Prolog

15K 1.2K 150
                                    

Note : DIMOHON KEPADA PARA PEMBACA BARU UNTUK SABAR MEMBACA TIDAK TERBURU-BURU INGIN TAHU SIAPA TOKOH INI, SIAPA TOKOH ITU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : DIMOHON KEPADA PARA PEMBACA BARU UNTUK SABAR MEMBACA TIDAK TERBURU-BURU INGIN TAHU SIAPA TOKOH INI, SIAPA TOKOH ITU. BACAA DENGAN TELITI NTAR JUGA TAU. SEKIAN! (yang komen *ini siapa sih, ini cerita apaan sih, gua gapaham dsb GAUSA DITEMENIN BYE!)

SEQUEL OUR ENDING SCENE, TAPI MASIH BISA DIBACA SEKALIPUN TIDAK BACA OUR ENDING SCENE DULU. KUNCINYA SABAR^^

******************************

Zayn menatap ragu-ragu ke arah temannya yang tengah menyerahkan sebatang rokok lengkap beserta koreknya.

"Ambil aja kali. Cupu amat lo Abdurrahman! Kagak ada nyokap lo ini," kata temannya.

Bahkan dengan tanpa akhlak dia menghembuskan asap rokok ke wajah Zayn. Ini bukan hal asing untuk Zayn, teman-temannya memang banyak yang merokok. Katanya sih sejak SMP. Bahkan ada yang sampai sanggup menghabiskan 1 bungkus sehari. Tapi tidak dengan Zayn. Jangankan mencobanya, disuruh beli saja tidak pernah karena di keluarganya tidak ada yang merokok.

Sudah sering mereka menawari Zayn, tapi Zayn selalu punya jawaban untuk menolak. Namun entah kenapa bisikan syaithon hari ini terdengar amat menggoda di telinganya. Membuat Zayn tanpa sadar mengayunkan tangannya untuk mengambil sebatang rokok itu.

"Nah gitu dong, jadi orang jangan lurus-lurus amat."

Umma emang gak tau sama apa yang Abang lakuin di luar sana. Umma juga udah sering nasihatin Abang soal apa yang dihalalkan, dan apa yang diharamkan. Umma gak pernah bosen juga ngingetin kalau Allah selalu tahu apa yang Abang lakuin. Jadi Umma harap, Abang menahan diri bukan karena takut sama Umma atau Papa. Tapi karena Abang takut sama Allah.

Seketika perkataan ibunya terngiang-ngiang di kepala Zayn. Dengan refleks dia langsung membuang rokok di tangannya.

"Astaghfirullah, audzubillahiminnassyaithon nirojim!" Zayn berkomat-kamit membaca ayat kursi di depan temannya.

"Jig sia balik ditu, ulah ngaganggu anak adam! (Sana lo pulang, jangan ganggu anak adam)" kata Zayn seolah-olah temannya adalah roh jahat yang diutus untuk menyesatkan umat manusia.

"What the park! Emang na aing jurig?! (Emangnya gue setan?!)" kesal Ardan.

Sontak saja beberapa temannya tertawa ngakak. Zayn tetap Zayn yang anti rokok.

"Udah gue bilang, iman nih anak kuat," kata Darfan sambil tertawa ngakak.

"Halah maneh sarua na,(halah lo juga samanya)" omel Zayn. Dia lebih memilih menikmatin kuaci ketimbang sebatang nikotin yang selalu Ardan promosikan.

Hampir saja imannya goyah. Tidak bisa dibayangkan kalau dia benar-benar melakukannya. Dia ingat juga, kata Papanya kalau di usianya yang masih dibilang cukup rawan ini, kalau tidak punya pendirian dan lemah iman. Maka akan mudah terpengaruh. Ya, memang awalnya cuman coba-coba. Tapi 'kan kalau sampau kecanduan bisa berakibat fatal. No, Zayn belum jadi orang kaya. Dia tidak mau merusak dirinya sendiri.

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang