Setelah diharuskan istirahat selama satu minggu, akhirnya Sargan kembali bersekolah. Luka ditangannya sudah mulai sembuh meski belum sepenuhnya mengering. Tangannya pun masih diperban.
Kegiatan di kelas 12 pun semakin padat, super-super padat karena menjelang Ujian Nasional. Tidak hanya disibukkan Ujian Praktek dan pemenuhan nilai yang kurang. Kelas 12 juga disibukkan dengan padatnya jadwal Pelajaran Tambahan juga serangkaian Try Out.
"Aing gak betah di rumah terus," curhat Sargan.
"Halah, di rumah 'kan sekarang ada Zara. Mana mungkin gak betah," goda Ardan.
"Apaan? Mama gak ngizinin gue ketemu sama dia. Dia lebih banyak nemenin Ibu sama Fathur. Ck! Kapan sih anak gue lahir?" Memang benar, dia dan Zara sudah jarang bertemu sekalipun tinggal di lingkungan yang sama. Shara benar-benar membatasi pertemuan mereka sampai Zara melahirkan nanti. Selain untuk mencegah perbuatan lainnya, untuk menghindari fitnah juga. Jadi sebagai gantinya Shara begitu memanjakan Zara. Dari soal makan, hingga pakaiannya benar-benar terpenuhi. Bahkan keperluan adik dan ibunya Zara juga Shara yang penuhi.
"Sabarlah wahai akhi," kata Darfan.
Sargan melirik ke arah Zayn yang nampak anteng. Dari tadi tidak terdengar satu patah katapun dari mulutnya.
"Kenapa lagi lo, Dul?" tanya Sargan.
"BIASALAH!" sahut Darfan.
"Ssst gak boleh gitu, Abang Ipar aing ini."
Zayn hanya mendengus. Dia tengah berpikir keras, sangat keras sampai malas bicara. Ini menyangkut misi move onnya. Dia harus bisa menamatkan kuliahnya dalam waktu 4 tahun. Kalau bisa sih lebih cepat dari itu. Otomatis kalau dia mau mengejar banyak SKS, maka dia harus punya IP yang tinggi. Dia mesti buat timeline dan goal.
Kalau untuk persiapan Ujian Nasional nanti, Zayn sudah menyicil membaca materi yang sudah dimasukkan ke daftar kisi-kisi. So, dalam waktu 2 bulan ini dia harus bisa memaksimalkan usahanya. Ah iya, doa juga. Semoga saja dia bisa lulus di jalur SNMPTN, karena meskipun dia agak nyeleneh. Tapi soal belajar, Zayn tidak santai-santai saja. Dia berupaya keras untuk menuntaskan setiap tugasnya meski dibarengi mengeluh.
Kalau kata Umma sih begini, ' Ya percuma kalau kamu ngeluh. Tugasnya gak bakal selesai-selesai. Jalanin aja, toh buat masa depan kamu. Kecuali kamu emang mau terus-terusan jadi orang gak maju. Nah silakan malas-malasan. Nanti orang-orang sukses, kamu gigit jari aja."
Hih Zayn sih amit-amit. Dia ingin jadi orang yang sukses.
Oh iya, Zayn ingat satu pesan dari Umma. Waktu itu Zayn hampir putus asa saat ditunjuk jadi peserta cadangan lomba debat. Entah ada angin dari mana, wali kelasnya malah menunjuk Zayn menggantikan peserta utama yang mendadak jatuh sakit karena terkena DBD.
Tapi karena Umma bilang, 'Kamu gak harus jadi hebat untuk memulai sesuatu. Di sini yang dibutuhkan, keberanian kamu. Berani gagal, berani terima kekalahan, berani lawan rasa malas. Kamu harus yakin sama the power of diri kamu. Kalau kamu yakin kamu mampu, maka kamu mampu. Itu pentingnya a beautiful mindset. Jangan lupa minta pertolongan Allah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...