Chapter 6

220 47 17
                                    

KALAU TIDAK INGIN MEMBALAS PERASAANKU, SETIDAKNYA JANGAN MENYAKITI!
--RINJANI FABYOLA--

"Capek?" suara seorang cowok menginterupsi lamunan Rinjani. Saat ini Rinjani tengah melamun, entah apa yang sedang dilamunkan oleh cewek itu, yang jelas membuat perasaannya getir.

Rinjani terperanjat kaget di tempatnya ketika tahu siapa yang ada disampingnya saat ini. Rinjani terdiam, tampak tidak minat untuk berbicara.

"Kakinya masih sakit?" tanya cowok itu menatap Rinjani. Rinjani yang semula juga menatap langsung memalingkan wajahnya, antara malu dan kesal pada cowok di sebelahnya itu.

Fathur menghela napasnya pelan ketika Rinjani tak kunjung menjawab pertanyaannya. Ia paham pasti cewek itu tengah marah padanya. "Maaf," ujar Fathur tulus. "Gue cuma panik, gue gak ada maksud buat nyelakain lo," ujarnya lagi, tampak merasa bersalah.

Sial! Rinjani menjadi tidak tega pada Fathur. Laki-laki yang sudah menuduh dan membentaknya tadi.

Flashback on

Seluruh peserta kemah dan panitia tengah melaksanakan kegiatan jelajah alam saat ini. Terdiri dari beberapa kelompok. Rinjani dan teman sekelompoknya tampak riang menyusuri jalan sampai akhirnya Rinjani tersandung akar pohon besar. Syvanya selaku ketua sangga-sebutan kelompok bagi pramuka penegak- langsung sigap menolong Rinjani dibantu dengan teman-teman yang lainnya. Syvanya menarik tangan Rinjani, membantunya berdiri. Sedangkan Dara langsung memegangi tubuh Rinjani.

Jalan yang mereka lalui saat itu cukup sempit ditambah dengan jurang kecil disisi kanan dan kiri jalan, kalau tidak hati-hati sudah bisa dipastikan orang itu akan terjatuh kedalam jurang kecil itu. Dan karena kurang hati-hati, Syvanya terpeleset dan jatuh ke jurang. Jurang itu tidak terlalu dalam, namun juga tidak bisa disepelekan.

"AAA TOLONG!!" Syvanya menjerit ketika merasakan sakit diperutnya yang menghantam batu. Semua orang tampak panik, berusaha membantu.

"Eh minta bantuan sekarang!" titah Rinjani kepada temannya. Namun belum sempat meminta bantuan, Fathur sudah lebih dulu datang, ia menyeruak anggota kelompok Rinjani dan langsung melongokkan kepalanya kebawah jurang, tempat Syvanya terjatuh. Karena terlalu kuat, Fathur sampai mengenai tubuh Rinjani, cewek itu terhuyung kebelakang, untung saja ada Dara yang menyambutnya.

Dengan cekatan Fathur masuk ke jurang dengan perlahan lalu membantu Syvanya keluar. Tak berapa lama mereka berdua keluar dari dalam jurang. Fathur membopong Syvanya yang memegangi perutnya. Wajah Fathur tampak panik dan nafasnya terengah-engah.

"Segini banyak orang kenapa bisa Syvanya sampai jatuh?!" tanya Fathur dengan wajah gusar. Tidak ada yang menjawab.

"Itu salah aku kak, tadi kak Syvanya nolongin aku makanya dia sampai jatuh," papar Rinjani, ada nada sendu yang tersembunyi ketika melihat sebegitu khawatirnya Fathur pada Syvanya.

"Jadi gara-gara lo?! Ceroboh banget sih! Gara-gara kecerobohan lo itu, Syvanya sampai celaka!" bentak Fathur tajam. Rinjani termangu, baru kali ini Fathur membentaknya. Ia meremas tangannya.

"A-aku gak sengaja kak," jawab Rinjani menahan tangis. Namun Fathur menyentak tangan Rinjani yang memegang tangannya. Terlalu kuat sampai Rinjani terjatuh, kedua lututnya menghantam akar kayu besar. Sakit, namun hatinya jauh lebih sakit lagi.

Fathur melihatnya, namun ia tidak perduli, ia hanya menghawatirkan kondisi Syvanya saat ini. Terlebih dari tadi Syvanya terus memegangi perutnya yang sakit.

Flashback off

"Udah diobatin?" tanya cowok itu lagi.

"Ngapain nanya-nanya? Emang penting?" Rinjani balik bertanya, sinis.

"Pentinglah, gue perduli sama lo," balas Fathur.

Rinjani tersenyum miring. "Perduli? Bukannya kakak lebih perduli sama kak Syvanya? Tadi kakak gak perduliin aku, kan? Kenapa tiba-tiba sekarang perduli?" tanya Rinjani sarkas.

Fathur meneguk ludahnya, Rinjani benar-benar marah. "Maaf Rinja, tadi gue panik."

"Sama aku gak panik? Aku juga jatuh karena ke dorong kakak, lutut aku berdarah. Sedangkan kak Syvanya yang gak luka lebih kakak pentingin." Rinjani terus menyindir Fathur. Rinjani tahu seharusnya ia tidak perlu bicara begitu. Memangnya dia siapa yang harus dicemaskan oleh Fathur?

"Lo gak ngerti, Syvanya gak sekuat lo Rinja," ujar Fathur.

"Sekuat-kuatnya cewek, dia tetep cewek kak."

Fathur menghela napas berat. "Mana yang luka? Sini gue obatin. Gue udah bawa obat merah," kata Fathur.

"Gak usah," jawab Rinjani singkat.

Tidak menjawab namun Fathur tetap meraih kaki Rinjani. Namun dering ponsel menginterupsi kegiatan Fathur, ia mengecek ponselnya.

SYVANYA
Thur lo dimana? Perut gue sakit.

Rinjani tidak sengaja melihatnya, hatinya kembali sedih.

"Tuh, kan, dicariin, udah sana aku bisa obatin sendiri. Aku kan kuat," ujar Rinjani menekankan kata kuat.

Fathur mengangguk, ia berdiri meninggalkan Rinjani. Cewek itu menatap nanar punggung cowok itu. Lalu ia melihat obat merah dan lukanya secara bergantian. Tidak berniat untuk mengobatinya. Memang luka dil ututnya ini akan segera sembuh dengan obat merah, namun apakah hatinya juga akan sembuh?

Kalau gak suka setidaknya jangan menyakiti.

TBC

RINJALANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang