"May, makanannya kok gak dimakan?" tanya Maika pada putrinya yang kini asyik mengaduk-ngaduk nasinya. Rafan dan Zayn seketika ikut menoleh, kedua laki-laki berbe usia itu saling bertatapan. Lalu Zayn menggedikkan bahunya.
Apa Umay marah soal helm ya?
"Eh iya Umma," kata Rumaysha lalu mulai menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Dia sedang tidak jelas hari ini, mendadak semua yang dia lakukan jadi buyar. Bahkan ketika tes hafalan dengan Papa pun dia tidak seperti biasanya.
Bayang-bayang wajah tampan Ardan terus terlintas di kepalanya. Seolah sengaja untuk membuat pikiran Rumaysha semakin tidak jelas.
Ada rasa ingin stalking IG cowok itu, ada rasa ingin mengechat untuk PDKT seperti yang dilakukan remaja pada biasanya ketika punya incaran gebetan. Ck! Dia ini kenapa sih?
Melihat putrinya yang termenung, Maika tersenyum tipis sambil mengelus perutnya yang kian membuncit. Dia bukan sok cenayang, tapi cukup paham dengan hal apa saja yang sering membuat remaja seperti ini. Kalau tidak urusan sekolah, masalah di rumah, maka bisa jadi juga karena terserang virus merah jambu. Mungkin dia akan mengajak Rumaysha sharing, supaya putrinya itu tidak bingung sendirian.
Selesai acara makan malam bersama, Maika memutuskan untuk pergi ke kamar Rumaysha.
"Yang, mau ke mana?" tanya Rafan.
"Aku mau cek Umay bentar, kamu kalau ngantuk tidur duluan aja. Eh tapi jangan dulu tidur deng, nasinya belum turun," kata Maika.
"Aku mesti buat lift gak sih? Biar kalau kamu lagi hamil, terus mau naik ke lantai atas gak usah capek-capek naik tangga." Mendengar itu Maika berkacak pinggang menatap suaminya.
"Maksud kamu apa? Kamu mau buat aku hamil lagi? Yang ini aja belum keluar!" kesal Maika memukuli Rafan dengan bantal sofa. Lagian, Maika tidak bisa naik lift. Kepalanya selalu pusing jika naik lift.
"Eh aku bercanda doang, Sayang." Maika memilih tidak menggubris ucapan Rafan. Bahkan ketika Rafan membantunya naik tangga pun dia hanya diam. Melihat istrinya yang diam macam patung, Rafan menggaruk tengkuknya. Salah bicara lagi dia. Haduh, kalau begini caranya bisa tamat.
"Kamu marah?" Maika menoleh ke arah Rafan.
"Enggak kok, cuman angry aja," jawab Maika santai.
"Yang aku bercanda doang, serius deh!"
Maika tertawa kecil. Dia menepuk bahu Rafan.
"Kalem weh atuh, Kak. Aku mau ngobrol sama Rumaysha dulu. Nanti aku nyusul ke kamar," kata Maika membuat Rafan tersenyum lebar."Nanti kalau mau turun, panggil aku aja, ya." Maika menganggukkan kepalanya.
Dia mengetuk pintu kamar Rumaysha.
"May, udah bobok belum?""Belum Umma!" jawab Rumaysha dari dalam. Perempuan itu membuka pintu kamarnya.
"Umma boleh masuk 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...