32. Satu Tim

4.3K 824 194
                                    

"Tes hiji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tes hiji ...dua ...tilu, ini suaranya ada apa kagak sih?" Semua siswa yang tengah belajar langsung menatap ke arah speaker yang dipasang di penjuru kelas.
Lalu terdengar suara grasak-grusuk yang membuat para siswa tak bisa menahan tawa mereka.

"Jamaah euy oh jamaah! Alhamdu ... lillaah." Rumaysha menutup wajahnya dengan buku saat mendengar suara kakaknya. Apalagi ketika Sam mulai meledekinya.

"Harus bangga lo punya Abang kayak Bang Lion," kata Sam.

Kembali terdengar suara grasak-grusuk yang lumayan mengganggu pendengaran.

"Mak! Aku masuk TV!" sahut sebuah suara.

"Ck! Malu-maluin gue aja lo, Yan. Oke, ini udah ada kayaknya. Mohon maaf, diberitahukan kepada seluruh penghuni. Eh typo, maksudnya seluruh ketua kelas untuk segera berkumpul di aula. GPL, ya, hatur nuhun," kata Zayn.

Tak ada suara apapun lagi setelahnya. Qia menarik napasnya sejenak. Dia mengipasi wajahnya yang mendadak merah. Dia mengambil alat tulis beserta buku tipis. Lalu memantapkan dirinya menuju aula.

"Semangaat, Qia! Nanti catatannya liat aku aja"kata Rumaysha.

Sungguh, Qia sangat bersyukur memiliki teman seperti Rumaysha.
Gadis itu berjalan dengan tergesa. Sesekali tangannya meremas pinggiran roknya. Guna menyalurkan rasa gugup yang kini menghinggapinya. Segala hal yang berhubungan dengan Zayn selalu membuat respon hatinya berlebihan.

"Kamu kelas berapa?" tanya seorang perempuan berhijab panjang dengan wajah ramah.

"Kelas 10 Mipa 2, Kak," jawab Qia.

"Oke, kamu satu tim sama aku, Zayn, Vazka. "

Hah? Tim? Tim apa?

"Ehm, maaf, Kak. Kalau boleh tau ini tim apa?" Siswa bernama Syifa yang kerap kali disapa dengan panggilan Cipa itu mengulas senyumnya. Lesung pipit muncul di salah satu pipinya, hal ini membuat Qia merasa minder. Sebab dia merasa kalah begitu jauh dari perempuan di hadapannya ini.

"Jadi gini, Dek. Tanggal 16 Desember yang artinya 1 minggu lagi. Sekolah kita bakal ngadain PENSI. Ini proker dari lama, udah disiapin juga. Sengaja kami kasih tahu ke perwakilan panitia kelas H-7nya. Karena tinggal masukin data apa aja yang bakal di jual di bazar gitu, sama penampilan di di tiap kelas tuh harus ada," jelas Syifa.

Dadakan banget Yaa Rabb. Ujug-ujug weh.

"Makasih, ya, Kak."

Terdengar suara tawa beberapa anak laki-laki. Hal itu membuat Qia bergegas duduk di tempatnya.
Dia benar-benar blank sekali. Rasanya takut salah bicara. Takut kalau tidak nyambung saat berbicara dengan Zayn. Apalagi kepercayaan dirinya sudah terkikis saat tahu kalau dia, Syifa, Zayn dan Vazka satu kelompok. Bukan apa-apa, Syifa yang notabenenya sekretaris OSIS. Teman satu angkatan Zayn, anggota ROHIS dan klub majalah sekolah. Jika di bandingkan dengan Qia yang tidak ikut ekskul apapun. Tentu saja membuatnya merasa amat jauh bila dibandingkan dengan Syifa.

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang