22. Diardan Mayen Algafka

4.4K 855 149
                                    

Hey mom, hey dad
When did this end?
Where did you lose your happiness?
I'm here alone inside of this broken home
Who's right, who's wrong
Who really cares?
The fault, the blame, the pain's still there
- 5 seconds of summer • broken home

Hey mom, hey dadWhen did this end?Where did you lose your happiness?I'm here alone inside of this broken homeWho's right, who's wrongWho really cares?The fault, the blame, the pain's still there- 5 seconds of summer • broken home

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jam segini baru pulang kamu?" ujar papanya sinis sambil merangkul perempuan yang usianya hanya terpaut dua tahun dari Ardan. Keduanya tampak mesra. Demi Tuhan, melihatnya ingin sekali Zayn mencekik kedua orang di hadapannya bila tidak dosa. Ardan berdecih melihat pemandangan di hadapannya. Mulai berani ternyata.

Dia menatap tajam ke arah perempuan yang asyik bergelayutan di ayahnya. Wajahnya cantik, tapi bagi Ardan perempuan di hadapannya tak ubahnya hanya seorang iblis yang layak di tempatkan di neraka. Ke mana hati nuraninya? Apa dia tidak memikirkan nasib orang lain yang dia hancurkan keluarganya? Bahkan papanya lebih cocok bila jadi orang tua perempuan itu.

"Papa mau kasih kabar bahagia, gak lama lagi kamu bakal punya adik dan Papa bakalan nikah sama Angelin."

Bahagia buat lo berdua, ya, b**g**t! Enggak buat gue, batinnya benci.

Seketika emosi Ardan mendidih. Dia berjalan menghampiri dua pasangan kekasih yang duduk mesra di sofa. Pandangannya tertuju pada minuman yang tersaji. Tanpa rasa takut, dia mengguyurkan dua gelas coca cola ke kepala perempuan itu.

"Anak kurang ajar!" sentak Erdigan pada putra semata wayangnya.

Ardan menatap papanya penuh amarah.

"Kenapa? Cewek ini memang pantas buat disiram. Apa yang dia terima, gak sebanding sama rasa sakit yang kalian berikan pada Mama saya. Dan buat lo a*j*n*, cih nganggep lo manusia aja gue gak mau. Lo tuh gak ada bedanya sama hewan, sama-sama gak punya otak. Bokap gue bego banget, ya? Mau aja lepasin berlian cuman demi perak hasil pilokan kaya lo," kata Ardan tak tanggung-tanggung. Masa bodo dengan perempuan yang digadang-gadang tengah mengandung calon adiknya.

Sekuat tenaga dia berusaha mempertahankan istana impiannya. Berbagai cara dia lakukan, jadi anak yang pintar dalam hal akademik maupun non akademik. Hanya demi bisa melihat keutuhan keluarganya. Berharap mereka akan luluh dan mau meluangkan sedikit waktu untuk Ardan. Nyatanya hingga Ardan merasa lelah sendiri, tak ada yang berubah. Mama disibukkan dengan urusan bisnisnya karena papanya tidak mau memberi nafkah lagi, dan tindakan papanya yang semakin tak terkendali.

Sampai kadang Ardan ingin protes, kalau begitu kenapa Ardan harus ada di antara mereka jika Ardan saja tak cukup untuk jadi alasan mereka berjuang melawan ego mereka?

Kalau ditanya apakah Ardan sayang pada orang tuanya? Ya jawabannya sudah tentu sayang. Perasaan itu tumbuh sejak napasnya berhembus untuk yang pertama kali. Bahkan dia dulu bercita-cita bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Tapi melihat keadaan yang sekarang, Ardan tak mau berharap banyak.

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang