PERCAYALAH BAHWA BERPURA-PURA ITU SULIT. SEPERTI HALNYA AKU YANG BERPURA-PURA TIDAK MEMPERDULIKAN MU LAGI.
--RINJANI FABYOLA--Ujian kenaikan kelas SMA Tunas Kelapa, dimulai. Seluruh siswa kelas 10 dan 11 melaksanakan ujian. Menentukan siapa yang berhak untuk naik ke tingkatan berikutnya. Untuk kelas 12, mereka telah selesai menghadapi ujian-ujian yang cukup membuat rambut mereka hampir tercabut dari kepalanya, termasuk Ujian Nasional. Bagi yang kelas 12, mereka hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan baru setelah itu mengadakan acara perpisahan.
Diantara murid-murid yang terlihat kesusahan menjawab soal ujian, terlihat Galang yang sepertinya tidak menemukan kesulitan yang berarti, cowok itu tampak tenang mengerjakan ujian fisika itu.
Bahkan waktu masih tersisa sekitar 20 menit lagi tapi Galang sudah selesai. Siapa sangka seorang Galang memiliki otak seencer itu. Saat dirinya hendak berdiri untuk mengumpulkan soal dan jawaban ujian, Karel mencegahnya.
"Udah siap, lo?" tanyanya, kagum sekaligus panik. Panik tidak mendapat contekan tentu saja.
Galang menaikkan alisnya, "menurut lo?"
Seketika Karel memasang wajah memohon seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Lang, bantu gue, please. Dari lima puluh soal, gue baru jawab dua puluh doang."
Galang tidak mengindahkan ucapan temannya. Karel bukan Rinjani yang harus dia turuti keinginannya. Aish! Kenapa Galang tiba-tiba mengingat pacarnya -entah disebut apa mereka sekarang-
"Peduli apa, gue?" sinis Galang.
"Bantuin temen gak ada salahnya, Lang." Karel semakin memohon. Tapi Galang tetap berdiri lalu menyerahkan soal dan jawabannya di meja pengawas ujian.
Karel ternganga. Lalu berbagai jenis umpatan bermunculan di batinnya. Dasar teman laknat! Giliran di butuhin tidak mau menolong. Dengar, ya, Karel sayang. Nyontek itu gak baik. Lo harusnya belajar bukannya ngarepin pertolongan temen. Giliran gak di kasih, temennya dibilang pelit, gak setia kawan.
Mampus, gue.
Galang keluar kelas karena telah selesai mengerjakan ujian. Cowok itu menghela napas berat. Sejak hari di mana secara tidak sengaja ia mendengar pengakuan Rinjani, sejak itu juga hubungan mereka semakin tidak baik-baik saja.
Galang masih tidak menyangka, hubungan yang awalnya baik-baik saja akan menjadi seperti ini. Perjuangannya untuk meluluhkan gadis galak itu terpatahkan oleh keputusan sepihak sang ayah. Bisa-bisanya ayahnya ingin dirinya mendekati perempuan yang bahkan tidak dia kenal. Ngomong-ngomong soal Airin, gadis itu sangat menyebalkan. Galang tidak suka pada gadis yang seperti itu. Suka cari perhatian.
Dilihat sekilas pun, Galang sudah bisa menebak bahwa gadis itu suka padanya. Terlihat sekali dari tatapan mata dan sikap malu-malunya ketika berada di hadapan Galang. Tapi kembali lagi, Galang sama sekali tidak tertarik. Hanya ada satu perempuan yang membuatnya tertarik, gadis yang membuatnya rela melakukan apapun demi melihat senyum gadis itu. Ya. Rinjani. Gadis yang saat ini tengah mengobrol dengan temannya di meja kantin.
Sejurus kemudian, tatapan mereka bertemu, saling mengunci satu sama lain hingga saat Galang memutuskan tatapan itu duluan, Rinjani terpekur cukup lama. Cewek itu mengikuti arah langkah Galang hingga berdiri di stand pemesanan.
"Mbak, bakso sama es jeruknya satu, ya," ujar Galang.
"Oke, Lang," jawab Mbak Wati, petugas kantin yang menjadi langganan Galang beserta teman-temannya.
Galang masih berdiri di sana, memperhatikan Rinjani yang duduk membelakanginya. Tidak. Galang sama sekali tidak bermaksud untuk menjauhi cewek itu. Ia hanya menjaga jarak, memberi gadisnya itu waktu untuk berpikir. Setelah waktunya sudah tepat nanti, barulah ia akan kembali menemui pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJALANG [Completed]
Teen FictionGak ada salahnya untuk mendukung penulis dari nol, jangan tunggu viewers banyak dulu baru baca. Challenge nya, baca cerita ini sampai 5 chapter dulu, sanggup? ------------- Rinjani. Bukan nama sebuah gunung, melainkan nama seseorang. Ya, Rinjani Fa...