GAK ADA YANG NAMANYA KEBETULAN, INI TAKDIR NAMANYA.
--GALANG AUFARISKI--~BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS CIWIDEY, BANDUNG~
Sejak pukul tujuh pagi tadi, rombongan pramuka inti beserta para pembina dari SMA Tunas Kelapa tiba di Bumi Perkemahan Bandung yang berada di Ciwidey. Mereka disambut oleh pihak SMA Bunga Bangsa yang sudah berada disana sejak pukul enam pagi.
Saat ini seluruh peserta kemah tengah mempersiapkan tenda mereka masing-masing untuk kemudian mereka dirikan. Termasuk Rinjani dan Dara yang masih berkutat dengan tenda mereka.
"Lo pegang yang bener, dong. Biar gue yang tancepin pancangnya ketanah!" omel Rinjani kepada Dara yang sedari tadi tidak pernah benar memegang bagian tenda yang diperintahkan oleh Rinjani.
"Iya ini gue udah pegang, kok," sahut Dara cemberut. Percaya atau tidak, walaupun Dara itu anak pramuka ia memang payah dalam urusan membangun tenda, berbeda dengan Rinjani yang terlihat begitu lihai.
Tuk!
Bukannya memukul pancang, Rinjani malah memukul tangannya sendiri menggunakan batu yang ia jadikan sebagai palu.
"Awws!" rintihnya, tangannya memerah akibat pukulan batu yang meleset mengenai tangannya. Dara yang melihat Rinjani kesakitan sontak melepas pegangannya pada tenda, alhasil tenda yang sudah setengah selesai ambruk begitu saja.
"DARA KENAPA LO LEPAS?! KITA HARUS ULANG DARI AWAL KALAU KAYA GINI?!" lengkingan amukan Rinjani seketika menjadi pusat perhatian. Sedangkan Dara hanya memasang wajah polos melihat tenda nya dengan nanar.
Galang yang saat itu tengah melakukan briefing bersama pembina terkejut kala mendengar suara cewek yang begitu membahana.
Buset siapa yang teriak? Suaranya udah kaya tarzan aja. batin Galang, fokusnya buyar sudah.
"Siapa yang teriak itu? Coba kamu cek, siapa tau ada yang kesurupan," ujar Koko, pembina dari SMA Bunga Bangsa.
Galang mengangguk. "Siap, kak, saya akan periksa." Setelahnya Galang berjalan, mencari sosok pemilik suara melengking itu.
Galang terus mencari, hingga akhirnya ia melihat dua perempuan yang sedang bertengkar kecil. Galang menghampirinya.
Kayanya dia, suaranya mirip. batin Galang.
Galang berdehem membuat Rinjani yang semula mengomel, berhenti dan menoleh kearah Galang diikuti Dara. "Kalian yang teriak-teriak tadi ya?" T
tanya Galang to the point."Ini, ni, kak, Rinjani yang teriak," Dara menjawab sembari menunjuk Rinjani. Rinjani melotot tidak terima.
"Gue gak akan teriak kalau lo gak bikin gue kesel!" ketus Rinjani.
Galang yang semula diam, kembali bersuara. "Emang ada masalah apa?" tanya Galang mencoba menengahi perdebatan kecil ini.
"Kita lagi pasang tenda terus tangan Rinja ke pukul sama batu waktu mau pukul pancang," papar Dara. Galang mengarahkan matanya ke tangan Rinjani yang tadi ditunjuk oleh Dara.
"Gara-gara lo tenda yang setengah jadi, malah runtuh," Rinjani menimpali.
"Mana sini tangannya," kata Galang.
Rinjani tersentak ketika tiba-tiba Galang menggamit tangan kanannya yang terlihat memerah. Galang memperhatikan tangan itu dengan seksama. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari saku celana pramuka atau yang biasa disebut dengan celana PDL.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJALANG [Completed]
Fiksi RemajaGak ada salahnya untuk mendukung penulis dari nol, jangan tunggu viewers banyak dulu baru baca. Challenge nya, baca cerita ini sampai 5 chapter dulu, sanggup? ------------- Rinjani. Bukan nama sebuah gunung, melainkan nama seseorang. Ya, Rinjani Fa...