Chapter 48

127 21 1
                                    

KITA SAMA-SAMA BERUSAHA, YA? DI TEMPAT KITA MASING-MASING.
--RINJALANG--

Kata orang masa-masa SMA itu adalah masa yang paling indah, dan kenyataannya memang seperti itu, walau tidak semua kenangan itu bisa dibilang indah. Tidak mungkin selama tiga tahun yang terjadi hanya kesenangan tanpa adanya kesedihan, mustahil sekali. Tapi ada sebagian anak yang merelakan masa SMA-nya begitu saja, bagi anak-anak kutu buku, menjelajahi perpustakaan akan lebih menyenangkan dari pada menyantap makanan di kantin. Yang ada di pikiran orang-orang seperti itu hanyalah prestasi dan juga pencapaian, tiada hari yang mereka lalui tanpa belajar. Ahh, terdengar begitu monoton, bukan?

Lalu, entah mendapat bisikan dari mana, sejak memasuki kelas 12, Rinjani menjadi murid yang sangat rajin, sering mengunjungi perpustakaan, belajar saat jam kosong, membaca buku pelajaran ketika bel masuk belum berbunyi, bahkan di perjalanan, pun, Rinjani masih sempat belajar. Dan hasilnya, pun, terlihat, nilai-nilai Rinjani naik pesat, itu membuat guru-guru menjadi takjub, tak terkecuali Andara Jessica. Dara tak percaya bahwa Rinjani yang sekarang benar-benar sahabatnya, dia seperti melihat sosok lain pada diri Rinjani yang sekarang. Oke, Rinjani memang bukan tergolong siswi nakal, nilai-nilainya juga tidak terlalu buruk. Tapi perubahan itu terlalu cepat. Rinjani juga susah jika di ajak jalan, alasannya pasti selalu sama, belajar.

Yang namanya usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, Rinjani telah membuktikannya. Berkat kegigihannya selama satu tahun terakhir, ia akhirnya lulus dari SMA Tunas Kelapa dengan peraih nilai tertinggi di Ujian Nasional. Rinjani bangga, ternyata perjuangannya membuahkan hasil. Setelah ini akan ada keinginan besar yang akan ia wujudkan, serta mimpi yang akan ia raih. Tunggu saja, Rinjani akan menggenggamnya di telapak tangannya sendiri.

"Ciee yang lulus dengan nilai tertinggi," puji Dara sambil menyikut perut samping Rinjani.

Rinjani tersenyum bangga, "BIASALAH!" serunya.

Dara mendengus, "ngomong-ngomong alasan lo untuk semua ini apa, sih? Tiba-tiba rajin banget?" Dara bertanya penasaran. Namun, Rinjani hanya diam lalu tersenyum penuh arti. Entah arti apa yang ia maksud. Kita tunggu sajalah.

"Eh nanti anak-anak bakal rayain kelulusan, lo ikut, kan?" tanya Dara.

"Ikutlah, pasti seru banget. Tapi lebih seru kalau ada Galang, sih." Dara yang mengerti situasi langsung merangkul lengan sahabatnya, sedikit menghibur.

"Gak usah sedih gitu, ah. Ayo, yang lain udah mau berangkat. Lo bareng gue aja pakai mobil Kemal." Rinjani hanya mengangguk.

Beberapa saat kemudian, rombongan angkatan mereka melaju meninggalkan SMA yang selama tiga tahun ini sudah memberi mereka kenangan yang begitu banyak, suka dan duka telah mereka lalui.

Mereka berhenti di sebuah lapangan bola, tempat ini memang sudah mereka siapkan dari beberapa hari yang lalu. Mereka memarkirkan kendaraan di pinggir lapangan lalu langsung berlarian ke area lapangan sepak bola yang sangat luas.

Beberapa dari mereka, khususnya anak cowok, membawa peralatan untuk menyukseskan acara kelulusan mereka. Ada yang membawa smoke bomb atau pipa asap, cat semprot, dan juga speaker besar untuk membunyikan musik agar terasa lebih meriah.

Mereka berbaris seperti ular yang sedang melingkar, gambarannya seperti obat nyamuk yang berwarna hijau itu. Lalu sang ketua osis mulai membacakan kalimat demi kalimat yang terdengar seperti salam perpisahan.

Setelah ketua osis selesai dengan kalimatnya, semua orang tampak haru, tak sedikit yang menitikkan air mata. Momen seperti ini memang mengharukan sekali, bukan? Tidak ada yang sanggup dengan istilah perpisahan.

