13. Kelakuan Abdurrahman

5.4K 926 135
                                    

Lagi gak ada inspirasi quote, intinya aku mau berterima kasih sama kalian semua yang selalu antusias sama cerita-ceritaku T_T terharu banget kalau tiap baca komenan kalian. Vote, komen kalian tuh buat aku semangat dan termotivasi buat selesain cerita inu. So, hope you'll enjoy this story. Semoga hari kalian menyenangkan. Jazaakumullaahu khayr. Jangan lupa pencet bintang dan komen yak.

🌻

Rumaysha memakan telur gulungnya, daripada bosan menunggu abangnya yang ada pelajaran tambahan karena sudah kelas 12 . Lebih baik dia jajan. Tadi Qia pamit duluan, katanya ada urusan penting.

Alhasil Rumaysha menunggu abangnya sendiri di sini. Setidaknya dia bersyukur, di sekolahnya yang baru ini dia tidak harus merasa khawatir untuk jajan.
Sesekali Rumaysha tersenyum kecil saat membalas pesan ummanya. Dia jadi tidak sabar ingin segera pulang ke rumah dan bercerita banyak hal pada Umma.

"Mengapa semua menangis ...." Sayup-sayup Rumaysha mendengar suara yang dia kenali. Ini seperti suara teman abangnya.

"BIASALAH!" Kalau ini Rumaysha sangat kenal. Ini suara abangnya. Kadang Rumaysha bingung, perasaan di rumah Papanya kalem. Tapi kenapa, ya? Kok abangnya kayak begitu. Sudah tengil, kadang judes, anaknya lawak banget.

Jangan lupakan kadar narsisnya yang di atas rata-rata. Rasanya terlalu banyak kosa kata untuk menggambarkan a abangnya itu. Tapi seaneh apapun abangnya, Rumaysha tetap sayang kok. Meskipun dia kadang ingin resign jadi adik Zayn. Rumaysha tuh 'kan anaknya pasrah.

Waktu mereka kecil, sering sekali uangnya Rumaysha diminta Zayn untuk membeli layangan. Padahal Zayn pun sebenarnya sudah dikasih. Tapi dasar si Abdurrahman waktu kecil tuh deugeul masih saja minta uang adiknya.

Dia juga sering sekali diisengi dengan kiriman video yang awalnya menampakkan bunga. Lalu dibeberapa menit kemudian akan muncul penampakkan hantu.

Meskipun begitu, abangnya itu selalu melindungi dia. Ingat sekali sewaktu Rumaysha masih SMP. Posisinya hujan deras. Mereka cuman ada satu jas hujan. Dan Zayn lebih memilih basah kuyup hujan-hujanan hanya demi Rumaysha mengenakan jas hujannya. Hingga akhirnya Zayn jatuh sakit, dan Rumaysha menangisinya. Sudah ah, nanti abangnya itu geer.

Balik lagi ke Rumaysha yang kini menunggu abangnya yang sedang mengambil motor.

"Yok May, gue laper nih," kata Zayn.

Rumaysha berjalan ke arah sang kakak.

"Itu kerudungnya kena saus," kata Ardan memberi informasi. Dia tidak sengaja melihat noda saus di kerudung Rumaysha. Ekspresi wajahnya sengaja dibuat sok datar. Padahal dia menahan gemas setengah mati ingin mencubit pipi gembul Rumaysha.

Mendengar Ardan berbicara begitu, membuat Zayn turut melirik ke arah adiknya.

Rumaysha melirik ke arah kerudungnya. Pipinya bersemu karena malu dengan cara makannya yang berantakan.

"I-iya, makasih."

"HEH LIAT APE LO!"kata Zayn ngegas. Ardan menghela napasnya. Seolah paham dengan maksud Zayn yang mengatakan tidak boleh melirik ke arah sana. Ardan menepuk bahu Zayn.

"Gue gak sebereng**k itu ya, Abdurrahman!"
Zayn menggedikkan bahunya. Dia hanya waspada. Otaknya Ardan tuh 'kan isinya kotoran semua. Yang kadang Zayn pun ingin menggiling otak sahabatnya itu ke tempat laudryan.

"Ayo May, di sini banyak biawak. Bisa rabies ntar," ejek Zayn membuat Darfan tidak tahan untuk menendang ban motor Zayn.

"Malem ini kumpul gak lo?" tanya Sargan.

Zayn terdiam sejenak. Akan sangat sulit minta izin untuk main malam-malam. Dia tidak mau dikunci di luar lagi. Cukup sekali saja.

"Jangan malem atuh. Aing susah izinnya buset."

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang