Chapter 8

197 41 11
                                    

DIA MILIK GUE, CUMA GUE YANG BOLEH MENJAGANYA!

--GALANG AUFARISKI--


Hap!

Hampir saja Rinjani terjatuh kalau tidak ada seseorang yang menangkapnya dari belakang. Rinjani menghela nafas lega karena tidak jadi menghantam lantai, namun sakit di kepalanya semakin menjadi. Rinjani  menoleh kebelakang untuk mengetahui siapa orang yang menangkapnya itu. Beberapa detik kemudian Rinjani terpaku melihat tubuh seorang cowok yang sangat ia kenal memegangi kedua lengannya. Degup jantungnya terpacu kuat.

"Kak Fathur," lirih Rinjani. Cowok bernama Fathur itu kemudian tersenyum lalu menarik lengan Rinjani untuk duduk di kursi yang ada didepan UKS.

Fathur menatap pelipis Rinjani yang berdarah. "Pelipis lo berdarah, kenapa?" tanya Fathur sambil menunjuk pelipis Rinjani. Spontan cewek itu memegang pelipisnya dan benar saja, rupanya pelipisnya memang mengeluarkan darah.

Pasti gara-gara yang tadi. Tapi kok berdarah lagi sih? Perasaan tadi udah enggak. Rinjani membatin.

"Heh! ngelamun lagi. Itu pelipisnya kenapa?" tanya Fathur lagi.

"Gak papa kok, Kak, tadi itu... mmm, ke-kepentok pintu kamar. Iya itu!" jawab Rinjani bohong. Fathur mengernyit, namun setelahnya ia mengangguk.

"Udah diobatin?" Rinjani menggeleng. Memang tadi ia tidak sempat mengobati pelipisnya, boro-boro mengobati, yang ada ia malah semakin terlambat.

Fathur bangkit. "Tunggu bentar, gue ambil obat merah sama hansaplast dulu," ujar Fathur lalu masuk ke UKS.

Rinjani menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menghembuskan nafas lega. Berada didekat Fathur selalu saja membuatnya sesak nafas, ia tersiksa tapi ia juga senang. Seaneh itu emang.

Alhamdulillah gue gak mimisan.

Tak berapa lama Fathur kembali menghampiri Rinjani yang sudah menegang lagi. Fathur mengoleskan obat merah ke kapas lalu mentutulnya di pelipis kiri Rinjani. Dengan tenang dan tanpa suara Fathur menempelkan hansaplast berwarna coklat itu dengan seksama. Dengan jarak sedekat ini Rinjani ragu kalau Fathur tidak mendengar detak jantungnya ini.

Plis jangan mimisan. Jangan merusak suasana. Mohon Rinjani dalam hati.

Cewek itu meneguk ludah, menahan tangannya agar tidak menyentuh wajah tampan Fathur. Tapi, ia sangat ingin walaupun hanya beberapa detik. Sungguh, Rinjani benar-benar menyukai cowok yang ada dihadapannya ini.

🌿

Seorang cowok baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah. Ia berhenti ketika melihat seorang cewek sedang berdiri sempoyongan. Cowok itu menatap bagian belakang cewek itu yang ia yakini adalah 'dia' seseorang yang menjadi alasan utamanya pindah ke SMA Tunas Kelapa. Ia terkejut saat melihat cewek itu seperti akan terjatuh. Namun ia terlambat beberapa langkah, didepannya sudah ada seorang cowok yang berhasil menangkap cewek itu.

Cowok yang berdiri termangu itu adalah Galang Aufariski, dan cewek yang dilihatnya itu adalah Rinjani Fabyola. Galang menatap Rinjani dan Fathur dengan tajam, seharusnya ia yang ada diposisi Fathur.

Ah sial! Kurang cepet gue. Batin Galang kesal.

Setelahnya Galang berlalu meninggalkan Rinjani dan Fathur sambil mengepalkan telapak tangannya. Kali ini ia boleh kecolongan, tapi untuk seterusnya ia tidak akan pernah kecolongan lagi. Hanya Galang yang boleh menjaga miliknya.