Kemudian, untuk menghilangkan rasa sedih. Mereka yang tadi membawa pipa asap langsung beraksi, berlari di antara barisan sambil menyalakan pipa asap. Lantas, lapangan beserta orang-orangnya berlumuran warna yang di akibatkan oleh petasan itu. Mereka sontak berlarian, melompat, juga memeluk sahabat akrabnya. Selanjutnya masing-masing saling menyemprotkan cat semprot di seragam temannya, semprotan abstrak lalu menuliskan tulisan serta tanda tangan.

Dara yang baru saja menuliskan kata di seragam Rinjani, bertanya, "lo pergi ke prom night, kan?"

Rinjani tampak berpikir lalu menggeleng, membuat Dara kecewa.

"Kenapa? Karena gak ada Galang, ya? Tapi masa lo gak pergi. Gue sendirian, dong," bawel Dara dengan bibir yang mengerucut.

Rinjani tersenyum tipis, "bukan karena Galang juga, sih, tapi gue gak mau pergi aja, capek," katanya.

"Yahh, masa gak pergi, sih. Nanti gue gak ada temennya."

Rinjani sebenarnya sangat malas untuk pergi. Tidak ada Galang, maka pasti tidak seru, pikirnya. Tapi, Dara juga, kan, sahabatnya, tidak mungkin ia membiarkan sahabatnya itu sendirian tanpanya. Lagi pula, mereka bisa terus bersama nanti. Maklum duo jomblo. Akhirnya Rinjani mengiyakan ajakan sahabatnya itu, membuat Dara jingkrak-jingkrak kesenangan.

🌿

MELBOURNE, AUSTRALIA.

Hari-hari yang di jalani Galang selama bersekolah di Melbourne, tidak bisa di katakan menyenangkan, cowok itu nyaris tertekan. Setiap hari Galang harus pulang nyaris malam, atau bahkan malam bila ada pelajaran tambahan, Galang juga harus bergadang untuk menyelesaikan tugas-tugas yang banyak. Hanya di hari minggu Galang bisa sedikit bernapas lega, walaupun masih di bebankan dengan tugas.

Kehidupan SMA yang seharusnya di nikmati dengan bahagia, Galang justru sebaliknya. Tapi tak apa, Galang tidak terlalu mempermasalahkannya. Toh, dia yang memilih pilihan ini dari awal, Galang tidak pernah merasa menyesal sedikit pun.

Galang juga pernah jatuh sakit, ia izin tidak sekolah selama tiga hari. Dan saat-saat seperti itulah semuanya terasa semakin berat. Tidak ada yang menemaninya, tidak ada yang merawatnya, Galang tetap harus mengurus dirinya sendiri.

Hingga akhirnya satu tahun berlalu, Galang telah menyelesaikan SMA-nya, cowok itu lulus dengan hasil yang cukup memuaskan dan kabar yang paling membahagiakan adalah....

Galang berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di salah satu kampus terkenal di Melbourne, Australia. Cowok itu bangga pada dirinya sendiri.

Dan saat ini Galang baru saja memasuki sebuah coffe shop. Cowok itu langsung menemui manager HRD untuk interview pekerjaan. Sebelumnya, Galang sudah mengadakan janji pertemuan.

"Please, sit," kata Colin pada Galang yang baru saja masuk ke ruangannya. Dan wawancara, pun, dimulai.

Setelah cukup lama, akhirnya Colin menyudahi kegiatan interview. "Well. You can work as a bartender here starting tomorrow," kata pria berusia awal 40-an itu. Galang tersenyum sumringah dan langsung menjabat tangan Colin dan mengucapkan terima kasih. Setelahnya, Galang keluar dari ruangan itu. Berjalan keluar kafe menuju tempat tinggalnya yang baru.

Galang memang mendapatkan beasiswa full untuk berkuliah, tapi untuk tempat tinggal, Galang harus membiayainya sendiri. Maka dari itu Galang memutuskan untuk kuliah sambil kerja, gajinya bisa ia gunakan untuk membayar sewa tempat tinggal, makan, dan kebutuhannya sehari-hari. Galang ingin meringankan beban orang tuanya. Meskipun kini ayahnya sudah bekerja di salah satu perusahaan di Bandung yang gajinya lumayan, namun Galang tetap ingin mandiri. Sebisa mungkin Galang akan membiayai hidupnya sendiri dan uang yang Salman kirimkan bisa ia tabung untuk kebutuhan mendesak nantinya.

Galang menghempaskan pantatnya di sofa usang yang berada tak jauh dari tempat tidurnya, menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Cowok itu lelah tentu saja, seharian ini Galang mencari-cari rumah sewa yang sesuai dengan kantungnya. Lalu Galang mengambil ponselnya untuk kemudian menelepon Gadisnya, Gadis yang selama satu tahun ini tidak ia temui. Gadis Galak bernama Rinjani Fabyola.

TBC

Akhirnya...

Dua?

RINJALANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang