Seperti biasa, typo ya kabarin lah!
•
•
•"Akhirnya aku menemukanmu, A01!"
Ucap pria itu dengan seringai di wajahnya. Tatapan Ata seketika menjadi dingin dan ekspresi datar di wajahnya
Tanpa aba-aba, Ata menggenggam garpu layaknya sebilah pisau dengan kecepatan penuh mengincar leher pria disampingnya. Ata menghentikan aksinya begitu besi tipis tersebut mulai menyentuh kulit leher lawan bicaranya. Bahkan setelah melakukan hal itu, ekspresi dan tatapannya masih tidak berubah sedikit pun.
"Haha... Kakak masih saja tidak berubah. Meski dari luar terlihat acuh, nyatanya begitu waspada dengan sekelilingmu. Dan refleksmu sungguh luar biasa!" seru pria itu masih denga nada berbisik. Dan garpu yang hampir menusuk lehernya sudah ditarik kembali oleh Ata.
Lelaki bersurai merah tersebut pun membenarkan posisi duduknya di belakang Ata. Namun meski dengan jarak seperti itu, mereka masih bisa berbincang dengan intonasi suara yang lebih pantas disebut bisikan.
"Kau menemuiku bukan hanya untuk ini, 'kan?" Apa kau sudah menemukan lokasi yang kuminta, Karma?" tanya Ata.
"Tentu saja! Kakak sangat bisa mengandalkanku untuk itu!"
"Lalu, apa yang kau temukan?"
"Aku sudah mengirimkan koordinat tempat dan semua rinciannya lewat email, Kakak bisa mengeceknya sendiri nanti!"
"Bagaimana kondisi mereka?"
"Buruk. Sangat buruk!"
Ata terkesiap mendengar jawaban Karma yang begitu yakin. Berbeda dengan orang lain, Ata tahu jelas sebaik apa penilaian Karma mengenai situasi yang sedang mereka hadapi. Ata sangat bersyukur Karma berada di pihaknya dan bukan musuh.
"Aku mengerti. Terimakasih, Karma!"
Pria di belakangnya hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Dia tidak butuh imbalan apapun untuk pekerjaan ini, karena yang dia inginkan hanya pengakuan dari prajurit terkuat yang sangat dikagumi.
"Ini bukan hal yang sulit. Aku berutang nyawa juga mengagumimu. Bahkan aku menjadi salah satu orang yang mengetahui identitas aslimu. Itu semua sudah lebih dari cukup!"
"Kau selalu bersikap sangat baik padaku padahal aku sering merepotkanmu. Aku sangat berterimakasih untuk itu!"
"Sudahlah, Kak. Bukankah sudah kukatakan tidak perlu ada kata 'maaf' dan 'terimakasih' diantara kita? Aku sudah menganggapmu sebagai satu-satunya keluargaku, jadi berhentilah mengatakan hal-hal yang membuat hubungan kita terasa jauh!"
Ata mengangguk dan tersenyum tipis. Sangat tipis hingga dia sendiri tidak sadar melakukannya. Bahkan seiring dengan pembicaraan emosional mereka, ekspresi keduanua tidak berubah sedikit pun. Benar-benar tidak terlihat seperti orang yang sedang berbincang.
"Yo, Kak!"
"Hm?"
"Kakak sedang apa disini? Seingatku tempat tinggalmu lumayan jauh dari daerah ini. Apa kau sendirian? Mau kutemani?"
"Aku datang bersama 'teman'-ku. Kau tidak perlu repot menemaniku. Aku tau kau punya pekerjaan lain, Karma."
"Hm, begitu. Baiklah, aku akan menunggu hingga orang itu kembali, baru aku akan pergi. Anggap saja aku sedang menjaga Kakak disini," tawar Karma yang hanya ditanggapi senyum Ata.
Tepat setelah beberapa saat, Levi kembali dan segera mengajak Ata pergi dari tempat itu. Lagipula mereka sudah cukup lama berada disana. Menurut Levi, masih banyak list tempat yang harus dikunjungi jadi tidak boleh membuang-buang waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Fix It [Levi x OC]
FanfictionLevi Ackerman, dokter tampan berumur 26 tahun yang sekaligus pemilik Rumah Sakit ternama. Dia terus hidup dengan penyesalan karena menganggap diri sebagai penyebab kepergian kekasihnya. Ketika dia tahu bahwa Ata-kekasihnya- kembali, dia lagi-lagi be...