Chapter 14

150 29 1
                                    

TENTANG DIA DIMASA LALU. DAN KAMU... APAKAH KAMU MASA DEPANKU?
--RINJANI FABYOLA--

Kamar Rinjani terlihat seperti kapal pecah saat ini, pasalnya sang gadis tengah mempersiapkan perlengkapan mendaki gunung esok hari. Baju berserakan di atas kasur, terdapat perkakas-perkakas yang jatuh kelantai, benar-benar kacau. Padahal barang yang akan ia bawa tidak terlalu banyak, cukup dengan satu buah backpack. Tapi tetap saja tidak boleh ada yang tertinggal, dia harus teliti.


Ini adalah pengalaman pertamanya, mendaki puncak gunung, Rinjani sangat antusias sekali. Tak sabar rasanya ingin cepat-cepat berpetualang.

Rinjani mengecek list perlengkapannya, menceklis barang-barang yang sudah dipersiapkan.

Semua sudah terceklis, hanya tinggal....

"Sarung tangan. Gue gak ada nih, pada ilang semua," gumam Rinjani. "Beli bentar, ah, ke Toserba." Setelahnya Rinjani membalikkan badan hendak keluar kamar. Tapi tiba-tiba....

Cklek.

"Sayang, ada te-"

Rita, sang mama mendadak shok ketika melihat kamar anaknya yang berantakan.

"Ya allah, ya rabbi!! Kamu habis ngapain?! Kamar kamu kok jadi begini nak?!! Kamu habis perang sama siapa??!" seruan horor itu membuat Rinjani memperhatikan sekelilingnya. Ah, benar. Rinjani terlalu bersemangat sampai-sampai kamarnya yang rapi jadi hancur.

Rinjani menyengir, menatap sang mama. "Maaf, Ma, Rinja takut ada yang ketinggalan, kan, gak mungkin balik lagi, hehe."

Rita menghembuskan napas, lalu tersenyum, "ya udah nanti di beresin Bi Uyum. Oh, iya, ada temen kamu, tuh, di luar."

"Siapa, Ma? Dara? Tumben, biasanya langsung nyelonong ke kamar."

"Bukan, cowok."

🌿

Disinilah Rinjani sekarang, di bus bersama seseorang yang tadi datang ke rumahnya, mengajaknya jalan. Namun anehnya, dia tidak membawa kendaraan dan mengatakan naik bus saja.

Rinjani sudah mengatakan bahwa ia mau ke Toserba untuk membeli sarung tangan, tapi cowok itu malah mengajaknya ke suatu tempat, dan membeli sarung tangan sepulangnya. Sialnya, sang mama mengiyakan ajakan cowok itu, padahal Rinjani berharap mamanya melarang.

"Gak usah ngeliatin!" walaupun tak melihat, Rinjani tahu bahwa sedari tadi Galang memperhatikannya.

"Biarin, orang gue mau liat yang bikin gue seneng," balasnya santai. Ya. Dia adalah Galang, sang pengganggu yang anehnya selalu membuat Rinjani kepikiran.

Rinjani memutar bola matanya, "mending lo duduk deh,"

"Gak ada kursi kosong, kan?"

"Buta lo?! Noh dibelakang ada." Rinjani menunjuk kearah kursi yang kosong, namun Galang menggeleng.

"Gak, gue mau deket lo. Kecuali lo mau pindah kebelakang juga."

"Ogah!"

Galang melemaskan tubuhnya, dibuat-buat. " Lo gak kasian sama gue? Capek, lho, berdiri gini. Atau mau pangku gue?"

Sontak Rinjani mendelik. "Kagak mau, berat dong! Gimana sih lo?!"

"Yaudah gue yang pangku," lagi, Rinjani mendelik lebih lebar.

RINJALANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang