36. Maaf

4.2K 796 291
                                    

Sargan mengelus perut Zara yang sudah membuncit. Hatinya benar-benar teriris saat tahu kalau Zara kekurangan nutrisi. Pada akhirnya, pertahanannya runtuh juga.

"Maaf, Ayah gak bisa jaga kamu sama Ibu," sesalnya.

Zara masih sesenggukkan. Dia sudah memaafkan ucapan kasar Sargan padanya. Tapi dia tidak bisa bohong kalau hatinya sakit.

"Maaf Zara, maaf udah hancurin hidup kamu," sesal Sargan sambil berlutut.

"Zara, kamu harus janji sama aku. Kamu harus selalu bahagia, ya? Aku bakal mengusahakan yang terbaik untuk kamu dan bayi ini," kata Sargan namun tak kunjung membuat hati Zara membaik. Perasaan rendah diri mendominasi Zara saat ini.

Keduanya jadi korban kenakalan remaja. Hawa nafsu yang mulai menggebu-gebu, kurangnya iman yang membentengi diri. Membuat Sargan dan Zara sama-sama dibutakan hawa nafsu. Zara dan Sargan mengejar kenikmatan sesaat yang membuat keduanya jadi tersesat.

Zara dan Sargan duduk saling memunggungi. Keduanya menangis, Zara yang tadinya menangis meratapi nasibnya saat mendengar tangisan Sargan yang terdengar pilu di telinganya. Dia menghentikan tangisnya, lalu berjongkok menatap Sargan yang menangis.

"Sargan ...."

"Maaf Zara, maaf karena aku udah gagal lindungi kamu. Maaf karena aku udah jadi ayah yang buruk untuk bayi ini, maaf karena aku udah buat kamu kecewa dan terluka. Maaf karena aku sudah jadi sampah masyarakat," lirih Sargan.

Zara membekap mulutnya. Dia dan Sargan sama-sama terluka.

Sargan menghentikan tangisnya. Dia menghapus air matanya sendiri, lalu menghapus air mata Zara.

"Kamu perempuan baik. Jangan dengar ucapan aku tadi, bayi kita pasti bangga punya ibu dengan hati mulia seperti kamu, Zara." Sargan tersenyum pedih.

"Zara, aku minta maaf sekali lagi. Rasanya hidupku tidak akan pernah tenang kalau gak dengar kamu maafin aku secara langsung," ungkap Sargan.

Laki-laki itu mengeluarkan dompetnya. Dia memberikan kartu kreditnya pada Zara.

"Ambil uang ini. Kalau bisa hari ini, biar aku antar. Lalu kamu buat rekening kamu sendiri, ya," kata Sargan membuat Zara mengerutkan keningnya.

"Tapi kenapa? Ini uang kamu, Sargan. Aku tidak punya hak." Sargan tersenyum tipis, dia memang bodoh sudah menyia-nyiakan perempuan sebaik Zara.

"Jangan buat aku semakin bersalah. Mari kita selesaikan semua ini? Biarkan aku menebus semua kesalahan aku." Zara mengangguk ragu.

Keduanya bergegas pergi untuk mengurusi ATM Sargan yang akan beralih hak milik jadi milik Zara.
Zara benar-benar di buat bingung dengan perubahan sikap Sargan yang begitu tiba-tiba. Baru saja beberapa puluh menit yang lalu laki-laki itu memaki-maki dia. Tapi sekarang kembali menjadi Sargannya.

"Kita makan dulu," kata Sargan setelah urusan mereka selesai. Mereka mampir di sebuah warung masakan padang.

"Kamu mau makan apa, Zara? Ibu hamil harus banyak makan yang bergizi. Supaya bayi kita tumbuh dengan baik," kata Sargan membuat senyum kecil terbit di wajah Zara.

Sargannya sudah kembali.

"Biar aku suapi." Dengan senang hati Zara menerima suapan dari Sargan.

"Beli makan untuk ibu juga Fathur, ya. Oh ya, aku berencana mengobati penyakit ginjal Fathur," kata Sargan.

Zara menggelengkan kepalanya.

"Jangan, Sargan. Aku sudah banyak merepotkan kamu."

"Sama sekali enggak. Sekali lagi aku minta maaf, ya."

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang