37. :')

4K 808 135
                                    

Perempuan paruh baya itu menjerit histeris kala melihat putra semata wayangnya bersandar pada lemari dengan keadaan tangan bersimbah darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perempuan paruh baya itu menjerit histeris kala melihat putra semata wayangnya bersandar pada lemari dengan keadaan tangan bersimbah darah. Hatinya berdenyut nyeri melihat air mata terus mengaliri wajah Sargan.

Dia meraih kepala putra semata wayangnya. Mengecupi puncak kepala Sargan sambil terus mendekap erat seolah takut lepas.

Hardian yang mendengar teriakan istrinya langsung bergegas menaiki tangga. Wajahnya seketika memucat saat mendapati Sargan yang sudah pucat pasi.

"Maaf, Mama. Sargan gak bisa jadi anak yang buat Mama atau Papa. Sargan udah hancurin hidup anak orang lain, sekarang dia harus putus sekolah karena hamil," akunya dengan nada lemah.

Mama Sargan menggelengkan kepalanya. Saat ini yang terpenting adalah keselamatan Sargan.
"Enggak, Nak. Kamu bakal baik-baik aja."

"Tolong, ya, Ma. Jaga mereka, namanya Zara. Dia perempuan yang baik."

"Sargan harus baik-baik dulu, setelah itu Mama janji. Apa yang Sargan mau, pasti Mama turutin." Sargan hanya memejamkan matanya yang terasa memberat.

"SARGAN!"

Mama Sargan melepas pasminanya, lalu mengikatkan kain itu ke tangan Sargan. Berharap dengan begitu pendarahannya berhenti. Dia tidak pernah sanggup membayangkan kalau terjadi sesuatu pada putra semata wayangnya. Sargan adalah hidupnya.

Tak jauh beda, Hardian turut terpukul dengan kondisi putranya. Entah apa yang sudah membebani pikiran Sargan hingga melakukan hal seperti ini. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, mereka semua dibuat takut. Sebab Sargan tidak kunjung membuka matanya.

Mengetahui kondisi putranya yang terus memburuk. Hardian mengendarai mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Dia tidak akan pernah memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada Sargan.

"Anak mama kuat," bisik Shara pada putranya.

"Sargan anak mama harus baik-baik aja." Sargan hanya diam. Matanya tertutup rapat.

Sesampainya di rumah sakit. Hardian langsung berteriak pada pihak rumah sakit untuk segera menangani putranya. Hingga akhirnya Sargan langsung dibawa masuk ke ruang IGD.

"Apa yang ada di pikirannya?"lirih Hardian.

Bagaimana bisa Sargan berpikiran untuk mengakhiri hidupnya di saat dia jadi alasan Hardian juga Shara hidup?

"Cari perempuan yang Sargan maksud, Pa. Kali ini biarkan dia hidup dengan pilihannya. Jangan sampai hanya demi memenuhi ambisi kamu, nyawa putra kita jadi taruhannya."
Hardian mengangguk lemah. Dia menuruti permintaan istrinya.

Di sisi lain, ada Zara yang berusaha membujuk ibunya untuk makan. Sejak kemarin perempuan yang begitu berharga dalam hidup Zara itu mogok bicara dan makan ketika tahu apa yang terjadi pada Zara.

Apa ada yang jauh lebih menyakitkan dari ini? Hidup dengan kondisi serba pas-pasan. Ibu yang sakit-sakitan dan selalu membuat Zara takut kalau Tuhan mengambil ibunya kapan saja. Lalu adiknya yang menderita penyakit ginjal. Zara pikir hanya sampai di situ saja.

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang