23. Arti Teman Sejati

4.3K 799 122
                                    


Terima kasih banyak karena selalu mendukung dan meramaikan cerita ini.

Imam Al - Ghazali
 rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.” (Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 94)

Ardan menggelengkan kepalanya layaknya anak kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ardan menggelengkan kepalanya layaknya anak kecil. Ketika mamanya memaksa supaya dia membuka mulut. Hal itu membuat Meyra tertawa kecil, lalu mengusap puncak kepala putranya dengan gemas. Melihat Ardan yang sudah tumbuh sebesar ini,  Meyra tersadar akan kesalahannya yang sudah menyia-nyiakan perkembangan putranya. Berapa banyak waktu bersama Ardan yang sudah dia lewatkan begitu saja?

"Makan dulu, abis tuh minum obat," kta Meyra lembut.

"Halah manja banget, tinggal mangap aja apa susahnya," cibir Shena.

"Ma, dia bisa disuruh keluar gak? Polusi banget!" kesal Ardan.

Dia masih kesal, gara-gara Shena. Rumaysha pasti jadi berpikiran yang tidak-tidak tentangnya. Ck! Dia jadi galau lagi kalau mengingat itu.

"Tumbenan ribut, kalian kenapa?"

"Ardan aja yang alay, Mbak. Gue gak sengaja pegang-pegang tangan dia. Eh pas begitu doinya lewat," kata Shena mulai melancarkan aksi cepunya.

"Oh anak mama udah mulai suka-sukaan, nih?" kata Meyra menggoda putra semata wayangnya.
Huft, di mata mamanya, Ardan itu seperti anak kecil. Belum tahu saja kelakuan Ardan yang hobi ghosting anak orang. Eh tapi sekarang sudah tidak begitu lagi kok.

"Jangan didengerin, Ma. Dia sesat!"

"Hush mulutnya!" Melihat Ardan yang diomeli seperti itu membuat Shena tersenyum penuh kemenangan.

"Ma, aku kapan boleh sekolah lagi?" tanya Ardan tidak sabaran.

"Baru juga sadar kamunya, udah makan sama minum obat dulu aja. Gak usah mikirin yang lain, oh iya. Sepulang dari sini, kamu mau 'kan tinggal sama Mama?" Ardan tertegun mendengar perkataan mamanya.

Pikirannya kembali mengelana, memutar ulang kejadian semalam yang mungkin saja bisa merenggut nyawanya. Bagaimana Papa memukulinya tanpa ampun hanya demi membela perempuan itu. Ardan sadar, mungkin ucapannya semalam sudah keterlaluan. Tapi apa mereka mau mencoba memahaminya? Ardan marah dengan perempuan yang sudah menghancurkan keluarganya. Dia kecewa pada Papanya. Dia harus bagaimana? Hatinya tidak bisa bohong kalau rasa sakit itu terus menggerogoti kewarasannya.

Melihat Ardan yang tiba-tiba termenung, Meyra mengusap kepala putranya penuh sayang.

"Mama minta maaf, ya, Al? Mama tau, apa yang udah Mama sama Papa lakukan ke kamu pasti meninggalkan luka yang sulit untuk sembuh. Maaf sudah buat kamu ada di kondisi menyakitkan seperti ini. Tapi Mama benar-benar enggak bisa mempertahankannya, bukan karena Mama gak sayang sama kamu atau Mama gak cinta sama Papa kamu. Bertahan hanya akan buat Mama semakin hancur. Kamu hanya perlu percaya pada Mama, kalau semua akan baik-baik saja. Kita mulai semuanya dari awal, hanya ada Al dan Mama. Dan Mama harap kamu gak lantas jadi benci sama Papa ... anak mama berhak bahagia, dan Mama akan mengusahakan segalanya untuk kebahagiaan Al," kata Meyra membuat pertahanan Ardan runtuh.

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang