17 tahun bukanlah waktu yang sebentar, dan bagi Rafan maupun Maika. Selama 17 tahun itu juga jadi ujian bagi mereka untuk bisa mempertahankan keutuhan yang bisa saja hancur bila salah satu dari mereka goyah. Satu alasan yang membuat keduanya ingin memperjuangkan satu sama lain hingga sampai di garis finish nanti. Rafan dan Maika ingin kalau keduanya dipasangkan hingga ke surga-Nya. Meski kadang satu sama lain sering mengesalkan atau membuat jengkel. Bagi Rafan, nyatanya yang membersamai dari nol hingga titik sekarang ini, hanyalah Maika Dzikria. Dan bagi Maika, hanya Rafan yang tahan menghadapi dirinya.
Untuk bisa seiya sekata, satu prinsip, satu tujuan memang bukan hal yang mudah. Tahun pertama hingga tahun ke 7 pun jadi perjuangan keduanya. Dan ketika berhasil melewatinya dengan baik. Keduanya amat bersyukur dan semakin yakin untuk menua bersama.
Episode yang paling Rafan suka dalam hidupnya, adalah ketika dia dan Maika pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji.
"Yang!" panggil Rafan pada Maika yang kini asyik rebahan. Sebenarnya Maika tengah merasakan perutnya yang terus terasa mulas.
"Apa?" sahut Maika.
"Menurut kamu kira-kira minat Zayn kuliah ke jurusan apa, ya?" Maika membuka matanya.
"Gak tau, tanya sama anaknya lah," balas Maika membuat Rafan tertawa. Tuh kan apa dia bilang, Maika tuh semakin hari semakin menggemaskan. Apalagi kalau sedang dalam mode galak. Rafan cuman modus nanya kok, habisan dari tadi Maika terus diam saja.
"Kamu lagi kesel sama aku bukan?" Rafan yang tadinya asyik memegang laptopnya, kini menghampiri Maika. Mengusap perut istrinya yang membuncit. Sesekali mencuri kecupan di pipi chubby Maika.
"Ih gak usah cium-cium, geli! Aku lagi hareudang," kata Maika jutek.
Dia memilih memejamkan matanya dan tidur dalam posisi miring menghadap Rafan. Seketika Rafan bergegas menyalakan AC kamar mereka. Dan menyusul Maika tidur.
Diam-diam, Maika membuka matanya. Dia menatap wajah Rafan yang terpejam dengan lamat-lamat. Senyum kecil terbit di wajahnya. Dia tidak pernah bosan menatap wajah laki-laki yang selalu jadi wajah pertama dia lihat saat baru membuka mata.
Mata Rafan tiba-tiba terbuka, membuat Maika terkejut dan merasa salah tingkah karena sudah ketahuan curi-curi pandang.
"Kok belum tidur, hm?" Pertanyaan Rafan sukses membuat jantungnya seolah ingin loncat. Apalagi ketika laki-laki itu tersenyum.
"Tidur, yang," kata Rafan lalu memeluk Maika.
"Perut aku mules." Akhirnya Maika memberanikan diri untuk menceritakan keadaannya. Dan soal kandungannya, dia salah hitung. Jadi sebenarnya bulan ini sudah genap 36 minggu. Tapi Maika mengira kalau kandungannya masih 34 minggu. Biasalah, Maika orangnya pelupa. Untung pakaian bayinya sudah beli.
"Kamu mau ngelahirin?" Rafan bangkit dari posisinya. Dia bergegas mengambil tas yang memang sudah disiapkan Maika.
"Kamu tunggu sini, aku panasin mobilnya dulu." Maika menatap Rafan yang bergerak begitu gesit. Perempuan itu tertawa kecil melihat reaksi Rafan yang selalu mendadak jadi orang terkaku sedunia jika Maika akan lahiran. Mungkin dia agak trauma dengan kejadian di mana Maika hampir saja lewat karena komplikasi yang dialaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...