🌿

"Rinja lo dari mana aja, sih? Kok gak masuk jam pertama? Lo bolos ya? Tumben banget, mana gak ngajak gue!" seloroh Dara heboh. Ia melipat tangannya di dada, ceritanya ngambek karena Rinjani bolos dan tidak mengajaknya. Entah apa yang ada di otak Dara sampai ia berpikiran cetek seperti itu.

Rinjani mendengus. "Siapa yang bolos sih? Mana ada gue bolos! Gue itu rajin ya," protes Rinjani.

"Terus kemana lo tadi?" tanya Dara penasaran.

"Dihukum sama Bu Yuyut karena telat," jawab Rinjani jujur.

Dara memelototkan matanya. "WHAT?!! SEORANG RINJANI FABYOLA TELAT?!" Dara terpekik kaget. Cepat-cepat Rinjani langsung membekap mulut sahabatnya itu karena mereka berdua jadi pusat perhatian sekarang, untung saja tidak ada guru.

"Biasa aja dong! Gue juga manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan," celetuk Rinjani.

"Ya tapi...." Dara menggantungkan kalimatnya ketika melihat hansaplast tertempel dipelipis Rinjani. "Kenapa pelipis lo?" tanya Dara. Sontak Rinjani kembali mengingat kejadian yang barusan ia alami dengan Fathur. Ah! Indahnya.

"Woi! Gue nanya geblek!" seru Dara geram. Rinjani hanya cengengesan.

"Biasalah kepentok pintu," Rinjani berbohong lagi, namun sambil senyum-senyum. Membuat Dara jadi ngeri sendiri. Kesambet apa dah si Rinja?

"Ngapain lo senyum-senyum? Curiga gue."

"Tadi kak Fathur yang ngobatin gue Dar! Dia sweet banget tau." Rinjani melebarkan senyumnya. Dara melotot, lagi.

"HAH?! Terus lo gak mimisan kan?" tanya Dara.

Rinjani memberengut. "Gitu banget nanyanya. Tapi kali ini gue gak mimisan, hebatkan gue?" jawab Rinja sedikit bangga.

Dara tampak berpikir. "Hm, kayanya kadar cinta lo ke kak Fathur berkurang, deh," ujar Dara ngasal.

Alis Rinjani bertaut. "Maksud lo? Mana mungkin cinta gue berkurang ke kak Fathur, yang ada malah makin nambah!" balas Rinjani.

"Mungkin karena lo udah membagi cinta ke orang lain?" ujar Dara lebih ngasal lagi.

"Sembako kali dibagi-bagi." Rinjani menoyor jidat Dara lalu sama-sama terkekeh.

"Eh," lanjut Rinjani seperti mengingat sesuatu. "Tadi gue ngeliat seseorang masuk ke ruang kepsek."

"Terus apa hubungannya sama gue dodol!"

Rinjani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gak ada sih, tapi gue kaya gak asing sama orang itu. Badannya kaya pernah gue liat," lanjut Rinjani.

Dara kembali memelototkan matanya untuk yang ketiga kalinya ketika melihat sosok yang sedang berdiri diambang pintu kelasnya. "Kak Galang?" Gumamnya, namun Rinjani mendengarnya dengan jelas.

"Gak mungkin, dia kan di Bandung," kata Rinjani salah pengertian, ia tidak tahu bahwa Galang benar-benar ada disini, didepan kelasnya.

"Dia disini!" ujar Dara membuat Rinjani menolehkan kepalanya kearah pintu. Dan, YAP! Ia melihat Galang. Rinjani baru sadar bahwa yang ia lihat di pintu ruang kepala sekolah tadi ternyata Galang.

Rinjani dan dara termangu ditempat ketika Galang dengan santai memasuki kelas mereka. Para siswi sontak menjadi heboh, ya jelaslah ada cogan!

"Hai," sapa Galang pada Rinjani yang masih terdiam. Galang tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada Rinjani. "Gue sapa malah diem," lanjutnya sambil bertopang dagu.

Rinjani tersenyum kikuk. "Eh iya.... Mm, hai," balasnya canggung.

"Nanti temenin gue liat-liat sekolah ini ya?"

TBC

RINJALANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang