Sudah jadi jadwal rutin selama belasan tahun pernikahan mereka kalau tiap Jum'at sore Rafan mengantarkan Maika untuk pergi menginap ke rumah Mamanya. Dan berakhir dengan Rafan yang mengurusi urusan rumah termasuk mengurusi dua buah hati mereka. Selain sebagai bentuk quality time antara bapak dengan anak, karena waktu Rafan yang bisa dibilang intensitas keberadaannya sangat sedikit karena disibukkan urusan pekerjaan. Lalu di hari Ahad, Rafan akan menyempatkan diri untuk berpacaran layaknya pasangan yang masih muda dengan sang istri dan mengirim Zayn maupun Rumaysha berlibur ke rumah nenek mereka.
"Kamu santai aja. Anak-anak biar jadi urusan aku, Yang." Maika menatap Rafan dengan serius. Seolah ingin protes. Tapi lima detik kemudian langaung menunjukkan ibu jarinya pertanda setuju disertai senyum yang membuat Rafan tidak bisa menahan diri untuk ikut tersenyum.
"Ck jadi pengen bawa ke—"
Maika menepuk mulut Rafan dengan pelan."Hati-hati, ya, ngomongnya. Inget, kita udah bukan cuman berdua lagi."
"Eh iya lupa. Abisnya berasa kayak masih belum punya anak sih. Apalagi kalau liat muka kamu," kata Rafan membuat Maika memutar bola matanya malas.
"Ayo ih buruan, aku mau makan masakan Mama. Gombalnya pending aja buat acara besok," balas Maika membuat Rafan tertawa karena menurutnya calon ibu 3 anak ini begitu menggemaskan.
Rafan pun mengantarkan Maika ke rumah Mama Nala, sepulang mengantar Maika. Dia menyambut Zayn yang baru pulang dari tempat mengaji tahsinnya begitu juga Rumaysha.
"Papa, masa kata Abang sepedanya kempes gara-gara Umay dudukin!" adu Rumaysha. Dia begitu manja pada Papanya.
"Lo emang gendut, May!" Zayn memelankan suaranya di kata 'Lo'.
"Udah-udah gak usah berantem, mending sekarang kita makan. Tadi sebelum berangkat Umma masakin nasi liwet sama goreng ikan teri medan," kata Rafan menengahi lalu merangkul bahu putra dan putrinya untuk masuk.
Yang membuat senyum Rumaysha semakin merekah adalah ketika melihat ada daun pisang sebagai alas nasinya. Dengan penuh semangat dia mencuci tangan. Lalu mengambil posisi duduk dekat Zayn.
"Yang aku jangan pakai sambel," kata Rumaysha. Membuat Zayn mendengkus, namun tetap mengalah. Ekspresinya langsung berbinar saat satu suap nasi yang sudah diaduk dengan sambal dan ikan teri medan masuk ke mulutnya.
"Enak bangeet weh!" seru Zayn membuat Rafan tidak tahan mengacak rambut Zayn. Cara makan Zayn mengingatkan dia pada ummanya anak-anak. Ck! Belum ada berjam-jam pisah, dia sudah rindu lagi dengan Maika.
"Makan yang banyak. Oh iya, mulai Senin besok Umay mulai sekolah sama Abang, ya, " kata Rafan.
"Siap Papa!" balas Rumaysha riang. Makanan memang selalu berhasil memperbaiki suasana hati mereka.
"Papa, Abang lupa mau bilang ini terus. Kemarin apa kemarinnya lagi, ya? Zayn 'kan anu. Terus bilang ke Umma," kata Zayn rada tidak jelas.
"Anu apaan sih? Ngomong tuh yang jelas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...