15

3.6K 503 336
                                    

Kayaknya jadi buat Treluv di Tele, deh. Tapi tunggu aku selesai try out dulu, ya, WKWK. Biar lebih enak aja

Buat kalian yang mau join tapi enggak punya Tele, bisa gabung ke grup whatsapp Darkbrownders. Pasti enggak bakalan jauh beda dari Treluv nantinya❤️

Jangan lupa ramein, biar aku lebih semangat❤️

Happy reading, Treluv!

***

Itreula mengetuk ujung sepatunya berulang kali gelisah. Sesekali, ekor matanya melirik David yang tengah menunggu bagasi mereka. Ia menghela napas sebelum menghampiri ayahnya. "Pa?"

"Kenapa?" tanya David sebelum menoleh sebentar. David langsung mengulurkan tangan kala matanya menangkap koper milik mereka berdua.

"Oke, barang kita udah lengkap. Ayo, pergi!" David berucap seraya menggeret kedua koper tersebut.

"Kita pulang aja, yuk?" tanya Itreula membuat David berhenti melangkah.

"Kita baru banget sampai di sini, Sayang. Masa udah balik aja? Enggak seru, ah. Papa juga udah bela-belain alihin pekerjaan papa ke sekretaris, padahal biasa kan papa—"

"Bukan gitu!" sela Itreula.

"Terus?"

"Itre takut ketinggalan pelajaran di sekolah. Itre kan udah kelas dua belas, Pa. Nanti kalau enggak lulus, gimana?"

David menyentil kening Itreula. "Sembarang aja. Pasti luluslah, masa anak cantik papa enggak lulus? Tenang aja, atuh. Soal pelajaran aman, kok. Papa udah minta Anna buat selalu kirim catatan ke kamu. Oke? Jadi, sekarang kita liburan dulu."

"Tapi—"

"Enggak ada tapi-tapian lagi. Uhm, papa haus, deh. Kita duduk sebentar di Starbucks, ya?"

Meski masih gelisah memikirkan nasib sekolahnya, Itreula mengangguk mengiyakan permintaan ayahnya. Keduanya melangkah beriringan menuju kedai kopi mewah tersebut.

David tidak mengizinkan Itreula menunggu sendirian di tempat duduk sehingga mereka sama-sama berdiri menunggu antrian. Dia tidak mau ada kejadian tak terduga lagi yang terjadi seperti dulu.

Begitu mereka mendapatkan minumannya dan sudah duduk di salah satu bangku, Itreula baru menyadari sesuatu. "Kok kita duduk, Pa? Enggak langsung jalan aja? Kan bisa minum sambil jalan."

"Enggak mau, ah. Enakan sambil duduk nongkrong gini."

Itreula terkekeh. "Kayaknya jiwa muda papa enggak hilang-hilang, ya?"

"Wah jelas, dong. Kalau papa kuno-kuno amat, nanti kamu kasihan. Enggak ada temen buat cerita. Kalau papa kayak gini kan seru buat diajak cerita," ujar David seraya mengusap puncak kepala Itreula membuat dada Itreula menghangat.

Mengingat apa yang terjadi sekarang antaranya dengan Hilo membuat Itreula membenarkan ucapan David. Ia tidak seharusnya mengejar Umond hanya demi kekasihnya.

Itreula sadar akhir-akhir ini ia terlalu memaksakan diri. Cintanya yang terlalu dalam pada Hilo serta rasa takut kehilangan laki-laki itu membuatnya buta. Ia jadi lupa akan prinsip utama dalam hidupnya, yakni membahagiakan ayahnya. Ia lupa bahwa ayahnya jauh lebih penting daripada Hilo.

Ayahnya tidak akan pernah meninggalkannya, sementara Hilo bisa saja meninggalkannya kapanpun laki-laki itu mau.

"Pa?" panggil Itreula.

David yang sebelumnya tengah celingukan langsung menoleh. "Iya?"

"Makasih."

David mengernyit. "Buat?"

Itreula 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang