Chapter 26

91 22 0
                                    

NIKMATI MULMEDNYA YA GUYS
----------------------------------------------------------

WHAT IF WE REWRITE THE STARS?
NO ONE CAN REWRITE THE STARS!
--RINJALANG--

"Ayah? Kok pulang cepet?" kehadiran Elma yang membawa nampan berisi minuman dan beberapa camilan menginterupsi percakapan antara Rinjani dan Salman yang sangat....

"Ada berkas yang ketinggalan, Bun." Rinjani mengerutkan dahinya. Kenapa nada bicara ayahnya Galang berubah drastis ketika berbicara padanya tadi? Sedangkan dengan Sang istri bisa selembut itu. Sepertinya pemikiran Rinjani benar. Ayah Sang pacar tidak menyukainya, atau mungkin membenci?

Elma meletakkan nampan di atas meja, mempersilahkan untuk Rinjani minum. Asli, rasa haus itu kini telah hilang entah kemana, di gantikan dengan perasaan yang sulit diartikan.

Aduh, Lang. Lo dimana, sih?

Rinjani menggigit bibir bawahnya, gugup. Ternyata, hal yang ia takutkan terjadi. Perkataan Salman sungguh sangat membekas di hatinya.

"Ya udah, Ayah ambil berkas dulu di ruang kerja." Setelah mengatakan itu, Salman langsung berjalan menuju ruang kerjanya, mengambil berkas penting yang ia maksud.

Bertepatan dengan itu, Galang turun dari lantai dua, bersisihan dengan ayahnya. Namun, bukannya menyapa, Galang hanya melengos melewati ayahnya. Entahlah, semenjak percakapan via ponsel waktu itu, Galang merasa bahwa ayahnya berbeda, bukan lagi sosok ayah yang ia kenal. Sedangkan Salman, pria itu hanya menghela napas berat, ia tahu bahwa putra sulungnya sedang marah padanya.

Maafin Ayah, Nak, tapi Ayah gak tau lagi harus berbuat apa. Ayah belum siap bikin kalian hidup menderita.

Elma merasa ada ke anehan, sepertinya ada suatu hal yang terjadi tanpa sepengetahuannya, tapi apa? Selama ini, hubungan keluarganya baik-baik saja, tidak pernah terlibat masalah serius. Tapi, Elma memilih bungkam. Bukan saat yang tepat untuk bertanya sekarang. Apalagi bertanya pada Galang. Bukannya mendapat jawaban, yang ada darah tinggi yang ia dapatkan. Anaknya itu sering bercanda di waktu yang salah.

"Hai." Turun dari tangga, Galang langsung merangkul pundak pacarnya dan di situlah Galang merasa pundak kecil itu sedikit gemetar, raut wajahnya juga tampak tidak biasa. Seketika rahang Galang menegas, jelas cowok itu marah, ayahnya pasti sudah mengatakan sesuatu yang mungkin menyakiti hati gadisnya.

Suasana mendadak awkward seketika, membuat Elma mati gaya. Elma memilih berdehem, "kalau gitu Bunda nyamperin Ayah dulu ya, Lang, kamu temenin Rinjani. Rinja, Bunda tinggal dulu ya," katanya dan di angguki oleh kedua sejoli itu, setelahnya Elma beranjak pergi meninggalkan dua orang yang bergulat dengan pikirannya masing-masing.

"Lang," lirih Rinjani seraya menarik ujung seragam cowok itu. Galang hanya menaikkan alisnya sebelah.

Rinjani meneguk salivanya, remasan di baju Galang semakin kuat. Sadar, Galang berinisiatif melepaskan tangan kurus pacarnya untuk beralih meremas tangannya.

"Selagi tangan gue masih ada, lo gak perlu remas yang lainnya." Galang membawa Rinjani menduduki sofa. "Kenapa? Bokap gue ada bilang sesuatu sama lo?" manik mata mereka saling menatap dengan tatapan yang berbeda.

RINJALANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang