Semakin dekat dengan Ujian Nasional. Anak kelas 12 semakin disibukkan dengan segala tektek bengek tentang persiapan menghadapi Ujian Nasional. Dimulai dari Pelajaran Tambahan. Konseling setiap minggunya, penggelaran doa bersama hingga beberapa seminar penuh motivasi. Tidak ada kesempatan untuk main-main, sebab ini adalah masa untuk memperjuangkan masa depan.
Anak Lion yang biasanya santai, mendadak jadi ambisius semua. Minus Zayn dan Ardan yang menerapkan cara belajar seperti biasa. Beda dengan Darfan yang berusaha keras supaya nilainya tidak sakit untuk dilihat. Maklum, biasa rangking 5 dari belakang. Jadi dia harus berupaya keras. Sargan juga ikut-ikutan. Dia yang biasanya masa bodo dengan pelajaran. Mendadak begitu berambisi untuk selalu menempati urutan 1,2,3 nilai Try Out tertinggi.
Pokoknya anak Lion jadi jarang ngumpul. Bahkan Sargan pun jadi lebih sering pulan dijemput supirnya ketimbang nebeng dengan Ardan ataupun Darfan.
"Pusing banget aing," keluh Darfan ketika rumus yang dia hafalkan tidak masuk-masuk ke otaknya. Ini nih, musuh terbesarnya ketika Ujian. Pasti mata pelajaran seperti matematika dan IPA selalu cari masalah dengannya.
"Belajar dipaksain gitu malah gak efektif, mendingan di timerin. 30 menit lo baca. 15 menit istirahat. Banyak minum biar fokus dan gak ngantuk," saran Zayn yang kini sudah selesai menghafal.
"Lo nyindir cara gue belajar?" tanya Sargan sewot. Zayn mengerutkan keningnya. Lah, Sargan kenapa?
"Siapa yang nyindir lo? Aing mah ngasih saran Saepul!" kata Zayn berusaha santai.
"Najis banget, selalu aja lo berperan jadi yang paling suci dan paling bener di sini," kata Sargan.
Zayn menghela napasnya. Mungkin Sargan sedang ada masalah atau moodnya jelek. Jadi ketimbang meladeni ucapan Sargan. Zayn lebih memilih memejamkan matanya untuk tidur sejenak. Semalam dia sulit tidur karena otaknya terus membayangi rumus-rumus fisika. Bahkan tabel periodik sekalipun, terus memutari pikiran Zayn.
"Hari ini ngumpul di rumah gue kuy! Refreshing lah, mumet belajar terus," ajak Ardan. Kebetulan mamanya ada pekerjaan ke luar kota. Jadi dia sendiri di rumah.
"Ayo lah! Gak usah repot-repot kalau ngejamu kita, Dan. Sediain pizza hut aja dua box,"ujar Zayn.
"Nah bener, gak usah yang mahal. Sediain kopi luwak sama es batu aja, sama print stiker sturbuck," kata Darfan yang seolah menerapkan motto hidup Zayn tentang 'kalau ada yang susah, kenapa harus cari yang mudah?'
"Gue gak bisa," kata Sargan singkat. Dia kembali sibuk berkutat dengan kotretannya.
"Elah, sekali-kali napa, Gan. Belajar terus lo, mau jadi ilmuwan?" Niat jati ingin mencairkan suasana karena Sargan yang nampak begitu serius dan kaku. Tidak sesantai biasanya. Darfan malah memicu kemarahan Sargan.
"Jangan mentang-mentang kalian ngerasa bersih, terus jadi seenaknya sama gue! Salah kalau gue pengen punya masa depan yang bagus?" sentak Sargan. Dia menatap tajam ke arah tiga temannya. Sampai-sampai dia mendorong Darfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...