10. Sekolah Baru

5.4K 891 132
                                    

Hari yang indah dimulai dengan pikiran yang baik.

***

Rumaysha berulang kali menghembuskan napasnya. Sungguh, dia begitu gugup dan sedikit takut. Ini hari pertamanya jadi murid di SMAN Satu Masa. Bayang-bayang tindak kekerasan yang Andreya lakukan tidak berhenti berputar di kepalanya. Dia takut, kalau nantinya akan diperlakukan buruk lagi seperti di sekolah lamanya.

"Santuy aja kali, May," kata Zayn. Dia tidak sengaja melirik wajah pucat adiknya dari kaca spion. Sudah seperti orang mau melamar kerja saja.

Rumaysha meremas jari-jarinya. Dia sampai keringat dingin begini. Luka bullying yang sudah Andreya torehkan ternyata meninggalkan bekas yang begitu dalam untuk Rumaysha.

"Nanti 'kan ada gue, lo gak usah takut. Kalem weh,"hibur Zayn. Rumaysha menganggukkan kepalanya. Dia tidak henti-hentinya melantunkan doa. Sambil sesekali menarik napas dalam-dalam.

Sesampainya di sekolah, Rumaysha langsung dikejutkan dengan 3 orang lelaki yang sepertinya tengah menunggu Zayn. Ketakutannya semakin bertambah. Dia tidak nyaman.

"Wesss bawa siapa nih?" kata Darfan. Dia sengaja, ingin melihat reaksi Ardan yang kini sok cool. Berpura-pura sibuk melepas jaket levis yang dikenakannya.

"Saha weh, kepo! Buru, May!" Zayn menarik tangan Rumaysha untuk menjauh dari ketiga temannya.
Rumaysha terus menunduk. Diam-diam Ardan melirik gadis berhijab panjang yang berdiri di belakang Zayn.

"Aing anterin tuan putri dulu, kalian duluan aja." Setelah merasa kalau ketiga teman kakaknya sudah pergi, Rumaysha bernapas lega.

"Udah gak ada. Tenang aja, gak bakal gue biarin cowok di sini macam-macam sama adek gue. Kalau sampai ada yang berani, siap-siap aja gue ajakin main lompat tali," kata Zayn dengan nada serius. Membuat Rumaysha tertawa geli. Setidaknya Abangnya ini berhasil membuatnya jadi lebih santai.

"Main BP aja," jawab Rumaysha. Zayn yang tengah melipat hoodie hitamnya mengerutkan keningnya.

"BP naon? Blackpink?"

"Bukan, BP tuh singkatan dari Barbie Penyek." Hening. Zayn mencoba mencerna ucapan sang adik. Emang ada gitu?

"Aing gak ngerti. Skiplah," kata Zayn membuat Rumaysha cemberut.

"Abang, nanti aku harus gimana?" tanya Rumaysha meminta saran pada sang kakak. Zayn menaruh tangan didagu, seolah-olah tengah memikirkan sebuah saran dengan kualitas premium yang terletak di dasar otak.

"Ntar lo gini aja. Jamaah, oh jamaah. Alhamdulillaah, Bu ibu gimana nih kabarnya? Udah gitu aja," kata Zayn membuat Rumaysha menatap sang kakak dengan ekspresi super datar.
Masih pagi sudah ngajak gelut saja.

"Ya lo make nanya. Ya perkenalanlah, salam. Promosi IG juga boleh, sekalian promosiin WO punya Enin. Siapa tau ada yang mau nikah muda." Oke jawaban yang satu ini sudah tidak bisa Rumaysha toleransi. Kesal-kesal dia menggeplak bahu tinggi kakaknya. Zayn tuh otaknya marketing banget. Apa-apa diduitin. Udah macam Mail di Upin-Ipin. Katanya sih abis lulus mau ambil manajemen bisnis di IPB.

"Lo Mipa 2 'kan, ya? Ini kelasnya di sini. Ntar coba cari bangku yang paling sedeng. Lo pake kacamata, takut minus lo makin nambah."

Rumaysha hanya mengangguk. Dia sibuk menenangkan rasa takutnya.

"Assalamu'alaikum!" sapa Zayn.
"Wa'alaikumussalaa! Weh brader milyader, siapa nih? Pacar, ya?" Zayn menjitak kening adik kelasnya.

"Pale lo pacar. Ini adek aing. FOR YOUR INFORMATION GAIS. JANGAN GANGGU NIH ANAK. YANG JAGANYA MACAN." Rumaysha mencubit tangan Zayn. Dia mengulas senyum canggung pada laki-laki di hadapannya.

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang