46

1.5K 341 500
                                    

Ada yang nungguin aku update sampe ngecek bolak-balik Wattpad kah?🥺

Tapi buat yang lihat wall, pasti tahu aku enggak jadi up hehe. Maaf yaa. Kemarin lambungku kumat lagi jadi ya gitu. Ada gak sih kalian yang punya maag tapi doyan ngopi kek aku? Atau kalian prefer susu daripada kopi? WKWK🥲

Oke, yuk ramein biar makin mood nulisnya. Kalau bisa tiap paragraf🤣🤣

Mengabaikan serentet pertanyaan yang dilontarkan ayahnya, Itreula melangkah tergesa-gesa menuju kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengabaikan serentet pertanyaan yang dilontarkan ayahnya, Itreula melangkah tergesa-gesa menuju kamar. Mengunci pintu erat sebelum akhirnya membiarkan tubuhnya meluruh di lantai. Melepaskan seluruh rasa sakit yang sedari tadi ia tahan mati-matian.

Dadanya seakan terimpit batu besar. Ia menepuk dadanya berulang kali berupaya mengurangi rasa sesak. Namun kenyataannya mau sebanyak apa pun ia menepuk, rasa sakit itu tak berkurang.

Sekali berkedip saja, maka air matanya akan terjatuh. Bohong jika ia baik-baik saja. Siapa yang mungkin tidak terluka kala harus menghadapi sebuah perpisahan? Terlebih, berpisah dengan seseorang yang begitu memiliki makna dalam hidupnya.

Ia memejamkan mata membiarkan cairan bening itu turun membasahi pipinya. Satu per satu kenangan indah perlahan mengusik kepalanya.

"Itre. Kamu sadar, enggak, sih, kamu itu beda dari yang lain?"

"Beda gimana?"

"Yang aku denger, cewek itu banyak nuntut. Kayak nuntut cowoknya buat temenin belanja baju. Nuntut beliin barang mahal, dan banyak lagi."

Itreula sontak tertawa pelan. "Enggak, ah. Enggak semua cewek gitu, kok."

"Bukan karena kamu enggak sayang aku, kan, makanya kamu enggak nuntut aku ini-itu?"

"Enggak, Hilo."

"Bener? Kalau gitu, coba bilang kamu sayang aku pakai banget-banget."

Mata Itreula melotot. "Ih, enggak mau. Geli."

"Aku sayang Hilo pakai banget-banget," lirih Itreula. Itreula cukup menyesal karena hari itu, ia memilih untuk menolak permintaan menggelikan Hilo. Seharusnya ia mengatakannya agar Hilo tahu sebesar dan sedalam apa ia mencintai laki-laki itu.

"Itre ... Itre."

"Apa, Hilo?"

"Aku baru belajar gombal. Kamu mau denger, enggak?"

Itreula yang semula tengah belajar lantas mendongak menatap layar ponselnya yang dipenuhi wajah Hilo. "Gombal?"

"Iya. Jangan diketawain, ya."

"Oke."

Hilo menarik napas gugup sebelum melemparkan gombalannya, "Kamu tahu enggak apa bedanya rumus fisika sama kamu?"

Itreula 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang