28. Mode Tidak Jelas

3.9K 779 125
                                    

Zayn memasukkan sambal ke dalam baksonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zayn memasukkan sambal ke dalam baksonya. Ajaibnya sekalipun matanya tidak turut memperhatikan apa yang sedang dia lakukan. Dia tidak salah meletakkan sambal itu. Matanya tidak berhenti menunjukkan tatapan tajam ke arah Ardan karena cowok itu melirik-lirik ke arah Rumaysha yang tengah memesan bakso.

Rasanya ingin sekali dia lem matanya Ardan supaya tidak bisa terbuka. Jahat, ya? Ck! Ya habisan Zayn tidak terima saat mendengar pengakuan Ardan. Pantas saja kalau ada Rumaysha, Ardan suka mendadak sok cool. Pantas Ardan bertanya arti Jazaakallaahu khayran padanya, dia tidak berpikir ke arah sana. Kalau ingat semua itu Zayn kesal sendiri, berasa kecolongan juga.

"Dan, ati-ati. Ada predator mau nelen lo idup-idup," kata Darfan membuat Ardan menoleh ke arah Zayn. Setelahnya dia menyengir lebar.

"Lirik dikit doang, kok, BangIp," balas Ardan.

"BangIp teh naon, Dan?"

"Abang Ipar," jawab Ardan sambil tersenyum. Moodnya akhir-akhir ini semakin membaik. Selain karena dia tinggal bersama mamanya. Dia juga senang karena Zayn sudah tahu soal perasaannya pada Rumaysha. Bukannya confess pada sang pujaan hati. Ardan malah confess pada algojonya, eh maaf keceplosan. Maksudnya Zayn.

"Bang 2 cewek itu biar saya yang bayar baksonya, ya!" kata Ardan kelewat berani ketika Amang bakso yang satunya lagi mengantarkan pesanan mie ayamnya. Eits, jangan salah paham. Di gerai bakso ini disediakan mie ayam juga. Karena Ardan mau berinovasi, supaya makannya tiap hari bervariasi. Dia menjadwalkan kalau tiap hari selasa dia akan beli mie ayam.

Dia copas cara jajan Zayn sih. Tidak tahu kenapa, melihat Zayn yang penuh variasi dalam hal makan. Dan selalu terlihat begitu menikmati makananya, membuat Ardan jadi tergiur dengan cara jajan Zayn. Yang katanya sih estetik :)

Mendengar itu, sontak saja Zayn menendang kaki Ardan. Pelan kok, hanya berupa senggolan.

Zayn tidak akan membiarkan Ardan begitu saja. Dia bergegas membayar pesanan milik Rumaysha juga Qia.
"Mang, baraha?(Mang, berapa?)" tanya Zayn lalu menyerahkan selembar uang berwarna biru yang entah kenapa terluhat begitu adem dan sejuk untuk dipandanga.

"Lima belas rebu wae atuh kasep, (lima belas ribu aja dong, ganteng)" jawab Amang tukang bakso.

"Lah, kok segitu? Kan baksonya cebanan, Bang," kata Zayn.

"Itu si eneng satunya beli setengah porsi aja." Zayn menoleh ke arah Qia yang nampak tengah memperhatikan proses peracikan bakso. Biasanya porsi makan anak remaja tuh sedang dalam fase banyak-banyaknya. Makan hanya setengah porsi begitu mana cukup. Apalagi kalau nantinya harus dipakai berpikir, pasti cepat sekali laparnya. Bukan tanpa sebab dia langsung tertuju pada Qia, karena mustahil sekali kalau Rumaysha yang beli segitu. Porsi makan adiknya itu lumayan banyak juga. Lihat saja pipinya begitu gembil.

"Bang, dua-duanya kasih yang 15 ribu. Kalau mereka bayar, jangan diterima. Sekalian aja sama saya, bilang lagi ada promo Selasa berkah, gitu," kata Zayn mulai mengarang bebas.

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang