BERJANJILAH, APAPUN YANG TERJADI. KITA HARUS TETAP BERTAHAN.
--GALANG AUFARISKI--Padang rumput terhampar luas, matahari senja yang menjadi penerang bumi saat itu. Seorang gadis, dengan memakai dress putih terduduk memeluk lututnya sembari terisak pelan.
Airin sedang merindukan seseorang, sangat merindu lebih tepatnya.
"Jangan nangis, nanti langit runtuh," suara itu, suara yang sudah tidak di dengar Airin selama lebih kurang satu tahun.
Airin mendongak ketika merasakan usapan lembut pada surainya. Dan ketika manik itu saling bertemu, Airin mendadak kaku.
"A-al," kelunya, air matanya meluruh lebih deras.
Alva Abimayu, laki-laki itu lalu duduk di samping Airin, "sttt.... cewek kuat gak boleh nangis, oke?" lalu tangan besar itu merengkuh tubuh mungil yang sedikit bergetar.
"Airin rindu Al..." ujarnya tersedu.
"Kamu gak boleh sedih lagi, nanti aku juga ikutan sedih." Pelukan itu terurai.
Airin menghapus air matanya kasar, "kenapa, Al, kenapa kamu ninggalin Airin secepat ini? Mana janji kamu untuk tetap terus sama aku?"
Alva tersenyum sedih, "bukan aku yang mau, tapi Tuhan. Lalu aku bisa apa? Aku juga sedih harus ninggalin kamu duluan."
"Tuhan gak adil! Kenapa dia harus ngambil satu persatu orang yang aku sayang. Pertama mami, terus kamu. Besok siapa lagi? Papi?"
"Kamu gak boleh ngomong kayak gitu. Tuhan itu baik, buktinya dia udah bikin aku gak sakit lagi dan gak nyusahin banyak orang lagi."
Ya. Alva itu penyakitan dari lahir. Gagal jantung dan pembengkakan hati. Sedari kecil ia sudah harus bergantung dengan obat-obatan dan check up rutin. Hingga pada umur 16 tahun, Alva menyerah, kembali pada sang pencipta.
"Tapi aku kesepian, Al, semua orang nyalahin aku kecuali papi sama bi Atun. Mereka bilang aku anak pembawa sial. Bener, ya, Al?"
"Gak ada yang namanya anak pembawa sial. Lagian kamu punya dia, aku yakin dia bisa buat kamu bahagia lagi."
Airin mengernyit, "kamu tau Galang?"
"Aku tau semua yang kamu alami, aku selalu mantau kamu dari sana," Alva menunjuk ke arah langit. "Setiap kali kamu mimpiin aku, itu artinya aku lagi rindu."
"Serius?" Alva mengangguk.
"Sekarang aku tenang karna kamu udah mulai nemuin pengganti aku."
"Dulu kamu yang buat aku semangat untuk hidup karna semua orang nuduh aku sebagai pembunuh mami. Setelah kamu pergi, semangat itu hilang lagi. Dan waktu aku ketemu Galang, kayaknya aku gak bakal mau bunuh diri lagi."
"Itu baru namanya Airin." Alva mengusak rambut gadisnya hingga berantakan.
"Tapi kamu rela, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJALANG [Completed]
Teen FictionGak ada salahnya untuk mendukung penulis dari nol, jangan tunggu viewers banyak dulu baru baca. Challenge nya, baca cerita ini sampai 5 chapter dulu, sanggup? ------------- Rinjani. Bukan nama sebuah gunung, melainkan nama seseorang. Ya, Rinjani Fa...