Typo tolong kabari...
•
•
•Pagi harinya di apartemen Erwin—bahkan sekarang terlihat seperti markas untuk teman-teman Ata—terlihat beberapa anggota sedang berdiakusi. Mereka berbicara dengan suara pelan agar tidak membangunkan adik dari pemilik tempat itu.
"Jadi bagaimana? Kau yakin akan menyelidikinya lagi? Bagaimana dengan keputusan Kapten?" tanya Eren memastikan lagi pendengarannya.
"Iya. Aku sempat mendapatkan signal keberadaan Armin walau sebentar, dan letaknya berada di tempat yang berbeda. Kurasa ada yang aneh jadi sebaiknya kita selidiki lagi. Jika kalian ragu biar aku saja yang melakukannya," jelas Reiner membuat Jean seketika berpikir.
"Aku ikut denganmu, Reiner!" seru Mikasa mantap membuat yang lain kebingungan. Karena biasanya Mikasa hanya akan bereaksi seperti itu jika bersama Eren dan Kapten.
Tanpa mereka sadari, Ata berjalan pelan melewati mereka dan menuju ke dapur. Dia berjalan sempoyongan hingga akhirnya berpegangan di kulkas dan melirik mereka semua.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Ata pelan.
"Kami hanya sedang berdiskusi tentang misi kita selanjutnya," jawab Eren cepat dan diangguki yang lain.
"Ata, kau baik-baik saja?" tanya Jean karena melihat gelagatnya yang sedikit aneh. Yang ditanya justru hanya mengangguk sambil membuka pintu kulkas kemudian mengambil air mineral dingin.
Belum sempat dia membuka penutup botol tersebut, Ata langsung tumbang membuat yang lainnya terpekik kaget dan segera menolongnya.
Beruntung karena Jean yang segera menyadari hal itu terlebih dahulu, sehingga kepala Ata tidak perlu menubruk keramik yang ada di lantai apartemennya.
"Ata! Bangun! Ata!" seru Jean berkali-kali sambil menepuk pelan pipi gadis yang pingsan didekapannya. Tak berapa lama terdengar suara dengkuran halus membuat Jean menghela napas lega.
"Sepertinya dia hanya kurang tidur dan sedikit demam. Kurasa dia hanya butuh istirahat jadi jangan terlalu khawatir. Kita memang sudah seharusnya menunda misi tersebut. Reiner, ayo kita mulai penyelidikan kita!" ucap Mikasa dan diangguki Reiner kemudian segera bersiap-siap.
"Eren, bereskan ini kembali dan aku akan membawanya ke kamarnya!" perintah Jean dan diangguki Eren. Kemudian Jean segera bergegas menggendong Ata dengan hati-hati agar tidak terbangun.
"Kau jangan sampai melakukan hal yang macam-macam padanya, Jean!" peringat Eren dan diangguki Jean.
"Aku tidak berjanji karena bisa saja aku khilaf," ucap Jean disertai cengiran di wajahnya membuat Eren hampir saja melempar kain lap yang ada di tangannya.
Sesampai di kamar Ata, Jean segera membaringkan raga itu dengan hati-hati. Dia menyelimuti tubuh Ata dengan perlahan dan membiarkan gadis itu beristirahat.
Jean langsung keluar dari kamar itu dan bergegas menuju apotik. Dia membeli beberapa jenis obat yang dirasa di perlukan, kemudian langsung kembali.
Sesampai di apartemen, dia menemukan Eren sedang duduk sambil melamun di samping tempat tidur Ata.
"Eren! Kau kenapa?" tanya Jean setelah memanggilnya berkali-kali dan mengejutkan Eren.
"Oh, kau sudah kembali?" jawabnya cengengesan.
"Sejak tadi. Bagaimana keadaannya?" tanya Jean dan mulai duduk di samping Eren. Eren hanya menggelengkan kepalanya dan mengedikkan bahu seperti mengatakan tidak ada yang berubah.
"Aku sudah memgompres dahinya, tapi seperti yang kau lihat," jawab Eren dan diangguki Ata.
Setelah pembicaraan tersebut, mereka terus saja membicarakan beberapa hal hingga membuat keributan dan membangunkan Ata. Ata langsung bangkit dan terduduk menarik perhatian kedua pria itu.
"Kapten! Tidurlah lagi karena anda masih butuh istirahat!" teriak Eren secara refleks membuat Ata memicingkan matanya.
"Bagaimana aku bisa tidur jika kalian berisik di sampingku?" tanya Ata dengan suara sedikit keras membuat kedua orang itu terkejut. Sepertinya mereka bahkan tidak menyadari perbuatan mereka sendiri.
