Family is where life begins and love never ends.
Zayn membenarkan letak almetnya. Asli sih, dia paling tidak betah kalau harus mengenakan almet seperti ini. Alhasil dia lebih memilih menggulung lengan almetnya. Remaja itu kembali mematut pantulan wajahnya. Apa ya yang kurang? Rambutnya sudah badai. Bajunya juga rapih, minyak wangi juga sudah disemprot.
Ah iya! Yang kurang adalah uang jajan."Selamat Pagi Cik Gu besar!" kata Zayn sambil mengecup punggung tangan Maika yang tengah menyiapkan sarapan.
"Oh jadi menurut kamu, Umma ini gendut?" sinis Maika. Tapi memang fakta sih, semenjak kehamilan ketiganya terdeteksi. Tubuhnya kembali menggemuk. Ya, salahkan saja Rafan! Katanya sih gak akan nambah lagi, kasian Maika ceunah. Omong kosong! Buktinya sekarang Zayn dan Rumaysha akan memiliki seorang adik 6 bulan lagi.
"Eh maksud Abang gak gitu Umma, Abang cuma—"
"Udahlah kamu diem. Kamu sama aja kayak Papa kamu. Bikin Umma kesel!" Semenjak hamil anak ketiga mereka. Maika ini jadi sangat-sangat sensitif. Dia selalu kesal jika melihat Rafan. Entah kenapa.
"Maysha, ini bekalnya Umma buat dua, ya. Dihabisin lho, jangan kayak Abang kamu. Dibawain bekal tapi utuh," sindir Maika.
Zayn menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Oke, dia salah memberikan kalimat opening seperti itu pada Ummanya. Dijamin, ini yang terakhir deh.
"Kenapa sih, Yang? Pagi-pagi kok udah marah-marah?" kata Rafan sambil membawa tas kerjanya. Maika tak menjawab. Dia lebih memilih menyibukkan diri untuk membungkuskan bekal untuk Rafan.
"Yang nasinya banyakin dong, aku suka pengen nambah." Lagi-lagi Maika hanya dia membisu, meskipun begitu dia tetap menuruti ucapan Rafan. Melihat itu diam-diam Rafan tersenyum. Makin ke sini, Maika tuh makin bikin gemes. Serius deh, apalagi kalau udah merajuk.
"Apa Abang nikah muda juga, ya?" celetuk Zayn membuat Maika menatap horor ke arah putra sulungnya.
"Nikah muda apanya? Gak ada. Beresin dulu sekolah kamu, benerin dulu ibadah kamu. Jangan bawa susah anak orang, urus diri sendiri dulu yang bener." Maika menatap serius ke arah putranya. Membuat sang putra meneguk ludahnya susah payah.
Zayn memakan roti bakarnya. Dia cuman bercanda doang, lagian calonnya juga belum ada.
"Umma gak ngelarang kalian ikuti jejak Umma sama Papa yang nikah muda. Umma dukung kalau posisinya kalian emang siap, tapi kalian di sini Umma harapkan bisa ngejar mimpi kalian dulu. Paling tidak Zayn harus kayak Papa yang S1. Kalau Rumaysha, Umma masih pantau terus. Jangan nikah karena modal nekat, modal nekat kalau gak punya ilmu dan kesiapan. Sama aja bohong,"kata Maika panjang lebar dan dengan setia kedua anaknya mendengarkan.
"Iya Umma." Rumaysha dan Zayn menjawab bersamaan.
"Udah dong ngomelnya, kasian baby," kata Rafan membuat Zayn menahan tawanya ketika mengingat momen di mana ummanya menyalahkan sang papa saat adik Zayn baru terdeteksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...