DAN DI SINILAH KITA. TERBELENGGU OLEH RASA.
--RINJALANG--"Aduh, Rinja, gue takut ada yang ketinggalan, deh. Ntar repot bolak balik." Dara heboh sendiri mengecek kembali tasnya. Memastikan bahwa dia benar-benar membawa semua yang di butuhkan selama menginap dua hari di rumah Rinjani. Dara itu tipikal orang yang tidak bisa sendirian dalam waktu lama. Makanya saat kedua orangtuanya memberitahu bahwa mereka harus pergi ke luar kota untuk menghadiri acara kantor, Dara lebih memilih menginap di rumah sahabatnya. Dara itu anak tunggal, dan di rumah hanya ada ART.
Dara yang menyadari dirinya tidak mendapat respons, menolehkan kepalanya ke arah Rinjani yang sedang melamun menatap pemandangan di luar kaca jendela mobil. Rinjani melamun dan itu mengusik rasa ke ingintahuan Dara. Sebenarnya Rinjani ini kenapa?
Dara menyikut lengan Rinjani, "Rinja?" panggilnya. Rinjani menoleh tanpa suara.
"Jujur, de,h sama gue, lo itu kenapa? Gue perhatiin akhir-akhir ini lo banyak ngelamun. Pasti ada sesuatu, kan? Apa? Cerita ke gue. Kita ini sahabatan. Apa ada hubungannya sama Galang? Atau Juna?" Dara menuntut penjelasan, tatapannya tegas seolah mengintimidasi Rinjani.
Di tatap seperti itu membuat Rinjani kikuk. Apa sebaiknya dia bercerita saja, tentang rasa di lemanya terhadap hubungannya dengan Galang dan Juna? Ah, sepertinya Rinjani memang harus bercerita. Dia juga butuh saran dari orang lain.
Rinjani menghela napas panjang. Baru saja dia ingin bercerita tetapi tidak sengaja dia melihat Galang. Cowok itu tengah berada di depan Indomaret, duduk di atas motor sportnya. Rinjani tersenyum dalam hati. Akhirnya sosok yang sedari tadi di carinya muncul.
"Berenti, Pak!" seru Rinjani dan langsung di turuti oleh Supirnya. Kemudian Rinjani cepat-cepat membuka pintu mobil, "tunggu bentar, nanti gue ceritain semuanya," katanya pada Dara yang memasang wajah bingung. Namun kebingungannya terjawab saat mengikuti arah langkah sahabatnya. Dara melihat Galang yang berjarak beberapa meter dari Rinjani.
"Pantesan dari tadi lo nyariin Galang. Kayaknya gue mulai paham," ucap Dara pelan sembari mengulas senyum malas.
Rinjani berlari kecil menghampiri sosok yang di rindukannya. Walaupun setiap hari Galang terlihat, tetapi rasanya berbeda ketika dirinya hanya bisa sekedar melihat tanpa menggapai. Senyumnya selalu terulas. Semalaman Rinjani sudah bertekat ingin memperbaiki hubungannya. Sama-sama berjuang.
Tinggal sedikit lagi, maka cowok itu bisa tersentuh. Tapi, kembali lagi. Manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan yang menentukan. Baru saja Rinjani ingin memanggil cowok itu, tiba-tiba seorang cewek berambut panjang berlari menghampiri motor Galang, membuat Rinjani harus menelan suaranya. Terlebih saat Galang memakaikan helm untuk gadis itu.
🌿
Galang menatap kesal layar ponselnya. Sang ayah baru saja mengiriminya pesan. Seperti biasa, paksaan. Kali ini Galang harus menjemput Airin ke sekolahnya lalu mengantarkannya ke Indomaret.
"Kusut amat muka lo, Lang. Kayak anak kos di akhir bulan," celetuk Karel yang sedang memakan es batu sisa minumannya.
Kretuk!
"Patah, patah dah gigi lu. Es batu segala lu kunyah. Batu pantai sekalian." Karel yang mendengar ucapan Mico, sama sekali tidak menanggapi. Dia malah semakin menggigiti es batu itu di dekat telinga Mico.
"WOI, LANG! MAu KEMANA? BURU-BURU AMAT?" Karel berteriak ketika melihat sohibnya berjalan duluan, sedikit berlari.
"BALIK! JEMPUT TUKANG CAPER! BYE!" Galang balas berteriak tanpa menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJALANG [Completed]
Teen FictionGak ada salahnya untuk mendukung penulis dari nol, jangan tunggu viewers banyak dulu baru baca. Challenge nya, baca cerita ini sampai 5 chapter dulu, sanggup? ------------- Rinjani. Bukan nama sebuah gunung, melainkan nama seseorang. Ya, Rinjani Fa...