"Apa kondisi anda sudah membaik? Ah, benar ada Levi! Apa perlu kuhubungi dia? Berhubung Levi merupakan seorang dokter?" tanya Jean sedikit gelapagapan dan berniat mengambil ponselnya.
"Tidak perlu menghubungi siapapun karena aku hanya butuh istirahat. Kalian juga keluarlah! Ruangan yang hening jauh lebih membantu untuk saat ini," ucap Ata membuat Eren mengerucutkan bibirnya. Dia sedikit tidak terima namun tetap melakukan perintah Ata.
"Aku membeli beberapa obat tadi silakan diminum jika dirasa dibutuhkan," ucap Jean pelan kemudian meletakkan obat tersebut di atas nakas, tepat disamping kanan kepala Ata. Ata mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
"Kapten, jika kau mau aku akan memberimu jus mentimun sekarang!" seru Eren nyaring sebelum akhirnya pintu kamar itu tertutup menyisakan Ata sendiriran disana.
Ata hanya menghela napas berat kemudian kembali berbaring dan menarik batas selimutnya hingga menutupi leher.
Sedangkan di luar kamar, sedang terjadi kegaduhan akibat Jean yang memukul kepala Eren dengan keras. Membuat Eren memekik kaget dan bersiap untuk berkelahi denganya.
"Kenapa kau memukulku, sih? Dasar Kepala Kuda!" teriak Eren sambil marah dan tidak dipedulikan Jean.
"Kau bodoh? Memberi jus mentimun untuk orang yang anemia? Kau ingin membunuhnya?" tanya Jean dengan suara sedikit keras membuat Eren terkesiap.
"Ah, apa benar oenderita anemia tidak boleh meminumnya?" tanya Eren terkejut masih sambil mengusap kepalanya yang terasa sedikit sakit.
"Bagaimana kau bisa tidak tahu soal itu?" tanya Jean membuat Eren jengkel.
"Yang berprofesi sebagai dokter adalah ayahku, bukan aku!" tekan Eren di setiap kata-katanya membuat Jean terkekeh karena berhasil membuat Eren jengkel.
"Tapi kau tahu darimana kalau Kapten anemia?" tanya Eren bingung.
Jean terkejut dan segera mengatakan, "Sudahlah Eren, aku lelah denganmu."
Setelah mengucapkan hal itu, Jean segera meninggalkan Eren sendirian disana disertai kebingungan. Eren tidak sadar kalau sebenarnya Jean hanya menebak secara asal, dan sengaja meninggalkan Eren agar tidak ketahuan.
Sementara di tempat lain...
"Bagaimana persiapannya?" Tanya pria tinggi berambut blonde kepada Armin.
Armin hanya mengangguk sebagai jawabannya dan diikuti senyum puas sang pria itu. Dia sudah tidak sabar untuk menjalankan rencana untuk menguasai semuanya.
"Tidak lama lagi dia akan menjadi milikku," ucapnyq dengan suara berat dan iris yang mengkilap, seolah-olah dia begitu terobsesi dengan sesuatu.
"Tapi Anda tahu benar dia bukanlah target kita," ucap Armin membuat pria itu segera menatapnya tajam. Armin hanya bisa bungkam dan menunduk dalam diam.
"Apa ada gadis lain lagi yang kau incar, hm?" tanya pria yang baru saja datang dan mengejutkan mereka berdua.
"Ternyata kau, kukira siapa. Aku akan mengenalkan gadis itu padamu saat aku sudah mendapatkannya," jawab pria blonde tadi dan tersenyum puas.
"Lalu apa yang akan kau lakukan pada si target itu?"
"Aku tidak peduli dengannya, jadi Armin akan mengurus wanita itu sendiri. Yang terobsesi pada si pemilik tanda hanya ayahku, dan aku tidak sama dengannya."
"Ya aku tahu kau berbeda, karena kau jauh lebih gila darinya. Lagipula aku tidak peduli apapun yang akan kau lakukan, selama kau tidak mengusik keluargaku."
Lawan bicaranya tersenyum dan mengatakan, "Lain kali jangan lupa untuk mengenalkan dia padaku."
"Aku tidak yakin untuk ini."
Setelah pembicaraan itu, mereka hanya terus memandangi beberapa monitor cctv yang terpasang di berbagai tempat dalam keheningan.
Akhirnya...
Selamat menikmati dan maafkan atas keterlambatannya
-Ataaa
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Fix It [Levi x OC]
FanfictionLevi Ackerman, dokter tampan berumur 26 tahun yang sekaligus pemilik Rumah Sakit ternama. Dia terus hidup dengan penyesalan karena menganggap diri sebagai penyebab kepergian kekasihnya. Ketika dia tahu bahwa Ata-kekasihnya- kembali, dia lagi-lagi be...