Terima kasih ibu, selalu menerima kurang dan lebihnya diriku. Terima kasih atas besarnya kasih sayangmu yang tak terbatas.
Rumaysha hanya tidak ingin membuat ummanya khawatir. Sudah cukup bagi ummanya keletihan karena merawat dia, abangnya dan Papa. Belum lagi saat ini kondisi ummanya yang tengah berbadan dua membuat Rumaysha tidak mau menambah beban pikir ummanya. Orang yang paling Rumaysha sayangi di dunia ini. Setidaknya keberadaan ummanya di sini sudah mampu membuat Rumaysha merasa begitu kuat untuk menghadapi kerasnya dunia. Semua akan baik-baik saja jika Umma ada di sisinya, menyayanginya dan mendoakannya.
"Umay kenapa sembunyiin ini dari Umma?" lirih Maika lalu menghapus air mata yang mengalir di wajah Rumaysha. Dia baru saja selesai mendengar penjelasan dari putrinya. Demi Tuhan, mereka yang berani melukai Rumayshanya benar-benar menjijikan. Tidak tahukah seperti apa perjuangannya untuk melahirkan Rumaysha? Hampir saja hari itu nyawanya melayang demi melahirkan Rumaysha. Dan dengan seenak jidatnya mereka mau membuat pengorbanan Maika sia-sia.
Dia tidak pernah bisa diam saja jika anak-anaknya terluka walau sedikit pun.
"Maafin Umay, Umma. Umay takut ...." isak Rumaysha. Punggungnya bergetar.
Maika menyingkap pakaian Rumaysha. Air matanya mengalir deras saat melihat tubuh Rumaysha dipenuhi luka memar. Dengan penuh hati-hati dia mengusapnya.
Susah payah dia menjaga anak-anaknya agar tidak luka atau lecet barang sedikitpun. Tapi dengan kurang ajarnya mereka berani melukai permata hatinya."Yaa Allaah, Nak." Maika mengelus kepala Rumaysha penuh sayang. Hal ini membuat dia ingat, bagaimana jelmaan iblis kecil itu memperlakukan puncak kepala Rumaysha seolah sampah. Padahal setiap malam dan paginya selalu dia selipkan doa di setiap kecupannya.
"Umay jangan takut, Umma bakal lindungin Umay. Siapapun yang berani lukain anak-anak Umma. Maka mereka harus hadapi Umma, jangan takut lagi, ya, Nak? Umay gak sendiri," kata Maika sambil mengelus punggung Rumaysha. Mata ibu hamil itu berkilat marah. Kurang ajar sekali, kecil-kecil sudah bertindak kriminal. Kalau orang lain yang jadi korban bullying saja Maika tidak terima. Apalagi Rumaysha yang merupakan darah dagingnya.
"Umma, tapi keluarga dia berbahaya. Kalau sampai Umma sama Adik bayi kenapa-napa -"
"Sssst! Gak usah mikir aneh-aneh. Bantu doa aja, insyaallah semua bakal baik-baik aja. Ini nanti kita obati lukanya. Umma gak bakal tinggal diam. Mulai besok Umma bakal urus kepindahan sekolah kamu ke sekolah Abang. Jadi kamu gak usah sekolah dulu," putus Maika.
Melihat napas Maika yang naik turun, Rumaysha merasa kalau ummanya ini tengah emosi. Dia pun berinisiatif mengambilkan air minum.
"Eum Umma, nanti jangan bilangin masalah ini ke pihak sekolah. Kasian dia, kalau semisal dikeluarin. Gimana masa depannya? " Maika menatap tidak percaya ke arah putrinya. SERIUS INI RUMAYSHA MASIH MIKIRIN MASA DEPAN ORANG YANG HAMPIR BUAT NYAWA DIA MELAYANG?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...