Chapter 43

98 22 11
                                    

LAGI. AKU KEMBALI DI HADAPKAN PADA DUA PILIHAN.
--RINJANI FABYOLA--

Di hadapkan pada dua pilihan yang sama-sama penting bukanlah perkara mudah. Itulah yang di rasakan gadis remaja yang saat ini duduk di jok penumpang dengan perasaan gelisah. Dia harus kembali memilih, antara pacar atau sahabatnya. Malam ini, tepat pukul delapan, dua orang laki-laki yang sama-sama penting di hidupnya akan menjalani peristiwa yang sangat penting. Galang akan berangkat ke Melbourne, sedangkan Juna dengan operasinya. Lalu, siapa yang akan di pilih oleh Rinjani? Sungguh, kenapa harus kebetulan seperti ini? Rinjani meremas rambutnya frustasi.

Elly yang kebetulan melihat cermin yang ada di depan, tak sengaja melihat Rinjani yang sedang meremas rambutnya sendiri, Elly kemudian berbalik, "kamu kenapa, Rinja?" tanyanya, sedikit cemas.

Rinjani langsung menjatuhkan tangannya lalu tersenyum kaku, "eh, gak apa-apa, kok, Tan."

"Bener?" Rinjani hanya mengangguk, lalu setelah ibu sahabatnya itu memandang ke arah depan lagi, Rinjani memiringkan kepalanya, menatap kosong pemandangan yang ada di luar kaca mobil.

Pukul tujuh lewat 30 menit, itu artinya tinggal 30 menit lagi untuk pesawat Galang akan terbang dan juga operasi Juna akan di mulai.

Rinjani menggigit bibir bawahnya, semakin cemas ketika jarak rumah sakit sudah semakin dekat. Apa ia harus diam saja, membiarkan Elly membawanya pada Juna? Lalu, bagaimana dengan Galang? Cowok itu pasti sudah menunggu kehadirannya, Galang pasti akan sangat kecewa jika Rinjani tidak jadi datang ke Bandara, mengucapkan salam perpisahan.

Tanpa sadar air mata Rinjani mengalir di pipinya. Ia tidak tahu harus bagaimana sekarang.

Karena sibuk dengan lamunannya, Rinjani tidak sadar bahwa mobil yang ia tumpangi telah sampai di depan rumah sakit. Sampai Elly turun dan membukakan pintu mobil, barulah Rinjani kaget dan langsung mengusap cepat pipinya yang lumayan basah itu.

"Ayo, Rinja. Operasinya udah mau dimulai. Juna pasti udah nungguin kita," ujar Elly yang langsung di angguki oleh Rinjani.

Maaf, Lang, Rinjani membatin. Terbayang olehnya wajah kecewa sang pacar yang menunggu kehadirannya. Bahkan untuk menghubungi Galang pun gadis itu tidak bisa. Ponselnya tertinggal di rumah saat tiba-tiba ibu sahabatnya itu datang ke rumahnya lalu memohon agar Rinjani mau menemani Juna. Rinjani kaget, kaget atas kabar operasi Juna dan juga kaget atas dirinya yang tidak boleh menolak. Padahal saat itu Rinjani sudah siap ke Bandara, namun hal tak terduga ini datang begitu saja. Memaksanya untuk memilih. Dan gadis itu memilih untuk....

"Dokter tunggu!" Elly menahan bankar anaknya yang ingin memasuki ruang operasi. "Tunggu sebentar."

"Mama?" lalu mata sayu Juna beralih ke gadis remaja yang berdiri ragu di belakang mamanya, "Olla, lo disini?" senyum Juna mengembang.

"Iya. Mama yang jemput Rinjani. Abisnya mama gak tega liat kamu murung terus. Ngomongnya aja gak apa-apa kalau gak ada Rinja, tapi mama tau isi hati kamu itu apa." Juna terkekeh pelan.

"Makasih, Ma." Elly mengangguk. "Makasih juga, La. Lo udah mau dateng." Rinjani juga mengangguk.

"Maaf, pasien harus segera di bawa ke ruang operasi." Dokter Liam mulai menyuruh suster untuk mendorong bankar.

"Sebentar, Dok." Kali ini Juna yang menahan lalu dia menatap Rinjani. "Sebelum operasi gue mau di peluk sama lo. Boleh, kan?" Rinjani terpaku di tempatnya, tapi setelah melihat wajah penuh harap Juna membuat Rinjani menyerahkan pelukannya, gadis itu memeluk Juna. Tidak lama, cuma hitungan detik.

"Lo temenin gue sampai selesai, ya?" diminta begitu Rinjani jadi bingung. Tapi karena tidak tega melihat sahabatnya, akhirnya Rinjani menganggukkan kepalanya. Hingga bankar itu kembali di dorong memasuki ruang operasi.

RINJALANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang