KAMU HARUS TAHU, GAK SEMUA YANG AKU UCAPKAN ITU MURNI DARI HATI.
--RINJANI FABYOLA--Dara merangkul lengan sahabatnya yang baru saja tiba di aula SMA Tunas Kelapa, tempat berlangsungnya acara prom night. Rinjani sampai terseret-seret sangking kuatnya Dara menarik lengannya.
"Bentar, ya. Mau ngeladenin monyet dulu." Sambil terseret, Rinjani berbicara dengan cepat pada Galang. Cowok itu terkekeh pada kata 'monyet' yang di lontarkan oleh Rinjani barusan.
"Kenapa, sih, Dar?! Astaghfirullah!" seru Rinjani ketika Dara berhenti menyeret tubuhnya.
Dara tersenyum aneh, dan tak lama kemudian Kemal datang, "TADAAA!" teriak Dara dengan sangat antusias. Kedua tangannya terentang lebar.
Rinjani mengernyit sambil menatap Dara dan Kemal bergantian, seperti ada yang janggal. Ah, iya! Lihat busana yang mereka kenakan. Dara memakai dress sedangkan Kemal memakai kemeja, tapi dengan warna dan motif yang sama. Bisa di bilang baju couple. Astaga! Sudah seperti suami istri saja.
"Gimana? Udah cocok belum jadi pasangan terserasi di 2021?" tanya Dara dengan bangga.
Rinjani tertawa geli. Sedikit berlebihan memang. Tapi, kan, cara orang berpacaran itu berbeda-beda, jadi Rinjani harus maklum.
Siapa sangka Kemal dan Dara bisa jadi sebucin ini? Padahal kita sama-sama tahu bagaimana kisah mereka berdua dari awal. Benar kata orang, cinta bisa datang karena terbiasa. Kuncinya hanya sabar, sabar menanti waktu.
Kemal mengusak rambut Dara gemas, "kamu gemesin banget, sayang."
Melihat senyum bahagia Dara entah kenapa membuat suasana hati Rinjani mendadak sendu. Lebih tepatnya iri, iri pada sahabatnya itu yang bisa terus berdekatan. Sementara dirinya? Bahkan waktunya hanya sampai besok malam. Setelah itu hanya ada penantian.
"Yaudah, deh, males gue ngeliat orang ngebucin. Mending gue samperin Galang," kata Rinjani yang langsung di angguki oleh pasangan yang masih asik bercanda itu.
Rinjani tidak benar-benar menemui Galang, gadis dengan rambut tersanggul acak itu memilih meninggalkan aula, pergi ke taman yang berada tepat di belakang aula, duduk di salah satu kursi sambil memandangi bintang. Rinjani kembali mengenang momen saat mendaki gunung, dirinya dan Galang sama-sama menatap bintang. Lalu, kapan ia bisa melakukan itu lagi?
"Bintang aja gak pernah meninggalkan langit. Jadi, Galang pasti sama kayak bintang, gak akan pernah ninggalin gue. Dia pergi cuma sebentar. Dia pergi demi keluarganya. Dia pergi untuk kembali." Dengan sorot penuh keyakinan Rinjani berujar, dia meyakinkan dirinya lagi. Meski kenyataannya, matanya mulai memanas.
Beberapa saat kemudian, suara petikan gitar mulai memasuki indera pendengarannya, semakin lama, semakin jelas hingga suara merdu laki-laki berada tepat di belakangnya.
Aku, tak pernah meminta,
Sosok, pendamping sempurna,
Cukup dia yang selalu,
Sabar menemani,
Dalam kekuranganku.Rinjani berbalik, menghadap sosok laki-laki yang saat ini tengah bernyanyi sembari memainkan gitar. Suara itu, suara yang sangat indah. Dan mata itu, mata yang kini tengah menatapnya penuh kasih.
Namun, Tuhan menghadirkan,
Kamu, wanita terhebat.
Kuat tak pernah mengeluh,
Bahagiaku selalu bersamamu....Galang menjeda permainan gitarnya. Cowok itu tersenyum sambil menarik lengan Rinjani memutari bangku taman menuju ke hadapannya. Galang mulai memetik gitarnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJALANG [Completed]
Teen FictionGak ada salahnya untuk mendukung penulis dari nol, jangan tunggu viewers banyak dulu baru baca. Challenge nya, baca cerita ini sampai 5 chapter dulu, sanggup? ------------- Rinjani. Bukan nama sebuah gunung, melainkan nama seseorang. Ya, Rinjani Fa...