43. Zara & Sargan 💐

4.7K 969 381
                                    

quote op de dey :
wahai para pembaca kalem (yang hobi vote tapi gakomen) dan teruntuk pembaca gelap gelapan anu hicing wae (gak vote gak komen) tolong unjukkan keberadaan kalian di prat ini lewat KOMEN. tulungan pisan ieu mah. dan untuk pembaca keseyengan aku (yang vote dan komen) makasih banyak. percayalah komen kalian selalu buat aku jadi ngebet nulis. *btw aku izin libur wkwk, niatnya mau bedrest. tapi gabisa kepikiran terus wkwk *ngapain aing curhat coba. dahlah

Tidak pernah ada di pikiran Sargan untuk memiliki anak di usianya yang akan menginjak angka 19 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak pernah ada di pikiran Sargan untuk memiliki anak di usianya yang akan menginjak angka 19 tahun. Dia pikir fase ini masih sangat-sangat jauh darinya. Yang paling membuat hatinya terasa dihantam. Hasil Tes DNA menunjukkan kalau DNA Kayla putrinya yang lahir 2 hari lalu memiliki 99% kecocokan DNA dengan dirinya. Sungguh menyesal dia telah berpikiran yang tidak-tidak pada Zara.

Ada banyak yang dia sesali, minus pertemuannya dengan Zara. Sebab dia teramat bersyukur karena sudah dipertemukan perempuan sebaik Zara. Terlepas dari masa lalu perempuan itu, tapi kebersihan hatinya yang Sargan sukai. Sargan menatap putrinya yang tertidur lelap dalam sebuah inkubator. Lihat betapa mungilnya bayi ini. Air matanya mengalir deras. Sekarang dia sudah jadi seorang ayah. Tanggung jawabnya bertambah.

"Assalamu'alaikum, Kayla. Ini Papa," bisik Sargan. Bayi itu bergerak kecil.

"Silakan adzani dia, Sargan." Sargan menatap Zara. Dia menarik napas. Katakanlah dia laki-laki yang cengeng ataupun lemah. Tapi sungguh, dia tidak tega melihat keadaan putrinya yang seperti ini. Sampai-sampai adzannya tersendat-sendat karena suara tangisnya.

"Maaf sempat meragukan kamu, Zara," sesal Sargan pada Zara yang ada di kursi roda.

Zara tersenyum lemah.
"Enggak apa. Oh iya Sargan, boleh aku minta suatu hal?"

"Boleh, kamu mau apa?" Sargan mengelus puncak kepala Zara.

"Bisakah kamu nikahi aku hari ini juga?" Sargan mengangguk. Dia tersenyum haru.

"Tentu, Zara. Aku bakal coba minta tolong sama Papa," ujar Sargan.

Zara tersenyum. Dia memejamkan matanya. Air matanya terus mengaliri sudut matanya. Rasa sedih dan sesal bercongkol di hatinya. Dia ingin memohon ampun kepada-Nya. Dia berharap semoga seluruh dosanya bisa diampuni. Meski Zara tahu, dosanya begitu banyak.

Perempuan itu menatap Kayla yang ada di dalam inkubator. Ini hari kedua dia dan bayinya dirawat. Kemarin-kemarin kondisi fisiknya sempat menurun drastis.

"Maafkan Ibu, ya, Nak."

"Kenapa kamu harus minta maaf?" Zara hanya menggelengkan kepalanya. Dia menatap Sargan sejenak.

"Terima kasih Sargan, karena sudah membuat aku merasa dicintai. Terima kasih juga karena kamu bersedia jadi ayah anakku. Maaf sudah buat perjalanan hidup kamu berantakan. Jangan berpikir untuk mengakhiri hidup lagi, ya? Kamu berharga, kamu kuat. Kayla butuh kamu," ucap Zara.

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang