4. Rumaysha?

5.7K 961 158
                                    

Hasbunallah wa ni’mal wakiil [cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung]

Hasbunallah wa ni’mal wakiil [cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gadis itu mengganti seragamnya yang sudah begitu basah dan bau amis menggunakan seragam cadangan. Terlalu sering dalam kondisi seperti ini membuatnya terbiasa, bahkan dia sampai jadi langganan setia sebuah laundry yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Hari ini dia akan mengambil pakaian laundry beberapa hari yang lalu. Kalau boleh jujur, dia benar-benar lelah mengahadapi semua ini.

Dia yang pasrah dan cenderung diam saja ketika diperlakukan buruk oleh orang tak punya hati. Membuat mereka semua semakin gencar menindasnya. Hanya karena dia tidak sengaja mengetahui keburukan mereka. Mereka sampai merundungnya selama hampir setengah semester ini. Tidak cukup selalu membuat baju seragamnya basah. Mereka juga selalu memukulinya dan mengambil uang yang dia punya. Inilah alasan dia ingin menitip uang pada Abangnya. Bukan semata-mata karena ingin beli album. Tapi dia tidak mau kalau uang hasil kerja keras papanya diambil oleh manusia seperti mereka.

Rasanya untuk menceritakan semua ini dia terlalu takut, dia tidak mau kalau keluarganya jadi khawatir. Apalagi Ummanya yang saat ini tengah mengandung.

Rumaysha berhenti sejenak. Dia menghapus air matanya yang kini mengalir. Dia takut, seluruh tubuhnya terasa nyeri karena dipukuli mereka. Banyak bekas luka memar di sekujur tubuhnya. Dan inilah alasan dia tetap memakai hijab sekalipun ada di rumah. Dia tidak mau keluarganya tahu. Satu hal yang Rumaysha syukuri.
Setidaknya mereka tidak memukul wajahnya.

"Ngomongnya enggak ada duit!" Orang itu menoyor kepala Rumaysha dengan keras.

"Tau tuh, bilang aja gak mau dimintain uang!" Rumaysha menunduk sambil meremas rok sekolahnya.

Yaa Allah, tolong ....

Plak

"Kapan matinya sih lo?!" umpat Andreya. Gara-gara Rumaysha dia harus selalu kepikiran bagaimana jika perbuatannya dibongkar Rumaysha. Oleh karena itu dia harus menyelesaikan Rumaysha lewat penindasan ini. Supaya keinginannya untuk membunuh Rumaysha bisa terwujud tanpa harus menyentuh.

Rumaysha memegang pipinya. Rasa sakit ini tidak sebanding dengan Andreya yang hendak mencoba melepaskan hijabnya.
"Aku memang enggak ada uang." Rumaysha memegang tali tasnya dengan erat.

"Bener bosen idup nih anak!" Lagi-lagi mereka begitu ringan tangan hingga memperlakukan Rumaysha seperti hewan menjijikan.

Umma, aku takut ... batinnya.

"Kalian sampai kapan mau terus kayak gini?" tanya Rumaysha dengan bahu bergetar.

Andreya tersenyum sinis, dia mencekik leher Rumaysha. Lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Rumaysha yang tertutup hijab.

"Sampai lo mati, dan gak akan ada yang bisa jadi saksi di kepolisian. Baru gue berhenti." Andreya melepaskan cengkraman tangannya dari leher Rumaysha.

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang