Chapter 45

108 18 4
                                    

KITA TIDAK BERHENTI. HANYA ISTIRAHAT SEBENTAR.
--RINJALANG--

Beberapa bulan kemudian...

Sudah tiga bulan berlalu sejak Galang meninggalkan Indonesia. Kini Rinjani sudah menjadi siswi kelas 12 SMA Tunas kelapa. Dan sudah tiga bulan juga Galang tidak pernah menghubunginya. Rinjani ingin sekali menghubungi pacarnya itu duluan, tapi yang ia punya hanya nomor indonesia, tentu tidak berlaku di Australia.

Sekarang adalah jadwal kemoterapi Juna, setelah operasi tiga bulan yang lalu, dokter menyarankan agar Juna menjalankan kemoterapi agar mempercepat proses penyembuhan dan sel tumor yang telah terangkat tidak tumbuh kembali. Ini sudah yang ke empat kalinya Juna menjalani kemoterapi. Dan Rinjani selalu ada di samping sahabatnya itu.

"Juna, kemoterapi lo masih setengah jam lagi. Kita tunggu disini dulu," kata Rinjani yang langsung di angguki oleh Juna. Mereka duduk berdampingan di kursi tunggu rumah sakit.

Saat Rinjani menoleh ke samping, ia melihat sosok familiar baru saja keluar dari salah satu ruangan bersama seorang pria paruh baya. Ketika tatapan mereka bertemu, sosok itu tampak kaget tapi kemudian tersenyum lalu berjalan mendekat ke arah Rinjani.

"Hai, udah lama gak ketemu. Kamu ngapain disini?" tanya seseorang yang ternyata Airin.

Rinjani terdiam sebentar, "temen gue mau kemo, lo sendiri ngapain disini?" Rinjani balik bertanya, agak canggung.

"Oh." Airin mengangkat plastik yang berisi beberapa obat-obatan, "kurang enak badan, jadi periksa aja." Rinjani mengangguk. "Oh, iya, Galang kemana? Gak sama kamu?"

Seketika ekspresi wajah Rinjani berubah sedih, dia hanya menggeleng membuat Airin mengernyit bingung

"Ke Melbourne." Melihat Rinjani yang terlihat tidak mau menjawab, akhirnya Juna yang menjawab. Tampak raut terkejut di wajah Airin.

"Hah?! Ngapain?"

"Galang lanjut sekolah di situ, ambil beasiswa, kalau keterima dia bakal kuliah disana." Rinjani menengadahkan kepalanya ke atas, menahan air matanya sendiri. Sedangkan Airin masih bengong, mencoba mencerna kata-kata Rinjani barusan.

"Tapi kalian baik-baik aja, kan?" baik-baik seperti apa maksudnya? Tidak ada komunikasi, apakah itu masih bisa di katakan baik-baik saja?

"Bisa dibilang lost kontak."

"Kenapa?"

"Gue gak ada nomor Galang, cuma ada nomor Indonesia doang," jawab Rinjani seadanya, suaranya terdengar lemas.

"Minta ke orang tuanya Galang aja." Airin mengusulkan.

"Mereka di Bandung. Gue juga gak ada nomornya."

"Aku ada nomor Om Salman. Gimana kalau aku mintain nomor Galang?"

Mendengar itu Rinjani langsung menegakkan tubuhnya, antusias, "beneran? Boleh, deh," katanya dengan senyum senang.

Airin ikut tersenyum, "oke. Aku minta nomor kamu, nanti aku chat." Setelah itu Rinjani langsung membacakan nomornya dan langsung di simpan oleh Airin.

Cukup lama mereka terdiam, hingga Airin kembali membuka suara, "hmm, Rinjani," katanya yang di balas Rinjani dengan gumaman.

"Aku minta maaf, ya, sama kamu dan Galang. Aku udah bikin masalah di hubungan kalian, bikin kalian jadi berantem. Aku tau, kok, aku salah. Sikap aku terlalu kekanak-kanakan. Aku udah maksain perasaan Galang buat suka sama aku." Airin menghentikan kalimatnya, "dan aku harap kamu juga maafin papi aku, ya? Papi gak salah, dia cuma mau kabulin keinginan aku. Kamu jangan benci sama papi aku, ya, Rinjani."

RINJALANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang