Chapter 7

213 40 9
                                    

PERCAYALAH, PERTEMUAN INI TELAH DIATUR OLEH TUHAN
--RINJANI FABYOLA--

~JAKARTA~

Semalam hujan turun dengan derasnya dan hingga pagi ini sisa-sisa hujan itu masih terus membasahi bumi. Cuaca dinginnya membuat siapapun enggan beranjak dari tempat tidur termasuk seorang cewek yang masih bergelung dengan selimutnya. Seolah melupakan rutinitas paginya untuk berangkat kesekolah.

Byurr!

Rinjani yang masih tertidur langsung gelagapan ketika satu gayung air sengaja disiramkan ke wajahnya.

"Enak banget jam segini masih tidur, bangun lo!" seru Regita dengan nada membentak. Rinjani yang masih kaget hanya menatap kakaknya dengan bingung.

"Diem lagi. GUE BILANG BANGUN!" bentak Regita, tangannya bergerak melemparkan gayung kosong itu dan tepat mengenai pelipis kiri Rinjani.

"Awwsh!" rintih Rinjani seraya memegang pelipisnya yang berdarah. "Mama," lirihnya ketika merasakan nyeri dibagian pelipisnya.

"Mama gak ada dirumah. Jadi lo jangan ngerengek manja gitu deh. Gak ada yang bakal nolongin lo," ujar Regita menyeringai jahat. "Gue masih baik hati mau bangunin lo, itu juga karena amanah dari Mama," lanjutnya.

Rinjani menatap nanar kakaknya yang keluar dari kamarnya. Selalu saja begitu, Regita akan berubah sikap jika mamanya tidak ada dirumah. Entahlah, Rinjani juga tidak tahu jelas apa penyebabnya.

Rinjani menggeleng pelan, saat ini bukan waktunya untuk sedih dan berpikir, ia harus mandi dan segera berangkat ke sekolah sebelum gerbang SMA Tunas Kelapa ditutup dan bu Yuyut, si guru BK galak itu akan menghukumnya.

🌿

Deru motor ninja menggema ke seluruh bagian basemen pagi ini. Galang tengah memanasi motor kesayangannya sambil bersiul-siul ringan, suasana hatinya sedang sangat baik pagi ini. Serasa sudah cukup memanasi motor ninjanya, Galang mengambil dan memakai helm full face miliknya. Lalu menancapkan gas meninggalkan apartemennya. Sebelum itu Galang mengucapkan sesuatu sambil tersenyum,

"Rinjani, gue datang."

🌿

Sial. Itulah yang Rinjani sebutkan didalam hatinya, ia tak henti-hentinya menggerutu sedari tadi. Pasalnya, motor matic kesayangannya berulah pagi ini, dan mengharuskan dirinya berangkat menggunakan angkot. Tadi Regita meminta supir keluarga untuk mengantarkannya dan meninggalkan Rinjani begitu saja. Rinjani dan Regita memang bersekolah di SMA yang berbeda, juga tingkatan yang berbeda. Rinjani kelas 11 dan kakaknya itu kelas 12 SMA Panca Karya. Rinjani hanya bisa pasrah ketika dirinya ditinggalkan, kejadian seperti ini bukan kali pertama ia alami jika mamanya sedang tidak ada dirumah. Regita benar-benar keterlaluan, namun Rinjani selalu menutup mulut tanpa berniat mengadu kepada sang ibu, karena ia tidak ingin dicap sebagai tukang ngadu oleh kakaknya itu.

"Ini angkot pada kemana sih?! Giliran dibutuhin aja pada ngilang! Ayo dong angkot datang! Gue udah telat!!" dumel Rinjani kesal setengah cemas, ia takut terlambat. Maklum, Rinjani adalah tipe murid teladan yang tidak pernah telat, bisa rusak reputasinya sebagai siswi disiplin di SMA Tunas Kelapa.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Angkot yang ditunggu akhirnya tiba juga. Oke gak nyambung. Rinjani tersenyum sumringah saat kendaraan berwarna merah itu berhenti tepat didepannya.

RINJALANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang