Terima kasih karena selalu jadi tempat berpulang yang nyaman untukku.Rumaysha menutup wajahnya dengan bantal. Otaknya terus saja memutar kejadian di mana Ardan membantunya berwudhu.
"Astaghfirullaah," ucapnya sambil mengacak rambutnya kesal. Agaknya dia mulai tidak waras. Kenapa juga dia harus kepikiran terus?
Rumaysha memutuskan untuk turun ke bawah mengambil air minum.
Betapa terkejutnya dia saat mendapati Zayn tengah menggunakan masker wajah organik charcoal miliknya. Bisa dibayangkan bagaimana seramnya? Mana sekarang sudah pukul 10 malam."Abang ngapain?" tanya Rumaysha.
"Gue dangdutan, May. Ya menurut lo? Gue laper lah," kata Zayn tertahan karena maskernya sudah mengering.
"Aku nanya baik-baik, kenapa Abang sewot?!" kesal Rumaysha.
Zayn menggedikkan bahunya. Dia baru saja selesai mengerjakan tugas. Terus perutnya mendadak keroncongan. Alhasil dia memutuskan untuk membuat indomie lengkap dengan telur dan bakso. Curi-curi waktu juga sih memasaknya, mumpung Umma dan Papa sudah sibuk dengan urusan mereka. Jadi Umma tidak akan tahu kalau Zayn memasak mie instant.
"Mau dong mie nya," pinta Rumaysha. Entah kenapa menurutnya kalau mie buatan Zayn itu enaknya berkali lipat.
"Gak, buat aja sendiri." Rumaysha mencebikkan bibirnya. Membuat Zayn menghela napas. Untung dia buat mienya dua bungkus.
"Buruan ambil sendoknya," kata Zayn.
Rumaysha mengambil sendoknya dengan semangat. Lalu mulai menikmati mie buatan sang kakak. Biasanya sih dia kalau makan mie selalu pakai nasi. Ini memang kebiasaan yang tidak baik, dia juga jarang-jarang kok. Paling seminggu sekali.
"Abang, aku mau nanya," kata Rumaysha membuat kedua alis Zayn bertaut.
"Nanya apaan?"
"Abang pernah suka sama orang?" Hening beberapa detik, setelahnya Zayn berdeham kaku.
"Astaghfirullah, pantesan pait. Gue belum cuci maskernya," kata Zayn mengalihkan pembicaraan. Mendengar itu Rumaysha tertawa ngakak. Kakaknya itu memang tulalit, haduh ada-ada saja sih. Setelah Zayn selesai mencuci wajah. Zayn pikir Rumaysha akan lupa dengan pertanyaannya. Nyatanya Rumaysha tidak lupa sedikit pun.
"Jadi gimana?"tuntut Rumaysha.
"Ya pernahlah!"
"Woaaaah sama siapa? Sekarang lagi suka-sukaan gak? Umma tau gak?" Rumaysha kalau bertanya tuh mirip Umma, beruntun banget. Sampai bingung mau menjawabnya.
Untung Zayn ini anaknya pintar, ehe tidak deng. Tidak boleh sombong.
"Gue suka sama orang,"jawab Zayn membuat ekpresi antusias Rumaysha lenyap seketika."Kenapa nanyain gini? Lo mulai suka-sukaan, ya? Inget, bocil jangan main-main," kata Zayn sok serius.
Diam-diam dia melirik perubahan ekspresi sang adik yang mendadak seperti orang salah tingkah. Kira-kira siapa ya orang yang adiknya sukai?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...