14. Hati-hati dengan Hati

5.1K 863 190
                                    

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Tiga perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman :
[1] ia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya, [2] ia mencintai seseorang hanya karena Allah, [3] ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci bila
 dilemparkan ke dalam neraka.”  (HR. Bukhari no. 6941 dan Muslim no. 43)

Di antara semua pelajaran yang ada di sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di antara semua pelajaran yang ada di sekolah. Rumaysha paling tidak suka dengan pelajaran olahraga. Selain karena dia kurang dalam pelajaran yang satu itu. Dia tak suka jika harus berkeringat. Pipinya pasti akan sangat merah jika terkena panas.

"Kenapa harus dibarengin sama kelas 12 sih?!" Sedari tadi Rumaysha tidak berhenti mendengar Qia yang terus menggerutu. Entah ada masalah apa dengan kelas 12 sampai Qia tidak mau olahraga bareng mereka.

"Memang biasanya suka dibarengin?" tanya Rumaysha.

Qia menggelengkan kepalanya. Gara-gara Pak Dingdong alias Pak Didit tidak masuk. Mereka jadi harus nebeng guru. Parahnya harus bareng dengan kelas 12 MIPA 1. Ini seperti sebuah berkah sekaligus bencana untuk hatinya. Berkah karena ada begitu banyak murid berwajah tampan yang bisa digunakan cuci mata. Bencana karena .... Ah sudahlah. Membahas ini bisa membuatnya semakin tidak waras.

"Ck! Jijik ih kenapa gue jadi alay sih? Ayo, May!" Qia mengapit lengan Runaysha. Matanya terus tertuju pada anak kelas 12 MIPA 1 yang kini duduk berbaris di lapangan.

Sepanjang jalan, Qia tak henti-hentinya membaca ayat kursi.
Rumaysha jadi begitu penasaran. Qia ini ada masalah apa, ya? Apa jangan-jangan dia bisa lihat sesuatu yang tidak bisa dilihat sembarang orang?

"Kamu bisa lihat hantu?" tanya Rumaysha was-was. Ini semua gara-gara Zayn yang terus menakut-nakutinya. Dia jadi parnoan begini.

"Bukan hantu, ini lebih parah dari itu. Btw lo gak pakai kacamata?"

"Enggak, kalau olahraga memang suka aku lepas. " Qia hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya.

Di sisi lain, Ardan menahan senyumnya yang hendak terbit. Baru melihat Rumaysha dari jauh saja perasaannya sudah sesenang ini. Bagaimana kalau mereka serumah nanti? Membayangkan dia jadi kepala rumah tangga, lalu Rumaysha jadi partner suksesnya. Mereka punya anak-anak lucu. Yaampun, boleh tidak sih Ardan seret Rumaysha ke KUA?

Dasar Ardan! Apa dia tidak sadar? Rumaysha 'kan masih dibawah umur. Tahun ini saja umurnya baru mau 15 tahun.

"Ari sia teh cageur?" Suara Zayn membuyarkan lamunan indahnya.

Senyum Ardan langsung lenyap. Ck! Dia lupa, sebelum merasakan semua keindahan itu. Dia harus melewati gerbang yang diisi algojo semacam Zayn. Gini amat pingin jemput jodoh.

Tapi asli sih, yang Ardan sukai dari Rumaysha. Cara berpakaian gadis itu. Ah pokoknya semua yang ada pada Rumaysha Ardan suka.

Jtak

Nedrian's Sibling [Book 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang