DENGERIN MULMED BIAR LEBIH NGENA
-----------------------------------------------------------KENAPA DI SAAT AKU INGIN KEMBALI BERLARI KE ARAHMU, KEADAAN SEMAKIN RUMIT. SEOLAH TAK ADA RUANG UNTUK KITA?
--RINJANI FABYOLA--"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Mama?"
Juna terkejut ketika mendapati kehadiran sang ibu berada di ruang tamu rumah Rinjani. Padahal tadi sang ibu mengatakan ingin berbelanja ke supermarket. Mengapa tiba-tiba ada disini?
Sama halnya dengan Juna, Rinjani juga sedikit terkejut. Tapi dia langsung mengulas senyumnya ketika ibunya Juna berjalan kearahnya.
"Ini Rinjani? Ya ampun makin cantik aja," puji Elly dengan kagum. Beberapa tahun tidak bertemu, membuatnya merindukan sahabat anaknya itu. Keluarga mereka sangat dekat, sudah seperti saudara. Elly dan sang suami sudah menganggap Rinjani seperti anaknya sendiri, begitupun sebaliknya.
Rinjani tersenyum, "hehe, makasih tante. Tante juga masih tetep cantik, kok. Awet muda," balasnya yang langsung di sambut oleh tawaan Elly. Setelahnya mereka duduk kembali di sofa ruang tamu. Kecuali Rinjani, gadis itu izin ke kamar untuk berganti pakaiannya yang lembab terkena hujan tadi.
Setelah mandi dan memakai baju, Rinjani duduk di meja belajarnya. Dirinya melamun, memikirkan banyak hal yang terjadi belakangan ini. Tentang alasan mengapa dulu Juna meninggalkannya, tentang ujiannya, dan yang paling memenuhi pikirannya adalah cowok itu. Cowok yang baru beberapa saat dia putuskan. Entah apa memang mereka resmi putus atau belum, Rinjani bingung. Semoga saja Galang tidak mengindahkan keputusan bodohnya.
Rinjani belum siap. Belum siap untuk kehilangan. Belum siap mengakhiri hubungannya. Rinjani hanya tidak ingin membawa masalah di kehidupan Galang. Hubungan mereka itu di tentang. Bisa saja, sih, mereka nekat untuk tetap bersama, tapi Rinjani tidak mau membuat Galang menentang ayahnya sendiri.
Rinjani menghela napas berat. Apa sebaiknya dia berjuang saja? Seperti yang sudah dia dan Galang sepakati dulu? Dirinya sadar, kalau ia hanya diam dan terus menghindar, itu tidak akan menghasilkan apapun. Tapi, apakah belum terlambat? Apakah Galang masih ingin memperjuangkan hubungan mereka? Atau bisa saja Galang berhenti setelah Rinjani mengatakan putus tadi? Ah! Bagaimana ini?! Tapi, itu kan hanya dugaan, belum tentu benar. Dan, kita tidak akan pernah tahu sebelum mencobanya, bukan?
"Oke, Lang. Ayo kita berjuang sama-sama untuk dapet restu ayah lo."
🌿
Rinjani, Juna, dan para ibu mereka tengah berkutat menyiapkan makan malam di dapur, ada pembantu rumah tangga Rinjani juga, sedangkan Fauzi masih belum pulang, lembur katanya.
Rinjani ke bagian tugas memotong-motong wortel dan kentang, mereka akan membuat sup ayam.
"Juna! Gak kayak gitu motongnya. Harusnya bulet bukan dadu begini. Aduh! Kalo gak bisa mending gak usah, deh. Duduk aja tu disana!" Rinjani mengomel. Dia menunjuk kursi di meja makan, menyuruh Juna untuk duduk di situ saja, tidak usah menolong. Menolong apanya? Memotong wortel saja salah. Memang tidak bisa di andalkan.
Juna memasang wajah polos, tidak merasa salah sama sekali. Rinjani juga tidak memberitahu bagaimana cara memotongnya. "Salah? Sama aja kali. Yang penting di potong. Emangnya ngaruh, rasa sama bentuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJALANG [Completed]
Teen FictionGak ada salahnya untuk mendukung penulis dari nol, jangan tunggu viewers banyak dulu baru baca. Challenge nya, baca cerita ini sampai 5 chapter dulu, sanggup? ------------- Rinjani. Bukan nama sebuah gunung, melainkan nama seseorang. Ya, Rinjani Fa...