Kalau lelah, istirahatlah. Bukan menyerah. Sebab kamu sudah sejauh ini melangkah. Semua memang tidak mudah, tapi percayalah. Bagi jiwa yang tak kenal lelah dan menyerah. Maka hidupnya akan segera didatangi banyak hal indah^^Senin merupakan hari pertama dalam satu minggu dimana orang-orang harus memulai rutinitas yang sempat terhenti selama akhir pekan. Sehingga tak jarang hari Senin dijadikan sebagai titik tolak bagi sebagian besar orang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Tapi tak jarang juga sisa remahan kemalasan di akhir pekan masih tersisa. Semacam sudah nyaman dengan hari libur, dan enggan disibukkan dengan berbagai pekerjaan yang mulai merecoki zona nyaman, huft.
Kalau bagi Zayn, hari Senin selalu jadi hari teriweuh. Bukan berarti Zayn membenci hari Senin. Tentu tidak. Dia menganggap hari Senin riweuh karena di hari Seninlah dia harus menyaksikan keriweuhan Rumaysha.
Biasalah, perempuan dengan segala hal yang tidak Zayn pahami.Bahkan sudah hampir 30 menitan Rumaysha berdiri di hadapan cermin hanya untuk mengenakan kerudungnya. Belum sarapan,untung hari ini Zayn tidak berjaga di gerbang.
"May, lo make up apa gimana sih? Lama bener!" Zayn paling malas kalau harus disuruh menunggu.
"Sabar, Abang!" balas Rumaysha kesal. Kakaknya itu selalu berisik tiap pagi. Mengalahi alarm Rumaysha yang berjajar dari pukul 3 hingga pukul 4 pagi.
"Gue tinggal, ya!" ancam Zayn membuat Rumaysha bergegas mengambil tasnya dan berdecak kesal. Coba deh, Zayn pakai kerudung. Biar paham bagaimana sulitnya membuat lipatan kerudung yang rapi tanpa mencong sedikit pun.
Setelah memastikan kalau penampilannya benar-benar sudah rapi, Rumaysha menyusul sang kakak yang sudah lebih dulu menyantap sarapan.
"Tumbenan makannya dikit," kata Maika saat Zayn hanya menyendok nasi goreng setengah centong.
"Buru-buru Umma, nih Umay lama banget dandannya," kesal Zayn membuat Rumaysha balas menatap kakaknya kesal.
Melihat itu Maika menghela napas.
"Gak usah ribut, makan yang bener, biar Umma yang siapin bekelnya." Maika menyiapkan 3 kotak bekal untuk Rafan, Rumaysha dan Zayn.Selesai menyiapkan bekal, dia bergegas menghampiri Rafan yang tengah bersiap di kamar.
"Udah belum?" Rumaysha tidak menjawab. Dia tengah kesal pada Zayn. Jadi terserah kakaknya saja mau bagaimana. Zayn menghela napas, dia tidak paham dengan jalan pikir Rumaysha. Kenapa juga perempuan begitu mudah marah?
"Assalamu'alaikum, Umma, Papa! Abang berangkat," kata Zayn tanpa menghiraukan Rumaysha yang tengah merajuk.
"Hiks." Rumaysha terisak, membuat Zayn seketika berbalik. Meskipun dia ini tengil, dan sangat suka mengisengi adiknya. Tapi Zayn paling tidak suka kalau melihat Rumaysha. Gini-gini Rumaysha adalah partner in crimenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...