Rumaysha melangkah penuh semangat menuju kelas kakaknya. Mendapat kabar kalau adiknya sudah lahir, membuat Rumaysha tidak sabar bertemu adik barunya. Sejak malam sudah dibuat ketar-ketir dan takut, akhirnya Rumaysha bisa menghembuskan napas dengan lega juga. Senyum cerah terlukis di wajahnya.
"Nyariin abang lo?" Jantungnya langsung berdetak cepat saat mendapati Ardan dengan seragam terbuka. Anting hitam di telinga kirinya berjaga di pintu kelas 12 Mipa 3. Rumaysha menganggukkan kepalanya. Gadis itu meremat tali tasnya. Mendadak saja tangannya berkeringat dingin.
"ARDAN PIKET DULU LO!" teriak Darfan membuat Ardan mendengus kesal.
"Gue ambilin kursi buat nunggu, mau?" tawarnya membuat Rumaysha menatap Ardan.
"Enggak usah, Kak," balas Rumaysha.
"BURUAN ARDAN! SI IPEH NGADAT NIH, KENA DENDA NYAHO LO!"
Ardan menghela napasnya. Mencoba sabar menghadapi teriakan Darfan di dalam sana.
"Gue masuk dulu," kata Ardan. Rumaysha hanya diam. Bukan apa-apa, beberapa hari tidak melihat Ardan. Selain karena memang Rumaysha ingin menghindari cowok itu. Tapi hari ini mereka bertemu. Bisa terancam gagal dia melupakan Ardan.
"Eh adeknya Zayn, adek lo udah lahir, ya?" Rumaysha mengangguk kaku ketika mendapati Darfan dan Sargan keluar. Gadis itu beringsut mundur.
"HEH AREK NAON SIA!" teriak sebuah suara, yang sudah bisa dipastikan kalau bicaranya ngegas adalah Abdurrahman El-Zayn. Elpiji boy 12 MIPA 3. Sargan dan Darfan menggelengkan kepala mereka.
"Adek lo udah lahir?"
"Yang mau jenguk harus bawa kado," kata Zayn. Membuat Darfan tersenyum lebar. Dia ingin bertemu idolanya, Rafan. Ingin minta banyak tips tampan dari papa sahabatnya itu.
"Gampang itu mah, gue banyak duit," kata Darfan sombong membuat Sargan tidak bisa menahan tangannya untuk tidak menoyor Darfan.
"Lo juga calon, Gan. " Raut wajah Sargan berubah. Cowok itu langsung masuk ke dalam kelas, meninggalkan Darfan yang siap kena tausyiah ustat Zayn.
"Keceplosan gue, Dul. Hampura." Darfan menunjukkan cengiran khasnya.
"Jug buru asup, aing ada urusan keluarga!" usir Zayn membuat Darfan mencibir.
"Nih gue beliin pastel buat, lo. Tunggu di depan, ya. Kalau ada yang macem-macem sebut nama gue 10 kali,"kata Zayn.
"Nanti Abang bakal muncul?" tanya Rumaysha polos.
"Enggak," jawab Zayn jujur.
Untung Rumaysha anaknya sabar. Kalem juga, jadi Zayn selamat dari geplakan maupun amukan gadis itu.
"Gih buru, sana!"
Meski kesal pada kakaknya, Rumaysha tetap menurut. Dia berjalan ke depan sekolah. Dia juga ingin jajan lumpia basah. Oh iya, apa dia video call Umma atau Papa saja, ya? Mungkin Papa. Takutnya Umma tidak bawa ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nedrian's Sibling [Book 3]
Teen FictionHidup sebagai remaja memang penuh masalah ternyata. Ujiannya tidak main-main, dimulai dari tawaran nikotin yang terasa menggoda hingga cinta dari sang pujaan kekasih yang melemahkan jiwa. Ya, Zayn membenarkan pernyataan itu. Dia pikir jadi dewasa i...