KARENA PADA DASARNYA. SESEORANG PUNYA RUMAH UNTUK KEMBALI.
--RINJALANG--Disinilah mereka. Di taman yang pernah mereka datangi dulu. Duduk di bangku yang sama. Saling terdiam. Sedari tadi, Galang memperhatikan gadis di sampingnya dengan seksama. Ada rasa senang dalam hatinya bisa duduk berdekatan seperti ini lagi.
"Jadi Airin itu, dia?" Rinjani memulai pertanyaan, sekedar mengisi keterdiaman. Galang hanya bergumam menanggapi Rinjani yang menatap lurus kedepan.
"Rinja," panggil Galang, "Rinja, liat gue." Dan saat itu juga Rinjani memiringkan tubuhnya menghadap Galang. "Apapun yang lo pikirin, itu gak bener," kata Galang, menatap dalam gadis di depannya.
Rinjani mengangkat kedua alisnya, "emang lo tau tentang apa yang gue pikirin?" tanyanya tertawa hambar.
"Tau. Itu tertulis di jidat lo," jawab Galang sekenanya.
"Oh, ya? Apa tulisannya?" tantang Rinjani dengan menaikkan dagunya.
Galang memicingkan matanya, pura-pura memfokuskan mata ke jidat Rinjani. "C-E-M-B-U-R-U," ejanya, "kalau dibaca 'cemburu,' bener, gak?" sontak bola mata Rinjani membesar.
Belum sepenuhnya sadar, Rinjani kembali di kagetkan oleh aksi tiba-tiba Galang pada dahinya.
Cup.
"Udah hilang," ujar Galang santai. Sial! Bagaimana bisa Galang bisa sesantai itu setelah mencium dahi Rinjani. Dia tidak tahu, apa, kalau saat ini jantung Rinjani tengah gila-gilaan?! Mata Rinjani mengerjap gelisah, bergerak-gerak kemana saja yang penting tidak ke arah manik laki-laki yang baru saja mencium dahinya.
Galang terkekeh menyadari gadisnya itu tengah salting. "Untung tulisannya ada di jidat," ujarnya lagi.
"K-kenapa emangnya?" Rinjani yang masih berdebar, berusaha untuk menormalkan detak jantungnya kembali.
"Kalau dibibir, pasti bibir lo yang gue cium."
Refleks, Rinjani menutup mulutnya. Jangan sampai bibirnya di cium oleh Galang, dia bisa mimisan sampai pingsan. Memalukan!
"Dasar mesum!"
Tiba-tiba Galang memajukan tubuhnya lalu melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Rinjani. Wajahnya ia benamkan di ceruk leher gadis itu. "Jangan menghindar lagi, gue gak suka," ujarnya lemah, tersirat kesedihan. Galang memejamkan matanya dan mempererat pelukan. Seolah mentransfer rasa rindunya yang tertahan selama ini. Menegaskan bahwa dia tidak ingin berpisah lagi.
Semula Rinjani hanya terdiam kaku, namun setelah merasakan rengkuhan itu semakin erat, dia membalas pelukan yang selama ini ia rindukan. Rinjani mengelus rambut cowok itu. Rinjani tidak mengelak lagi, dia tidak akan menghindar seperti beberapa waktu ini. Saat ini, di dalam rengkuhan cowok yang dia sayangi. Rinjani berjanji akan terus berada di sampingnya, memperjuangkan apa yang memang di ciptakan untuknya.
🌿
"Berarti... K-kita balikan?"
Galang yang hendak mengambil helm-nya, terhenti ketika lengannya di tusuk-tusuk oleh seorang gadis yang menunduk. Cowok itu menghadap belakang, tersenyum sembari mengangkat dagu sang gadis menggunakan telunjuknya. Galang menggeleng.
"Oh." Rinjani mengartikan gelengan itu sebagai tanda penolakan. Melihat raut sedih dari muka gadisnya, Galang berinisiatif menangkup kedua pipi Rinjani seraya tersenyum manis.
"Kita gak pernah putus, By. Ngapain balikan?" langsung, ekspresi bahagia terbit di wajah cantik gadis itu. Ah! Rinjani merindukan panggilan itu. "Dan gak akan pernah putus," lanjut Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJALANG [Completed]
Ficção AdolescenteGak ada salahnya untuk mendukung penulis dari nol, jangan tunggu viewers banyak dulu baru baca. Challenge nya, baca cerita ini sampai 5 chapter dulu, sanggup? ------------- Rinjani. Bukan nama sebuah gunung, melainkan nama seseorang. Ya, Rinjani Fa...