Zayn, Ardan, juga Darfan sepakat untuk menunggu Sargan. Hari ini hari terakhir Ujian Nasional. Ketiganya mendapat giliran sesi 1, sedangkan Sargan sesi 2. Semalam, mereka semua sepakat untuk pesta makanan di rumah Ardan. Mungkin sebagai perayaan juga, sebab Zayn akan dikirim ke Bandung. Darfan masih belum pasti, kalau Sargan. Dia juga ke Bandung sama seperti Zayn. Dan rencananya cowok itu memboyong serta Zara juga calon anaknya. Kalau Ardan, dia stay di Bogor. Jadi selama menanti seseorang. Dia bisa memantau dari jauh. Tapi rencananya, Ardan sih bakal terobos kalau doi sudah lulus sekolah. Dia pun akan tetap mengizinkan istrinya nanti kuliah. Aih, kok indah sekali menghalu seperti itu. Astaghfirullah, belum halal.
Pletak
Ardan mengusap keningnya, dia menatap tajam ke arah Zayn.
"Culangung lo!""Ya elo! Gue panggilin kagak nyaut-nyaut."
"Eh Zayn, yang pesantren tapi pulang itu masih buka pendaftaran ga?" tanya Ardan.
"Masih, kata Papa gue kemarin tinggal 2 slot kalau gak salah," jawab Zayn.
"Minta nomor narahubungnya dong," kata Ardan penuh semangat.
"Semangat amat lo," komentar Darfan.
"Iyalah! Emangnya elo, mau tobat malah goyah lagi," balas Ardan membuat Darfan menyengir malu. Hehe dia tidak bisa menahan pesona perempuan. Makanya kemarin hilaf ngajak jalan. Hanya cewek itu saja kok.
"Udah gue kirim. Btw lo seriusan sama adek gue?" tanya Zayn. Raut ekspresinya benar-benar datar. Tidak ada tatapan jenaka yang biasa dia layangkan.
"Kurang serius apa gue? Gue udah berusaha buat ngurangin rokok. Bahkan sejak hari di mana gue mutusin buat suka sama Rumaysha, gue berhenti gak ke kelab. Soal niat gue, biar jadi urusan gue sama Allah. Lo gak usah khawatir, perasaan gue ke adek lo beneran pure. " Zayn menatap mata Ardan. Dia berusaha mencari kebohongan di sana. Tapi Ardan malah balas menatapnya dengan tatapan tegas.
"Oke, gue kasih waktu dua tahun buat lo. Di hari lo mau lamar adek gue nanti. Surah Al-Kahfi harus lo setorin ke gue," kata Zayn membuat Ardan menelan ludahnya susah payah.
"Deal," balas Ardan. Dia akan serius mempelajari Al-Qur'an maupun Aqidah agama islam sesuai dengan pemahaman yang benar.
"Tuh, Dan. Dapat lampu ijo," kata Darfan membuat Ardan tersenyum senang.
"AKHIRNYA BERES!" seru sebuah suara. Ketiganya menoleh ke arah Sargan yang nampak begitu riang.
"Seneng amat lo, ngab," kata Ardan.
"Woiya jelas dong. Gue mau beli perlengkapan bayi sama Zara. Akhirnya bisa ketemu doi juga," kata Sargan disertai senyum lebar.
"Lah, emang berapa bulan?" tanya Zayn.
Sargan terdiam sejenak. Dia menghitung usia kandungan Zara.
"Tujuh bulan," jawab Sargan.
"Demi apa?" Sargan mengangguk pasti. Ya, sebenarnya yang dia mengaku pada teman-temannya kalau dia habis ke hotel itu bukan yang pertama. Bisa dibilang yang kedua kalinya. Eh kenapa jadi bahas ini sih. Sargan tidak mau buka aib lagi. Dia mau mencoba menerima kalau dia pernah berbuat salah dan bertekad untuk tidak mengulanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...