Chapter 15

164 30 8
                                    

GUE SELALU BERHARAP KALAU SUATU SAAT NANTI GUE BAKAL NAIK GUNUNG BARENG CEWEK YANG GUE SUKA
--GALANG AUFARISKI--

"YEY KAKI GUNUNG SALAK, TUNGGU GUE!!"

Seruan antusias itu berasal dari Dara, dia sangat senang. Sama dengan Rinjani, ini adalah pengalaman pertamanya kemping di kaki gunung.

Kegiatan mendaki ini memang di adakan setiap tahunnya, dengan murid kelas 11 yang menjadi peserta pendakian dan juga beberapa murid kelas 12 yang bertindak sebagai panitia nantinya.

Tidak semua murid kelas 11 turut serta, hanya sekitar 40%. Kebanyakan dari mereka memilih tidak ikut dengan berbagai macam faktor, tidak diizinkan orang tua, terlalu takut untuk mendaki gunung, atau dari segi kesehatan yang tidak memungkinkan. Pihak sekolah tidak memaksa, karena memang kegiatan ini terlalu beresiko.

Seluruh peserta telah berkumpul. Mereka melakukan perjalanan dengan bus dari kampung Rambutan jurusan Jakarta-Sukabumi dan turun di kawasan Gunung Bunder.

Sepanjang perjalanan di bus, Dara tak henti-hentinya bernyanyi 'Naik-naik ke puncak gunung' kerena sangking senangnya. Sedangkan Rinjani yang berada di sebelahnya hanya bisa diam, walaupun sedikit jengah, pasalnya suara Dara sangat tidak enak di dengar, namun karena suasana hatinya sedang baik, jadi ya sudah.

Sedangkan Galang, yang kebetulan satu bus dengan Rinjani tengah asik mengobrol dengan teman satu bangkunya, Karelino.

"Anak baru!" tiba-tiba Mico menepuk bahu Galang dari belakang, memanggil.

Galang melongok kebelakang, "nama gue Galang, bukan anak baru," ketusnya malas. Pasalnya temannya yang satu itu selalu memanggilnya dengan sebutan 'anak baru'.

"Iye Galang," ulangnya malas.

"Apaan elah, cepetan!" ujar Galang tak sabaran.

Lalu Mico mendekatkan wajahnya pada Galang, membisikkan sesuatu. "Kita bisa tukeran tempat? Jijik gue sama ni anak yang di samping gue, kerjaannya ngupil mulu, mana upilnya segede gaban."

Seketika Galang terkikik, dia melihat seorang cowok dengan rambut di belah tengah yang asik mengupil. "Yaudah, nikmati aja," katanya menahan tawa.

"Lo mah gitu sama temen sendiri."

"Lo tenang aja, ntar gue pindah, kok. Jadi lo bisa duduk bareng Karel."

"Pindah? Kemana?" tanya Mico kepo.

"Mau tau aja lo." Lantas, Mico mencebik.

"Paham gue. Mau modus, kan, lo?"

Galang kembali menghadapkan posisi ke depan, melirik Karel yang tertidur sekilas. Lalu ia tak sengaja menoleh kesamping kanan, tempat Kemal duduk seorang diri. Galang mengendikkan bahu, lalu bersandar pada kursi penumpang.

🌿

Rinjani menggeliat pelan, matanya membuka perlahan. Namun tak berniat untuk memindahkan kepalanya dari bahu orang yang ada di sampingnya. Entah kenapa, Rinjani merasa bahu Dara sangat nyaman, bahunya juga lebar, berbeda dari yang tadi. Dan wanginya.... Berbeda?

Tunggu, sejak kapan Dara berbau maskulin seperti ini?

Kepala Rinjani tergerak, menatap tubuh yang tadi dia sandarkan.

Kemeja? Bukannya tadi dara mengenakan sweater? Tapi Rinjani seperti kenal dengan kemeja ini. Bukannya ini milik...

GALANG?!!

RINJALANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang