sungguh-sungguh membuat Ata tersenyum kecil.

Ata hanya mengacungkan salah satu jempolnya kemudian menyuruh Erwin membersihkan diri karena mereka akan makan bersama.

Setelah makan dan membereskan peralatan dapur, Erwin berencana untuk pergi jalan-jalan sekaligus ingin mengajak Ata berbelanja. Tapi Ata menolak karena dia hanya ingin tidur saja dan menyuruh Erwin untuk pergi sendirian. Erwin berencana untuk berbelanja pakaian dan beberapa keperluan Ata, tapi kata-kata Ata membuatnya bungkam.

"Berhenti membeliku sesuatu selain makanan jika kau tidak ingin kucekik saat pulang,". Yap, lagi-lagi ancaman Ata berhasil melumpuhkan Erwin.

Erwin bingung dengan sikap adiknya itu. Bukankah gadis-gadis suka berbelanja? Lalu kenapa adiknya tidak? Ata hanya ingin dibelikan makanan dan jajanan saja. Apa Ata tidak takut jadi gendutan? Bukankah gadis-gadis kebanyakan takut akan hal itu?

Walaupun kenyataannya Erwin tak pernah melihatnya begitu, tapi bukankah adiknya terasa sedikit aneh? Atau mungkin unik? Entahlah, Erwin semakin bingung jika harus memikirkan segala kelakuan ajaib adik semata wayangnya itu.

Selepas kepergian Erwin, seperti yang sudah dikatakan Ata hanya tertidur di kamarnya dengan begitu damai. Dia terlelap dalam tidurnya tanpa mengkhawatirkan apapun. Jika dipikir-pikir juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kecuali mimpi yang terus menghantuinya sejak delapan tahun yang lalu.

Ata benci jika harus terus-menerus memimpikan hal itu. Karena mengingatkannya dengan luka hati yang bernama kekecewaan, yang hingga detik ini masih belum tersembuhkan.

Erwin adalah the real budaknya Ata
Sayang Erwin banyak-banyak
Walaupun keliatan bego
Ups-
-Ataaa

I'll Fix It [Levi x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang